"Hamil?." suara ayahnya tiba-tiba terdengar di kamar yang penuh dengan air mata dan membuat semua orang terdiam seraya menatap ke ayah Arsy yang masuk ke kamar dengan wajah merah padam.
"apa kamu bilang ma? hamil?" teriak ayah Arsyana bagai suara petir yang menyambar begitu dahsyat hingga menggetarkan hati didalam ruang yang penuh nuansa pink itu.
Ibu Arsy tak berani menatap suaminya, beliau hanya tertunduk dan meneteskan air matanya. Pak Deni Prakoso yang tak mendapat jawaban dari istrinya sontak melangkah dengan pasti kedepan kedua putr putrinya yang berpelukan. Beliau menarik lengan Arsy dengan kasar hingga gadis itu meringis menahan cengkaraman yang begitu kuat. "siapa yang hamil? kau?" teriak papa dengan mata memerah laksana siap untuk memakan mangsanya didepan.
"tenang pa..." coba Arian dengan melepaskan tangan ayahnya yang mencengkram kuat hingga tangan Arsy memerah.
"siapa yang hamil Arian?" pertanyaan itu dilempar ke anak sulungnya karena tak ada jawaban dari Arsy.
"aku bisa jelaskan semuanya pa..."
"aku hanya tanya, siapa yang hamil?" teriak ayahnya lagi dengan menatap putri bungsunya yang masih menunduk menahan sakit ditangannya yang tak kunjung dilepas.
"jawab Arsy?" bentak ayahnya yang membuat badan Arsy bergetar begitu hebat.
"pa.... Aku..." kata Arsy tebata yang sekarang mencoba mendongak melihat ayahnya.
Parrr.....
Tamparan keras diterima oleh pipi mulus Arsy, Pipi putih bak porselen itu seketika menjadi berhiaskan cap tangan berwarna merah.
"apa kau tak tahu agama ha..." teriak ayahnya lagi cukup keras dengan mencengkram kedua lengan Arsy.
"Cukup pa," coba Arian melepas cengkraman yang semakin kuat. "papa menyakititnya."
"aku yang menyakitinya?" kata ayah Arsyana dengan sedikit menekan dan diselingi tertawa sinis yang terdengar mengerikan. "apa kau kira dia tak menyakiti papa, Arian."
"maaf pa... Ini semua bukan salahnya." kata Arian memberanikan diri dan melepaskan tangan Ayahnya sekali lagi hingga berhasil. Arian menunjukkan gestur tubuhnya agar Arsy berdiri dibelakang dirinya.
"Bukan salahnya bagaimana? Jelas-jelas ia hamil. Jangan bela dia Arian." teriak ayah.
"pa..." coba Arian menjelaskan tapi langsung di potong oleh ayahnya
"Siapa dia?" tanya ayah yang mendapat gelengan pelan dari Arsy. Melihat itu darah sang ayah kembali memuncak, beliau langsung mengambil nafas panjang dan mengeluarkan perlahan untuk menenangkan emosinya. Ia begitu faham dengan sifat putri bungsunya itu, ia memang gadis yang jarang mengungkapkan apapun pada orang lain. "Jawab papa Arsy?" tanya ayah dengan suara lembut.
"Arsy.. Tidak tahu..."
Tak berkomproni dengan kesabarannya, mendengar kata keluar dari sang anak. Darah Pak Deni yang tak lain ayah Arsy itu mendidih seketika.
"Jawaban macam apa itu? Kamu tidur dengan dia tapi tak mengenalnya." kata ayah dengan menggelengkan kepala. "bagaimana bisa, kamu menyerahkan mahkota seorang wanita kepada orang asing ha..." kata ayah mengeratkan rahangnya.
"Arsy dibawah pengaruh alkohol pa..." sahut Arian yang berdiri tepat didepan sang ayah.
"Ya... Ampun... " kata ayah dengan mengelus dada dan duduk di tempat tidur Arsy. "Gugurkan anak itu." kata ayah tak selang begitu lama.
"Papa..." teriak ibu Arsy yang tak menyangka suami nya berpikir seperti itu. "bagaimana bisa ayah membunuh anak yang tak berdosa."
"Tidak pa..." jawab Arsy segera. "Anak ini gak salah apa-apa ... Dia berhak hidup." tolak Arsyana dengan mata masih memerah.
"Apa kamu bilang? Berhak hidup? Kau tahu resiko apa yang kau ucapkan itu ha..?"
"aku tahu pa... Tapi..."
"Kau pilih anak itu apa keluar dari rumah ini." teriak ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Shellia Vya
Kasihan Arsi diantara dua pilihan yg sulit
2022-01-13
0
Yusneli Usman
karakter seperti Ryo dan Aldo ini la yg banyak merusak anak gadis orang...di dunia nyata sangat banyak...
2021-04-27
0
mega keyna
bagus ryo dan aldo,kalian laki2 berengsek yg tdk bisa menghargai wanita,,,
2021-04-25
0