lelah

Pagi ini aku bangun dengan perasaan campur aduk. Antara bahagia, senang, tak percaya, dan takut. Ya sebagai anak yang belum pernah pergi kemana mana ada rasa takut dalam hatiku. Jujur aku takut gagal. Tapi bagaimanapun aku tetap berusaha. Berusaha kuat demi diriku sendiri.

Aku bersiap siap pergi. Karena jadwal keberangkatan kereta ku siang ini. Tentunya aku tidak mau terlambat. Karena Uang yang kugunakan untuk membeli tiket itu amat sangat berharga bagiku.

"Ayah, Ibu..... Ran pamit ya. Ran mau interview di kota Z. Mungkin Ran akan langsung kerja kalau diterima. Jadi ngga akan pulang lagi. "kataku.

" Bagus lah kalau begitu. Beban Ayah berkurang kalau kamu pergi."kata ayahku sinis.

"Hmmm semoga kamu lolos interview. Tanpa harus pulang kesini. s e m o g a ya " jawab ibu ku dengan nada meremehkan.

"Iya bu, semoga ya. Terimakasih buat doa nya bu"

Aku berpamitan dan mencium tangan mereka. Dengan acuh tanpa mengantarku ke depan pintu . Mereka menatapku. Senyum mereka terlihat sangat bahagia. Karena kepergianku.

Mobil yang kupesan lewat aplikasi sudah datang. Aku bergegas memasukkan barang barangku ke bagasi mobil. Kututup pintu mobil. Dan mobil berjalan menuju stasiun.

Kupandangi rumah itu, dengan segala kenangan buruk di dalamnya. Dalam diamku supir mobil itu mengagetkan lamunanku.

"neng mau kemana? "

"kota Z bang"

"Kuliah neng? "

"interview kerja bang"

"Saya kira mau kuliah neng."

" Ngga ada biaya bang saya"

" Yang sabar ya neng. Semoga sukses keterima interviewnya. "

"makasih ya bang"

Bahkan supir mobil yang aku kenal ini begitu baik padaku. Memberiku semangat dan perhatian. Pikirku.

Mobil berhenti di Lobby utama stasiun. Supir mobil membantuku menurunkan barang barang bawaanku.

"makasih banyak y bang. " kataku

"iya sama sama neng. semoga selamat sampai tujuan."

Kutarik koperku. Aku mengantri untuk pengecekan tiket. Beruntung aku tidak terlambat.

Setelah kereta tiba aku bergegas mencari no tempat dudukku 18 a.

kebetulan tempat duduk yang kupilih di dekat jendela. Aku sengaja memilih tempat duduk di dekat jendela agar sepanjang perjalanan aku tidak merasa bosan. Agar aku bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Karena jujur sulit bagiku untuk memulai pembicaraan dengan orang baru.

Saat kutemukan tempat dudukku aku kaget. Ternyata sudah ada yang duduk di situ.

Seorang Pria yang terlihat sudah dewasa. Dia memakai jaket jeans dan celana panjang. Pria itu tampak tertidur sambil mendengarkan musik dari hp nya. Kuberanikan diri untuk menegurnya.

"Maaf mas.. " kataku pelan

Pria itu tak bergeming.

"Ehemmm... Maaf mas. " kataku dengan suara lebih keras.

Pria itu tampak kaget dan segera membuka headsetnya.

"Eh, iya sorry2 mba. Gimana2?? "

kata pria itu terbata bata.

"Maaf ya mas itu tempat duduk sy" kata ku seraya menunjukkan tiketku.

"Oh, Astaga. Sorry2. "

katanya sambil mengucek mata. Dan mengambil tiket dari kantong nya.

"Oh iya no gw 18 b"

dia segera pindah ke samping tempat dudukku.

Dengan kesusahan aku berusaha mengangakat koperku ke atas tempat dudukku. Pria itu dengan sigap membantuku.

"makasih ya mas" seruku lirih

"sama sama mba" katanya

Aku segera duduk. Sambil melihat jendela. Tak lama keretapun berjalan perlahan. Bayang bayang masalalu ku muncul seiring berjalannya kereta. Ada perasaan lega yang tak bisa kutuliskan dalam diriku.

"Mba, mau kemana? " seru pria itu mencairkan keheninganku

"Kota Z mas"

"Oh.... sama dong. Eh kita belum kenalan loh. Gw Radit. Nama lo siapa?

" Gw Ran. " Kataku sambil tetap memandang ke jendela kereta.

"Cewek kayak lo ngapain ke kota Z. Disanakan kehidupannya keras banget. "

Aku langsung menengok ke arahnya.

"Gw mau interview. Keras nya kota Z ngga lebih keras dari hidup gw. " kataku ketus.

