Terluka

"Kalian jangan ikut campur. Anak brengsek itu tidak pantas untuk dibela? Kalian tidak pernah tau rasa nya kehilangan. Sementara sisa umur kami diharus kan untuk merawat anak pungut itu."Seru ibu ku sambil menunjuk nunjuk aku.

Hatiku hancur seketika. Ternyata itu alasan sebenarnya. Ternyata aku bukan darah daging mereka. Kenapa??? Kenapa baru sekarang aku tau kebenarannya?

Kukerahkan sisa sisa tenaga yang ku punya.

"Jadi aku bukan anak kalian? Jadi siapa Ayah dan Ibu kandungku? " Kata ku dengan suara bergetar.

"Saat itu sudah 10 tahun sejak kami menikah, kami belum juga di karuniai anak. Kebetulan dulu Adik ibu mu hamil di luar nikah bahkan dia tidak tau siapa suami nya. Dan dia meninggal saat melahirkan mu. Kami memutuskan untuk mengadopsi mu. Setelah 2 tahun akhir nya ibu mu hamil dan Erika adalah satu satu nya anak kandung kami. Banyak gosip yang beredar bahwa ibu kandung mu adalah pelacur. Mungkin itu yang membuat kami sial. Kami salah mengadopsi mu. " Ayah menjelaskan semua.

"Stop. Kalian orang orang yang tak punya hati. Teganya kalian menganggap Raniya seperti itu. Semua sudah takdir. Bukan kesalahan Raniya. Tak sepantas nya kalian menjatuhkan semua kesalahan pada nya!!!!!" Nenek bicara membelaku.

"Sekarang semua sudah jelas kan. Mulai detik ini kami menganggap kamu sudah mati. Jangan pernah menginjakkan kaki mu lagi disini. Kami sudah tidak peduli padamu. Dasar anak pelacur. " Teriak Ibu ku.

Radit segera bangkit. Dia ingin memukul ibu ku. Tapi ku halangi.

"Sudah dit sudah. . " Kataku sambil menangis.

"Ran, ini kelewatan. Bagaimana bisa mereka memperlakukan mu seperti ini? Asal kalian tau ya Ran itu wanita yang istimewa. Dia bukan pembawa sial. Dia merubah segala nya. Jadi jangan merendahkan dia!!!!. " Jawab Radit dengan penuh emosi.

Ayah Radit segera menengahi suasana ini. Dia tau anak nya paling tidak bisa melihat orang yang dicintai nya tersakiti. Pasti Radit akan maju paling depan untuk membela.

"Baik saya rasa cukup. Pembicaraan ini sudah jelas arah nya. Kami berterimakasih atas waktu yang kalian berikan. Kami juga berterimakasih kalian sudah mau membesarkan anak sehebat Raniya. "

Tiba tiba ayah Radit mengeluarkan koper. Ayah Radit membuka koper itu. Koper itu berisi uang yang sangat banyak. Ayah Radit memberikannya kepada ibu dan ayah. Sambil berkata.

"Anggap saja uang ini untuk menebus uang yang kalian pakai untuk merawat Raniya dari dia kecil. Jadi Raniya tidak ada hutang budi sama sekali pada kalian. Dan satu lagi jangan pernah merendahkan Raniya lagi. Karena dia adalah bagian dari keluarga kami. Uang ini pasti nya cukup untuk menghidupi kalian!!!!Kalau sampai saya mendengar kalian menyakiti Raniya lagi, Jangan salahkan saya kalau kami akan membuat perhitungan pada kalian.!!! " Dengan nada bicara yang datar ayah Radit tampak sangat tegas. Aku bisa merasakan dia begitu marah.

Ayah dan ibu ku hanya tersenyum sinis. Kulihat kepuasan di wajah mereka. Tak ada sedikit pun penyesalan di wajah mereka.

Akhirnya kami pun pulang. Dalam perjalanan pulang aku hanya merenung. Semua terasa seperti mimpi. Tak kusangka ternyata aku benar benar sebatang kara. Kuingat lagi segala perlakuan ayah dan ibu pada ku. Aku mulai mengingat kejadian sebelum aku mengalami amnesia.

