Tak sanggup

Kata kata Tyo terngiang di telingaku. Tak ku sangka pak Umar punya pikiran seburuk itu padaku. Ingin rasanya aku menangis. Membayangkan wajah nya saat pertama kali melihatku dulu membuatku jijik.

Tak ku ceritakan ini pada siapapun. Kupikir toh selama ini dia belum pernah bertindak kasar padaku. Tapi aku tetap waspada.

Hari berganti hari. Kujalani shift malam ku dengan lancar.

Aku mulai dekat dengan Rahma. Dia sudah tidak sedingin awal kami bertemu. Dia mulai membuka diri. Dia bilang aku berbeda dari Bela. Jujur aku tidak memihak pada siapapun. Bela baik padaku. Begitu juga Rahma.

Aku hanya berusaha jadi pendengar yang baik untuk mereka tanpa memihak atau menggiring opini.

Malam itu, aku ke lantai 2 untuk absensi. Sudah jam pulang. Aku agak terlambat hari itu karena ada beberapa pekerjaan yang belum selesai. Tyo hari ini ijin tidak masuk. Sementara Rahma pulang lebih dulu karena adiknya sendirian di rumah.

Sudah sangat sepi di kantor. Tapi kulihat ruangan HRD masih menyala. Setelah selesai absensi, buru buru aku ke bawah. Tak sengaja aku bertabrakan dengan pak Umar.

Brukkk

Aku terjatuh. Pak Umar membantuku berdiri.

Aku buru buru menolaknya dan segera berdiri. Teringat kata kata Tyo di benak ku.

"Ran, kamu ngga papa? " kata pak Umar dengan suara berat nya.

"Nggggg nggak papa kok pak. " kata ku gugup.

"Mau saya antar pulang? ini sudah larut. Ngga baik perempuan cantik kayak kamu pulang sendiri. Kata pak Umar sambil memandang ku dari atas ke bawah. Seolah aku ini makanan yang sangat lezat.

" Maaf pak saya sudah di jemput. " Kataku berbohong sambil berlalu meninggalkan nya.

Aku berlari sambil menahan tangis. Entah kenapa aku sangat jijik dengan tatapan nya yang seolah mau memakan ku.

Aku bersembunyi agak jauh dari kantor. Aku berdiri di depan supermarket. Ku pesan ojek online. Tak lama ojek ku pun datang dan aku bergegas pulang.

Sesampainya di rumah ku lihat Radit sudah menungguku. Dia sudah memasak makan malam untuk kami.

"Hei, hari ini kok pulang nya malem banget? Dari tadi nenek nungguin. Sekarang nenek udah tidur. "

" iiiiiiya maaf ya Dit gw ngga ngabarin.. ummmmm tadiii... di kantor ada pekerjaan yang harus gw selesai in. "

"Kok muka lo pucet banget? lo sakit ya? "

"Hah??? masa sih? "

"Iya coba sini gw periksa."

Radit menaruh tangannya di jidat ku. Dia menyuruhku duduk dan mengambilkan aku makanan. Sambil menyuapi aku.

Aku yang bingung menurut saja.

"Ran kalo sakit jangan di paksa. Kalo ada apa apa bilang. Jangan apa apa di simpen sendiri. " Kata Radit dengan suara lembut.

"iii ya dit. Makasih ya dit. " Hatiku berdebar debar menerima perlakuan Radit yang luar biasa. Seperti nya aku jatuh cinta padanya. Tapi siapa aku? Aku tidak pantas untuk nya. Aku hanya gadis desa miskin yang di tolong Radit.

"Come on Ran.. Sadar.. Radit cuma kasihan sama lo. Jangan baper!!! " kata ku dalan hati menyadarkan diriku sendiri.

Aku tak mau kecewa dan menaruh harapan besar pada Radit. Aku takut sakit hati. Lebih baik aku sadar diri tentang siapa aku. Tanpa harus berharap lebih.

Radit memandangi ku yang termenung.

"Heyyy... jangan bengong. Ran lagi banyak pikiran ya? "

Entah kenapa hari ini Radit lebih sering memanggil nama ku.