"Wohooo... galak amat neng.. sabar sabar. Lo udah punya tempat tinggal belom disana? Kalo belom awas lo apa apa dimahalin apalagi kalo mereka ketemu sama cewek polos kaya elo. "

"Bukan urusan lo. Dan satu lagi gw bisa handle semua. " kataku dengan yakin.

Walaupun sejujurnya aku takut mendengar dari pria itu bagaimana kerasnya kota Z. Apalagi masalah tempat tinggal. Sejujurnya aku tidak tau akan tinggal dimana. Uang yang kubawa juga tidak sebanyak itu.

"Hmmm padahal gw mau nawarin tempat tinggal gratis buat lo. Gw paling ga tega liat cewek pergi sendirian. Apalagi keliatan nya lo masih belum dewasa. "

"Gw ud 18 tahun. "

"Nah bener kan dugaann gw. Gini loh mbak Ran yang galak. Kebetulan nenek gw punya kost kostan. Yah emang sederhana tapi bagus kok. masih sangat layak huni. Kebetulan kost itu udah 1 tahun kosong karena pandemi. Karena nenek gw sendirian di sana. Dia maksa gw buat temenin dia dan cariin siapa aja untuk tinggal disitu supaya dia gak kesepian. Gimana lo mau ga? Asal lo tau ya kostan paling murah di kota Z itu 1.5 jutaan. Ini gratis loh. "

Akupun berfikir. Jujur aku masih takut dengan pria ini. Bisa saja dia berbuat jahat padaku. Tapi keadaan memaksaku untuk mau menerima tawarannya. Uangku tidak akan cukup untuk sewa kost.

"Hmmm okay" kataku lirih

" Tapi apa lo mau menjamin keselmatan gw?

kita kan baru kenal"

"Ya itu terserah lo. Gw disini cuma mau bantu ga ada niat apa apa."

"oke" Kataku pasrah.

Kota Z, kota impian, kota yang dimana banyak gadis gadis desa sepertiku impikan untuk merubah nasib. Aku seorang gadis dari kota kecil yang selalu diabaikan orangtua akhirnya bisa menginjakkan kakiku di kota ini. Kota yang penuh dengan gemerlap lampu, gedung gedung tinggi. Kota yang sibuk.

"Woy ayok bengong aja" seru Radit membuyarkan lamunanku.

Pria disebelahku yang baru kukenal ini memang sedikit menyebalkan. Dalam 12 jam perjalanan kami di kereta dia terus saja mengganggu ku dengan pertanyaan pertanyaan konyol. Tapi jujur kehadirannya membuat perjalananku menyenangkan. Yah setidaknya 12 jam tidak terlalu membosankan untukku.

Radit terlihat cukup dewasa dan baru kuketahui umurnya ternyata sudah 25 tahun. Dan dia tinggi. Badannya kurus.Rambutnya sebahu dan diikat. Dia mengenakan kacamata sama sepertiku. Kulitnya coklat Khas kulit orang Indonesia. Wajah nya cukup manis untuk ukuran Laki laki. Setidaknya tidak semembosankan wajahku. Dengan perawakanku yang tidak bisa dibilang sempurna ini aku berharap bisa diterima dan mendapatkan pekerjaan yang pantas nanti nya.

Tinggiku 155 cm, Berat badanku 60 kg. Rambutku ikal sepinggang. Dan aku selalu memakai kacamata dan earphone kemanapun aku pergi. Tidak ada yang spesial dariku. Setidaknya begitu menurutku.

Radit membawaku ke sebuah tempat kira kira 30 menit jauhnya dari stasiun. Rumah itu terlihat cukup besar. Dengan gerbang hitam yang sangat tinggi di tumbuhi tanamam tanaman liar. Rumah itu terlihat tua dan menyeramkan. Radit mulai membuka gerbang. Jujur aku agak ragu saat dia mempersilahkan aku masuk.

"Yaelah, ayo masuk. Bengong aja disitu Takut ya lo gw jual. " Kata Radit sambil tertawa.

Memang saat itu hari sudah sangat larut. Dan di sekitar rumah itu tidak ada siapa siapa. Rumah tua milik nenek Radit ini terletak diujung jalan besar dan kanan kiri nya kebun kosong. Tak ku lihat rumah lain di sekitar sini.

Yah aku memberanikan diriku untuk masuk mengikuti Radit. Radit kembali mengunci gerbang rumah itu.

Kriiiitt Kriiittt bunyi gerbang tua itu.

