hidup baru

Seharian Radit membantuku membersihkan kamar kuputuskan untuk tinggal di kamar bawah bersama nenek dan Radit. Nyaliku tak sebesar itu tinggal di atas sendirian. Kuakui rumah itu kental dengan suasana horor yang begitu terasa dan membuat bulu kudukku berdiri. Kupilih kamar dekat kamar mandi. Kamar itu cukup luas dua kali lipat kamarku dulu. Dengan ranjang besar yang nyaman tentunya. Tidak ada apa apa selain ranjang. Hanya saja kamar nya sangat sangat berdebu. Dulu kamar ini biasa dipakai untuk tamu yang datang. Tapi sejak kakek Radit

meninggal, nenek jarang sekali menerima tamu yang menginap. Nenek sangat sedih dan lebih menutup diri sejak kejadian itu.

Siang hari Radit mengajakku untuk membeli perlengkapan di kamarku. Aku sungguh sangat tidak enak hati. Tapi dia terus memaksa. Dia juga bilang pakaian ku untuk interview besok sangat tidak pantas. Jadi dia membelikan aku beberapa pakaian. Dan katanya dia ingin me make over diriku. Dia memaksaku. Sungguh aku sangat tidak enak hati.

Jujur ada perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Aku merasa di terima. Orangtua kandungku sendiri sama sekali tidak pernah mengajakku pergi membeli sesuatu. Mereka membenciku dan selalu menganggap aku beban hidup mereka. Semua baju bajuku bekas ibuku. Karena itu semua yang kubawa terlihat usang.

Radit mengeluarkan mobil nya. Dia bilang barang yang kami beli akan sangat banyak. Jadi akan sangat repot kalau menggunakan motor. Radit bilang sebenarnya dia lebih suka menggunakan motor kemana mana. Karena kota Z sangat macet.

Mesin mobil dinyalakan. Radit melaju dengan kecepatan sedang. kami menuju pusat perbelanjaan di kota Z yang biasa hanya aku lihat lewat tv.

Sampai disana Radit menggandeng ku. Aku kaget karena ini kali pertama seorang pria memegang tanganku. Wajahku memerah, Tanpa kusadari.

Hari ini Radit terlihat sangat keren dia menggunakan celana jeans pendek, sepatu kets putih, kemeja kotak kotak biru dengan kaos putih di dalamnya. Seperti biasa rambut gondrong nya dia ikat ke belakang.

"Sekarang apa yang lo butuhin? "

"Mmmmm, gw bingung. Gw ga mau ngerepotin dit. Masa gw ud tinggal gratis, makan gratis, masih aja ngerepotin elo. "

"Halah Ran. Apasih lo. Gw bakalan marah banget kalo elo ngomong kaya gitu lagi. " ancam Radit.

Aku yang tak enak hatipun menuruti kemauan Radit untuk membelikan aku segala macam keperluanku. Dia membelikan aku banyak sekali pakaian baru, Tas, Sepatu. Juga kebutuhan kebutuhan lain untuk kamarku seperti lemari, meja dll. Dia juga membawaku ke salon.

Kami masuk ke salon yang cukup terkenal saat itu. Diriku di make over oleh pihak salon. Dan aku sangat takjub dengan hasilnya. Rambutku dipotong dan diwarnai. Ini pertama kali nya aku melakukannya. Dan jujur aku senang sekali.

"Ini seperti bukan aku. " batinku dalam hati dengan mata berkaca kaca.

Tak kusangka Dalam hitungan jam apa yang belum pernah aku rasakan sekarang aku dapatkan begitu cepat. Ini semua seperti mimpi buatku.

Radit menungguku di ruang tunggu. Sambil memainkan hp nya duduk di dekat pintu.

"Dit, Ayo. Udah selesai ni. " Kataku malu.

Aku takut penampilanku yang baru dinilai aneh oleh Radit. Radit menoleh padaku, seperti terkejut.

"Rrrrannn,, ini elo? "

"Kenapa??? Aneh ya gw?? "

" Nggak Ran lo masih sama kok kaya biasanya. Keliatan lebih fresh n ga norak. "

Syukurlah gumamku dalam hati. Setidaknya penampilan ku tidak aneh menurut orang kota seperti Radit.

