Lamaran

Aku masih tidak percaya. Kupegang wajah Radit. Kurasakan pipi nya hangat dan memerah.

"Kamu mabuk ya dit? Kamu ngga serius kan? "

"Apa aku kelihatan ngga serius? " Kata Radit sambil mendekat kan wajah nya ke wajah ku.

Bibir kami mulai saling bersentuhan. Radit mulai ******* bibir ku dengan penuh kasih sayang. Kunikmati ciuman Radit. Karena jujur rasa ini snagat berbeda. Mungkin karena cinta. Ya .... cinta tentu saja. Apalagi kalau bukan cinta. Cinta yang membuat aku bisa melupakan amarah ku. Cinta yang bisa membuatku menerima masa lalu ku yang kelam.

Radit memelukku.

"Ran, kita jalani semua sama sama ya. Kita berjuang sama sama. Aku janji akan jagain kamu. Sampai akhir hayat ku. "

Air mata ku menetes

"Iya dit. Aku mau. "

Kami memutuskan untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Radit memutuskan dia tidak mau ada pertunangan. Mendengar keputusan Radit nenek tentu sangat setuju. Aku tau dari awal pertemuan kami nenek begitu menyayangi ku. Aku juga tau trauma nya Radit dulu. Aku melihat ke yakinan di mata nya. Dan aku pun yakin Radit akan menjadi imam ku. Dia pasti bisa membawa ku ke jalan yang lebih baik.

Radit juga sudah memberi tau ke dua orang tua nya.

Ke esokan hari nya orang tua Radit datang. Aku, Radit, nenek, Ayah Radit, dan ibu Radit membahas tentang rencana baik kami. Wajah ibu Radit mirip dengan Radit. Wajah nya manis khas wanita jawa. Ayah Radit terlihat tegas. Perawakannya tinggi. Wajahnya mencerminkan sikap seorang pemimpin. Mereka berdua sangat baik pada ku. Awal nya aku sempat takut dan ragu. Tapi semua keraguan ku itu tidak terbukti. Ternyata diam diam Radit sudah banyak bercerita tentang ku pada orang tua nya.

Kami memutuskan untuk ke kampung halaman ku. Tentu nya untuk meminta ijin pada ke dua orang tua ku. Ku telepon mereka. Tapi sama sekali tidak ada jawaban.

"Gimana sayang? "

" Ngga diangkat dit. " Kata ku sedih

Selama ini aku selalu rutin mengirimkan uang untuk mereka. Tapi tetap saja mereka acuh padaku. Akhirnya ku putus kan untuk tetap datang.

Malam itu kami berangkat menggunakan mobil.

Sejujur nya aku khawatir. Aku takut perlakuan orangbtua ku pada keluarga Radit tidak baik. Aku takut hal hal yang tidak diingin kan terjadi.

Seperti nya Radit menyadari kekhawatiran ku. Dia menggenggam erat tangan ku. Radit selalu tau bagaimana cara nya membuatku nyaman. Dia selalu menyadari jika ada perubahan dari sikap ku tanpa aku perlu memberitahu nya.

Perjalanan panjang kami lalui. Akhir nya kami pun sampai di rumah ku. Rumah sederhana milik orang tua ku. Rindu rasanya hati ini. Ku ketuk pintu.

tok.. tok ... tok

Tak ada jawaban.

tok ... tok ... tok ...

Ku lihat wajah ibu ku membuka kan pintu. Seperti biasa wajah nya nampak dingin. Tak ada sedikit pun rasa rindu dari mata nya. Melihat anak nya yang sudah lama tak pulang.

Kucium tangan nya. Dia melihat banyak orang berkumpul dan dia bertanya pada ku.

"Untuk apa kamu membawa orang orang ini? "

kata ibu ku dengan sangat angkuh.

Dengan cepat Radit menjawab dan segera mencair kan suasana.

"Selamat siang bu. Saya Radit dan ini keluarga saya. Saya mau menyampaikan niat baik saya. "

Ku lihat wajah nenek menunjukkan wajah yang tidak suka pada ibu ku. Aku memaklumi nya karena sambutan ibu sangat tidak baik pada mereka.