Erika anak yang sangat baik dan manis. Aku selalu di bedakan. Jika Erika di belikan baju atau mainan

Aku tidak. Aku selalu harus mengalah. Ibu selalu memarahi ku jika Erika terjatuh. Ayah juga begitu selalu menyalahkan aku jika Erika menangis. Saat itu aku hanya seorang gadis kecil. Aku begitu polos. Aku sangat penurut. Aku selalu berusaha menjaga Erika. Walau terkadang aku lalai. Sebagai anak kecil tentu nya aku juga memiliki keterbatasan. Kadang aku juga ingin bermain.

Tiba tiba Aku ingat saat itu... Saat dimana Erika harus pergi untuk selama nya. Aku ingat aku sedang bermain boneka dengan Erika di Toko. Ya... Saat itu ayah dan ibu ku berjualan ayam potong di pinggir jalan. Pembeli sangat ramai siang itu. Kami asik bermain. Tiba tiba Erika bilang pada ku. Dia minta es krim.

"Mbak Ran,, Erika mau es krim. Erika pengen. " rengek Erika padaku.

"Sabar ya Erika. Ibu dan Ayah lagi jualan. Lagi rame. Nanti ibu dan ayah marah. Kan toko eskrim nya ada di sebrang sana. Bahaya kalau kita kesana. "

"Nggggaaakk... Erika mau pokoknya. " Erika menangis.

Ibu datang dan memarahiku.

"Heh , kamu bisa jaga adik mu ngga sih. Kamu tau kan pelanggan Ibu dan Ayah lagi banyak. "

"ummmmm ini bu Erika minta es krim. Tapi kan toko nya ada di seberang jalan. Kata ibu bahaya kalau menyebrang sendirian. " kataku dengan polos saat itu..

Tangisan Erika sangat kencang.

"ya udah kamu beli sana di sebrang. Jangan sampai adik mu nangis. "

Saat itu yang kutahu ada ibu bersama Erika. Jadi aku pergi membeli es krim. Jalanan sangat ramai. Sebagai anak berumur 6 tahun tentu nya aku sangat takut sekali. Tiba tiba ada seorang ibu ibu cantik yang membantu ku menyebrang dia menggandeng tangan ku.

Aku segera membeli es krim. Saat aku ingin membayar kudengar suara Erika memanggilku dari sebarang.

"Jangannn Erika.. Jangan kesini. Teriakku.

Ibu ibu cantik dan penjual es krim itu juga berteriak. Tapi Erika tetap berjalan menghampiri ku dan

" Braaaaaakkkkk.. "

Seketika darah segar mengalir dari tubuh kecil Erika. Ibu dan Ayahku berteriak dan berlari. Mereka menunjuk nunjuk aku. Sampai banyak orang menenangkan nya. Mereka menyalahkan aku atas kejadian yang diluar kendali ku. Banyak saksi membelaku. Dan ada pelanggan ibu yang bilang bahwa terakhir kali dia tadi melihat Erika bersama ibu ku. Tapi ibu membantah nya. Dia tetap menyalahkan aku. Karena kejadian itu setiap hari mereka menyalahkan aku. Aku yang masih terlalu kecil tidak sanggup menerima beban itu. Mental ku terganggu. Hingga suatu saat aku putuskan melakukan hal yang sama seperti yang Erika lakukan. Aku berjalan berlalu begitu saja di jalan raya. Dan sebuah motor menabrakku.

Sejak saat itu aku mengalami amnesia. Aku tidak ingat tentang Erika dan tentang kejadian buruk itu.

Aku menangis. Kuluapkan emosi ku. Kekecewaan ku.

Radit dan nenek berusaha menenangkan aku. Sejujur nya aku merasa sangat bersalah pada apa yang terjadi pada Erika. Andai saat itu aku bisa membujuk nya untuk tidak membeli es krim. Pasti sampai saat ini Erika masih ada. Tapi semua sudah terlambat. Aku tidak bisa mengubah takdir yang harus aku jalani. Perih itu yang ku rasakan....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!