Kamipun keluar dari mall. Radit mengajakku makan mie ayam di tempat langganannya. Akupun mengiyakan.

"Ran, makan mie ayam yuk. "

"Boleh. Dimana? "

"Mie ayam pak Slamet langganan gw Ran. Jauh sih dari sini. Deket kampus gw. "

"Ayuk Dit. "

Mobil melaju kencang. Kamipun sampai di tempat tujuan kami.

Tempat itu tidak terlalu besar

hanya ada beberapa meja disana. Tapi tempat itu sangat ramai. Untung nya ada orang yang baru saja selesai makan. Sehingga kami dapat tempat duduk.

"Bang, Mie ayam bakso spesial 2 ya. " Triak Radit kepada bapak penjual mie ayam itu.

"Siap mas Radit. " jawab penjual mie ayam

Tak lupa juga Radit memesan es jeruk jumbo untuk kami berdua.

10 menit kemudian pesanan kami datang. Kami menyantap makanan itu dengan sangat lahap. Ternyata benar kata Radit, mie ayam ini sangat enak.

"Wah gila sih dit. Ini enak banget. " kataku sambil terus mengunyah.

"Hahaha. Radit ngga pernah salah Ran. kalo nambah bilang ya. Mie ayam disini cepet banget habisnya. "

"Bukannya ga mau. Tapi ga sanggup dit. Ini porsinya jumbo banget. "

"Hahaha.. oke lah. Eh Ran habis ini temenin gw sebentar ya ke kampus. Gw mau ambil beberapa berkas gw disana. "

"oke dit. "

Selesai makan kami langsung menuju kampus Radit. Kampusnya sangat dekat sekali. Radit memarkir mobilnya di halaman kampus. Dan mengajakku turun.

"Ayok turun. " katanya

"Ngga usahlah dit. Gw disini aja. "

"Nggak bisa lo harus ikut. "

Radit membuka pintu dan menarik tanganku.

Aku mengikutinya. Saat kami sedang berjalan. Ada seorang wanita yang menghadang kami. Setelah kuperhatikan dia adalah wanita yang ada di foto, dikamar Radit. Wanita manis berwajah pucat yang memakai cincin. Aku hanya terdiam terpaku. Ternyata wanita itu terlihat lebih cantik daripada di foto.

Dia jauh lebih tinggi dari ku. Rambutnya hitam panjang sepinggang. Badannya ramping dan seksi. Dia tampak seperti model.

Radit masih menggenggam tanganku.

"Radit kamu kembali. " kata wanita itu dengan suara manja.

"Iya." Kata Radit acuh

Baru kali ini kulihat Radit jadi pribadi yang dingin. Wanita itu memandangku dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Jadi ini alasanmu pergi? " kata wanita itu

"Bukan urusanmu. " Kata Radit sambil menarik tanganku dan kami terus berjalan menyusuri lorong kampus Radit.

Kami meninggal kan wanita itu sendirian. Wajah nya sangat kesal dengan perlakuan acuh dari Radit. Sepanjang perjalanan tak satu pun kata terucap dari ku maupun Radit. Setelah mengambil berkas yang diperlukan kami kembali masuk ke mobil. Kulihat wajah Radit muram. Kuberanikan diri untuk bertanya.

"Dit, Sorry. Tadi itu siapa? "

"Bukan siapa siapa. " kata Radit singkat.

Wajahnya terlihat dingin. Sedingin es. Aku tahu dia sedang menyimpan sesuatu. Suatu rahasia besar. Aku tidak mau memaksa Radit untuk bercerita. Aku berusaha untuk tetap tenang tanpa membuat Radit tidak nyaman. Ku setel Radio yang ada di mobil. Kupilih lagu yang cukup menenangkan. Supaya mood Radit kembali baik. Aku tidak tahu apa lagi yang seharusnya aku lakukan. Aku tidak ingin membuatnya tambah sedih dan murung dengan pertanyaan pertanyaan ku.

Mobil melaju dengan cepat di temani gemerlap lampu lampu kota yang menemani perjalanan kami.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!