Kami mulai berjalan menyusuri halaman rumah yang sangat besar dan gelap. Hanya ada satu lampu di tengah taman di dekat kolam ikan. Ada pendopo kuno disitu dengan kursi kursi kayu jati dan hiasan hiasan jawa yang cukup antik. Banyak juga daun daun berserakan di sana. Kupikir mungkin karena nenek Radit tinggal sendiri di rumah sebesar ini sehingga dia tidak sempat untuk membersihkan halaman.

kami melewati lorong gelap. Tak jauh dari situ kulihat pintu berjeruji besi. Radit membuka pintu itu. Dan sekarang kulihat rumah tingkat dengan beberapa kamar di lantai atas. di lantai bawah rumah utama. Ada tangga khusus menuju lantai atas. Kulihat juga ada dapur terbuka dekat tangga menuju lantai atas. Radit mengetuk pintu. Tapi tidak ada jawaban.

"Pasti nenek udah tidur. " kata Radit.

Tanpa basa basi dia membuka pintu rumah dengan banyak kunci yang dia bawa.

Aku mengikutinya masuk ke dalam rumah. Ternyata rumah utama ini sangat berbeda jauh dengan suasana di luar. Semua tampak rapi dan tertata. walaupun tetap ada kesan "horor" di setiap detail perabotan yang ada. Lampu kuning remang remang menghiasi isi rumah berdinding kayu itu.

Radit mempersilahkan aku duduk di ruang tamu.

Ia mengambilkan aku segelas air es dari kulkas dan beberapa camilan.

"Gimana gimana rumah nenek gw serem kan Ran? "

"Lumayan dit. "

"malem ini lo tidur di kamar gw aja ya Ran. kamar lo belum gw siapin karena kita kan ketemu juga dadakan. Besok gw siapin semuanya. Gw tidur di ruang tamu aja"

"Ga usah repot repot dit. Biar gw aja yang tidur disini. "

"Ya ga bisa dong. Tuan rumah macem apa gw masa tamu gw, cewek lagi di suruh tidur di ruang tamu. "

Aku pun menurutinya. jujur ingin sekali aku berbaring. Rasanya badan ini sangat lelah sekali.

Radit mengantarku ke kamarnya. Di dalam rumah utama ini ada 4 kamar, ruang tamu, kamar mandi, dan ruang makan.

kamar Radit terletak di pojok ruangan di sebelah ruang makan. Kamar nya tampak sudah cukup lama tidak di huni. kasur nya tampak berdebu. Ada lemari, meja yang diisi dengan buku buku dan beberapa foto juga kasur yang terlihat sangat nyaman. Sangat berbeda dengan kasurku di rumah. Ada beberapa gitar yang tergantung di dinding juga ada beberapa poster poster penyanyi luar negeri yang tidak ku kenal di sana.

hhhhaaachuuuuu aku bersin.

"Sorry ya Ran. kamar gw kotor banget. maklum udah 1 tahun gw ga disini. wait.. gw ganti seprai nya dulu. "

Radit segera mengambil seprai baru dan membersihkan kamar itu seadanya.

"Makasih ya dit. Udah repot repot bantuin gw. "

"iya sama sama Ran. Semoga lo betah disini. "

Radit bergegas keluar menuju ruang tamu. Ia menyalakan tv dan berbaring di sofa.

Aku mengambil handuk, dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri setelah seharian dalam perjalanan jauh.

Selesai mandi kulihat Radit masih menonton tv. Aku segera bergegas masuk ke kamar. Kukunci pintu.

Aku menuju meja di kamar Radit. Kulihat buku buku di meja nya. Dan aku tertegun. Kulihat sebuah buku dengan nama

"Raditya Satroatmojo fakultas kedokteran hewan universitas mayapada"

wow aku tertegun dalam hati. Ternyata di balik penampilannya yang nyentrik Radit adalah seorang dokter hewan.

Kulihat lihat lagi foto foto di meja itu. Tampak foto Radit memakai pakaian dokter bersama beberapa temannya.

Di foto lain kulihat anak kecil berfoto bersama dua orang dewasa dan tampak sangat bahagia. Kupikir mungkin itu foto Radit dan orang tua nya saat kecil dulu.

Pandanganku tertuju pada satu foto yang membuat aku agak kaget. Ada foto Radit bersama seorang wanita. wanita itu tampak pucat namun terlihat sangat manis dengan balutan kebaya warna peach dan rambut di sanggul. Sekilas ku lihat perawakan nya mirip denganku. Hanya tentu wanita itu jauh lebih sempurna dariku.Terlihat senyum nya sangat bahagia. Radit juga terlihat gagah di foto itu. Dengan rambut diikat khas nya. Dan jas putih. Mereka berfoto sambil memperlihatkan cincin di jari wanita itu.

"Ooo mungkin ini istri atau tunangan Radit" pikirku dalam hati.

Aku bergegas ke tempat tidur. Kurebahkan diriku dan ku pejamkan mataku. Akupun terlelap dalam tidur malam itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!