Sadar

Aku mulai tersadar. Aku mulai bisa merasakan jari jari ku. Kubuka perlahan mataku..

Ku lihat Radit di tepi ranjang. Dia terlihat lelah. Dia tertidur di tepi ranjang sambil memegang tangan ku. Aku berusaha untuk duduk, tapi badan ku belum kuat. Radit terbangun merasakan gerakan tangan ku.

Di pegang nya tangan ku. Dengan sigap dia segera memanggil perawat dan dokter yang berjaga untuk mengecek kondisi ku.

Dokter memastikan bahwa kondisi fisikku sudah berangsur membaik. Hanya saja dokter bilang aku mengalami trauma yang sangat dalam. Dan membutuhkan terapi khusus.

Aku meyakinkan Radit bahwa aku sudah baik baik saja. Aku tak tega melihatnya. Aku tau dia sudah cukup lelah menjaga ku.

Keesokan hari nya dokter mengizinkan ku pulang. Tapi dengan syarat aku harus tetap beristirahat dan tidak boleh melakukan hal hal yang berat.

Nenek menjemput kami. Tak banyak yang kami bicarakan dalam mobil. Aku tau nenek dan Radit tidak mau terlalu banyak bertanya padaku, karena mereka khawatir aku akan kembali drop.

Sesampainya di rumah Radit membantu ku berjalan masuk. Kurasa perlahan tenaga ku mulai pulih. Nenek sudah menyiapkan segala kebutuhan yang aku perlukan. Nenek dan Radit sepakat untuk mengajakku ke psikiater demi kesehatan mental ku.

Tapi ku tolak mereka. Aku takut semua nya akan ketahuan. Aku harus menyimpan semua ini rapat rapat. Ku yakinkan mereka bahwa aku baik baik saja. Walau sebenarnya aku hancur.

Keesokan hari nya aku merasa lebih baik. Tenaga ku mulai pulih. Kuputuskan untuk kembali bekerja setelah sepekan aku rehat. Mulut ini masih terus terbungkam. Teman teman kerja ku begitu khawatir padanku. Tak satupun pesan dari mereka yang aku balas.

Sungguh aku ingin sendiri. Aku merasa insecure. Tak ada satu pun niatku untuk bercerita.

"Ran lo kenapa? kok dari tadi lo diem aja? kalo ada apa apa tu lo cerita aja Ran. " Rahma tampak sangat khawatir.

"Ngga papa ma. Gw cuma ada masalah keluarga aja kok. "

"Tapi kan lo ngga perlu sampai mau bunuh diri Ran. Ngga baik itu. "

"Iya gw tau.. gw stress aja ma. "

kata ku berbohong.

Aku pasrah

malam itu mau tidak mau aku harus kembali melayani Pak Umar. Dia sudah mengancam ku sebelumnya. Dengan dalih lembur, dia kembali membawaku ke apartemen nya.

Kulayani dia dengan sangat terpaksa. Aku sudah muak dengan segala ancaman nya. Malam itu pak Umar begitu menikmati per setubuhan kami. Aku hanya diam mematung. Tanpa perlawanan sedikit pun. Aku sudah mati rasa. Tak sedikit pun kurasakan kenikmatan dari persetubuhan kami.

"Seperti nya kamu mulai menikmati ya? "

kata Pak umar merendahkan aku.

Aku hanya terdiam.

Hari hari kulalui dengan pasrah. Aku bekerja, dan malam nya aku melayani pak Umar. Setiap hari itu yang kulakukan. Hati ini kosong, hati ku hampa. Aku ada di titik yang aku sendiri tidak tau lagi harus berbuat apa.

Teman teman ku mulai curiga padaku. Tutbuh ku semakin kurus. Radit sudah tidak tahan lagi, selama ini Radit berusaha menjaga perasaan ku.

Diam diam Radit membuntuti ku. Dia melihat ku dan pak Umar di basement yang sudah sepi.