" Ngga dit. Gw cuma lagi mikir aja kok lo baik banget sih sama gw. Padahal gw kan orang asing dalam hidup lo. Gimana kalo misalkan gw jahat sama lo. Gimana kalo niat gw ngga baik ke lo? Apa lo ngga takut? "

"Ran... Ngga alasan nya gw baik sama lo. Gw baik sama lo karena gw mau. Gw ikutin kata hati gw. Bukan karena siapa siapa tapi karena kata hati gw yang suruh gw begini. Dan nenek juga setuju. Jadi apa alasan gw untuk ngga berbuat baik sama lo? "

Kami terdiam....

Radit mendekat kan wajah nya ke wajah ku. Dan dia membisikkan sesuatu padaku.

"Ran.... "

Aroma nafasnya yang sangat segar ter cium oleh ku. Jantung ku seperti berhenti berdetak. Wajah ku me merah.

"Ada nasi di mulut lo.. " Kata Radit sambil mengambil nasi di pinggir mulutku.

Aku jadi salah tingkah. Sikap Radit benar benar membuat ku berdebar debar.

Aku segera membersih kan mulut ku.

"Mmmm.... Yyyyyyaaa udah dit.. Gw masuk

dulu."

" Iya gih cepetan tidur. Biar gw yang beresin piring nya. " Radit mendorong pundak ku agar aku segera masuk kamar.

Aku pun ke kamar. Berganti pakaian dan membersihkan make up ku. Kupandangi diri ku di kaca.

Kulihat wajahku lebih jelas. Sambil menepuk nepuk wajahku aku berbicara pada diriku sendiri.

"Raniya plis jangan baper. Elo bukan level Radit. Kalian bagaikan langit dan bumi. "

Kusadarkan diri ku sendiri. Mata ini belum mengantuk. Tapi aku paksakan untuk tidur.

"Mbak Raniyaaaaa..."

kulihat seorang anak kecil berlari menghampiri ku. Anak itu sangat mirip dengan ku. Rambut nya di kepang dua. Menggunakan rok terusan selutut. Ku tengok dia ada di seberang jalan..

Sinar matahari menusuk mataku..

Kulihat anak itu terus berlari menghampiri ku

sampai Ada truk besar datang..

Ku julurkan tanganku.. mencegah nya berlari menghampiri ku.

Tapi terlambat.............

Braaaaakkkkkkkkkkkk.... Krakkkk!!!!!

Tubuh kecil itu tertabrak dan terlempar.

Aku berteriak sekencang kencang nya.

Kulihat banyak darah dimana mana..

dan aku terbangun....

Ternyata itu hanya mimpi.. Aku menyeka keringat di dahi ku. Mimpi itu terasa sangat nyata. Badan ku bergetar. Rasanya aku ada di tempat itu. Jelas ku ingat wajah gadis itu. Wajah ceria yang manis itu.

Aku mengambil segelas air yang ada di kulkas. Tampak nya Radit dan nenek sudah tertidur kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 3 lagi. Aku kembali ke kamar dan mengunci pintu.

Kulanjutkan tidurku.

Aku bangun siang hari. Segera kubereskan tempat tidurku. Dan aku bergegas keluar kamar. Kulihat banyak tukang di halaman depan. Ternyata Radit mulai membangun klinik.

" Hai Ran... Baru bangun ya... sini sini.. kenalin ini pak Jaka. Pak jaka bakal bantu bantu selama semingguan buat bikin klinik di sini. "

"Halo pak saya Ran. Kalau butuh apa apa bisa hubungi saya ya pak. "

" Baik mba.. "

Akhirnya impian Radit untuk membuka klinik di rumah nya pun tercapai. Aku yakin dia akan menjadi dokter hewan yang sukses.

Kemampuan Radit tidak diragukan lagi. Dia sangat teliti dan telaten sekali menangani pasiennya. Bahkan sering sekali Radit membantu secara cuma cuma. Yang terpenting hewan hewan itu bisa kembali sehat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!