"Silahkan masuk. " Kata ibu ku

Ruang tamu ku cukup sempit. Tempat duduk kami juga sudah usang. Radit dan keluarga nya segera masuk dan duduk. Tak lama Ayah keluar dari kamar.

"Ada apa ini? " Kata ayah ku.

"Begini pak selama di kota Raniya tinggal dan bekerja bersama kami. Dan anak kami ternyata mencintai Raniya. Kami kesini bermaksud untuk meminta restu pada bapak dan ibu, untuk meminang Raniya. "

Kata Ayah Radit menjelaskan maksud kedatangan mereka.

"Oh jadi kamu di sana jadi wanita penggoda ya? Kamu sengaja kan mencari pria kaya supaya hidup enak tanpa kerja keras disana? " Kata ibu kandung ku.

Kata kata ibu menyakiti ku. Andai ibu tau apa yang sudah kualami disana. Tapi ku rasa percuma. Ibu tau pun dia tak akan peduli. Malah akan semakin menjatuhkan mental ku.

Wajah ku memerah. Aku hanya terdiam. Aku tidak berani menjawab apa apa.

"Kenapa ibu berbicara seperti itu pada darah daging ibu sendiri? " Kata nenek yang sedari tadi berusaha bersabar.

"Anak pembawa sial itu??? Aku sudah tidak peduli lagi pada nya. Terserah mau apa dia. "

Kata ibu ku sambil menunjukku.

Ku tahan tangis ku.

"Apa maksud ibu? " Kata Radit sambil menenangkan aku.

Ayahku menenangkan ibu ku. Kali ini sikap nya sedikit melunak.

"Cerita nya panjang. " Kata Ayah sambil menghela nafas panjang. Kulihat mata ibu ku berkaca kaca. Dan akh tau jelas dia sedang menahan emosi.

"Kalau bapak tidak keberatan, Kami ingin tau cerita sesungguh nya. " Kata ibu Radit dengan sangat lembut.

"Sebenarnya Raniya memiliki seorang adik. Nama nya Erika. Adik perempuan yang berjarak hanya 2 tahun dari nya. Tapi karena kebodohannya. Dia membuat adik nya meninggal dunia. Saat itu kami berjualan ayam potong di pinggir jalan besar. Kami sudah menitipkan Erika pada Raniya. Kami juga sudah bilang jangan bermain di dekat jalan apalagi menyebrang. Dan kejadian naas itu terjadi. Kami yang sedang melayani pembeli sangat kaget. Kami lihat anak kami Erika bersimbah darah di jalanan. "

Kata Ayah ku menceritakan kejadian naas itu.

Tiba tiba aku teringat mimpi mimpi ku. Mimpi mimpi yang sering datang itu ternyata trauma ku. Ternyata itu nyata. Tubuhku gemetaran. Kepala ku sangat sakit. Aku menangis.

"Jadi itu alasan Ayah dan ibu membenci ku? Sementara aku sendiri selama ini tidak pernah tau alasannya. Bahkan tidak pernah tau kalau aku mempunyai adik. Kalian selalu bilang aku anak tunggal. " Kata ku dengan suara bergetar.

"Iya!!! Karena kamu seorang pembunuh. Kamu kehilangan ingatan mu karna kamu merasa bersalah. Dan dokter bilang mental mu kena. Harus nya kamu yang mati bukan Erika.!!!!!! " Kata ibu ku.

"Saya rasa tidak adil anda menyalahkan Raniya. Atas masalah tersebut. Saat itu Raniya masih berumur 6 tahun. " Kata nenek membelaku.

"Itu semua karena kebodohannya. Setiap melihat wajah nya kami selalu teringat tubuh kecil Erika yang tak bernyawa. Bagaimana bisa kami memaafkannya. " Kata ayah ku.

"Kalian hanya memikirkan Erika. Raniya juga anak kalian. Apa kalian tidak memikirkan perasaannya? Saya tidak mengerti dimana hati nurani kalian? Jawab nenek.

.........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!