Pak Umar menarikku dengan paksa ke dalam mobil. Dia sangat kasar dan selalu merendahkan aku. Saat itu juga Radit tiba tiba datang. Dia mendorong pak Umar dan memukul nya denga keras. Tepat di bagian wajah. Pak Umar tampak kaget. Dan kulihat wajah nya panik.

"Hei apa yang kamu lakukan? "

"Cuih.. apa urusan mu? "

"Dia tanggung jawab ku. Jangan kurang ajar.!!!!!!!. "

Dengan wajah yang tampak membiru pak Umar bergegas pergi dari tempat itu. Dia memandangku sinis sambil berlalu. Dia naik ke mobil nya dan pergi begitu saja.

Tubuhku bergetar. Aku ketakutan. Bukan karena Radit. Tapi aku takut pak Umar menyebarkan video aib ku.

Radit segera memelukku. Pelukan yang begitu tulus dan hangat. Pelukan yang jauh berbeda dari pelukan pak Umar.

Kami segera naik ke motor Radit. Radit mengajakku ke sebuah taman. Di taman itu dia membelikan ku minuman dan kami mulai bicara

"Ran, lo tu kenapa sih? "

"Gw ngga kenapa kenapa dit. "

"Jujur gw capek ya Ran. Lo bohongin gw terus. Lo bilang ngga kenapa kenapa. Tapi kondisi lo tu parah banget. Lo tau ngga setiap hari gw sama nenek khawatir banget sama lo. cerita Ran plis. "

Aku terdiam. Tatapan ku kosong.

Radit menggoncang pundak ku. menyadarkan ku..

Aku menangis. Ingin rasanya bibir ini berbicara. Tapi suliit sekali.

Radit memelukku sekali lagi. Dia mengelus kepalaku.

"Plis Ran. Jangan kaya gini. " kulihat mata Radit berkaca kaca. Aku tau betapa khawatir nya dia pada ku.

"Ran aku sayang banget sama kamu. Aku cinta sama kamu Ran. " ucap Radit, dia mendekat kan bibir nya pada bibir ku. Tapi segera ku dorong dia..

"Ngga dit. Jangan. "

"Kenapa Ran? Apa aku ngga pantas buat kamu?"

"Aku yang ngga pantas buat kamu. "

"Kkkk kenapa??? "

"Aku kotor dit. Kamu cari aja cewek lain yang sepadan sama kamu. "

"Apa maksud kamu? "

Aku menangis. Tak bisa lagi ku bendung ke sedihan ini. Di lain sisi aku juga sangat menyesal . Aku bahkan tidak menyangka perasaan Radit sama dengan perasaan ku.

Jujur aku pun sangat mencintai dia.

Tapi aku kembali berpikir. Aku bukan untuk nya. Aku hanya akan mencoreng nama baik keluarganya. Apalagi sampai video itu tersebar. Aku yakin akan membuat malu Radit jika sampai aku dan Radit menjalin hubungan.

Aku tidak mau membebani nenek dan Radit dengan masalahku, dengan aib ku.

Hidup ku sudah hancur. Aku tidak mau membawa mereka ikut dalam masalahku. Benar kata ayah dan ibu ku. Aku ini anak pembawa sial. Aku ini hanya bisa merepotkan dan menyusahkan.

Aku terduduk dengan air mata bercucuran. Radit berlutut sambil memegang tangan ku. Dia mengusap air mataku.

Kulihat tatapan nya yang begitu tulus. Aku tau Radit bukan orang jahat.

Tiba tiba aku merasa bersalah pada nya. Tidak seharus nya tadi aku mendorong Radit.

"Dit maaf ya. Aaaaa aaku cuma ngga tau harus mulai dari mana. " Kata ku dengan bibir bergetar.

Dengan sangat lembut Radit memegang tangan ku. Dia memberikan aku rasa aman yang sangat luar biasa.

"Ran, Sorry kalau semua tiba tiba. Tapi aku udah ngga bisa tahan lagi untuk bilang perasaan ku. Perasaan ini udah ada sejak pertama kita ketemu Ran. "

"Kenapa harus aku dit? " Tanya ku pada Radit.

"Kenapa harus bukan kamu? "

Kata Radit.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!