Rangga menghentikan mobilnya di depan restoran, dan turun dari mobil tanpa mengajak Rania atau berpamitan sedikitpun.
Sementara Rania yang di tinggal sendiri di dalam mobil, hanya diam saja memandangi kepergian Rangga. Lama Rania menunggu hingga Rangga kembali menenteng beberapa kresek.
Tak ada pembicaraan antara keduanya hingga sampai di kontrankan. Rania terlebih dulu turun sebelum Rangga membukakan pintu.
"Sayang, tunggu dulu!" cegat Rangga saat Rania akan menutup pintu rumah tanpa berbicara terlebih dahulu padanya.
Laki-laki itu menyerahkan kresek berisi beberapa kotak pada Rania. "Jangan lupa makan sebelum ke kampus."
"Makasih." Menerima pemberian Rangga.
"Aku pamit dulu." Sebelum pergi Rangga menarik Rania mendekat kemudian mengecup keningnya.
Sepeninggalan Rangga, Rania langsung menutup pintu kontrakannya rapat-rapat, duduk di meja dengan segala perasaan yang tak menentu.
Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Sekeras apapun ia berusaha menjauh dari Rangga, ia tidak akan bisa karena laki-laki itu sendiri yang akan mendatanginya.
Pergi dari kota ini? Itu tidak mungkin, ia tidak punya cukup uang kuliah di tempat lain. Ini saja ia sangat beruntung bisa kuliah di universitas ternama.
Rania memandangi foto mendiang ayahnya yang sengaja ia bawa dari kampung. "Maafin Rania karena ngecewain bapak. Apa yang harus aku lakukan pak? Apa Rania nyusul bapak aja biar penderitaan Rania berakhir?"
Rania menghapus air matanya kasar. "Kenapa ibu begitu benci sama Rania? Rania kurang berbakti apa lagi untuknya?"
Lama Rania menangis sembari memandangi foto ayahnya, hingga rasa lapar menyerang. Tak ingin sakit dan menyusahkan orang lain, Rania segera menyiapkan makanan yang di berikan Rangga tadi.
Rania makan dalam diam, tak lupa air mata terus membasahi pipinya seiring suapan masuk kedalam mulutnya. Bahkan ia tidak bisa merasakan selezat apa makanan itu, yang penting dirinya kenyang.
Ketokan pintu berhasil menghentikan aksi Rania, ia segera menghapus air matanya, beranjak dan membuka pintu.
"Ada apa Bu?" tanya Rania sopan setelah membuka pintu.
"Kamu sakit? Dari tadi ibu dengar suara orang nangis."
"Nggak Bu, Rania nggak sakit. Itu Rania lagi nonton film sedih, suaranya terlalu keras ya bu?"
"Ah nggak, kirain kamu sakit Nak. Kalau gitu, ibu kesebelah dulu."
***
Beberapa hari setelah kejadian di club, Rangga benar-benar tak membiarkannya menjauh, laki-laki itu selalu muncul di mana saja dan kapan saja, padahal Rania sudah berusaha menjauh.
Kini Rania berjalan di pinggir lapangan menuju kelasnya, ia tidak sengaja bertemu Agas yang baru saja bermain basket dengan yang lain.
"Ada kelas?" sapa Agas berjalan mundur agar terus berhadapan dengan Rania yang terus berjalan. Agas dan Rangga memang seumuran, tetapi laki-laki itu telat kuliah, hingga butuh satu tahun lagi untuk menyusul Rangga.
"Iya kak."
"Kalau gitu bareng aja, tunggu gue," ucap Agas sedikit berlari menuju kursi penontong untuk mengambil tas juga kemejanya.
"Kak Agas mau kemana, bukannya kelas kakak sebelah utara ya?" tanya Rania sembari memeluk buku paket di tanganya.
"Hem, gue ada urusan sekitar kelas lo. Dari pada sendiri mending barenng aja ya kan."
Rania hanya menanggapi dengan senyuman, berjalan beriringan bersama Agas menuju kelas.
"Malam itu lo ketemu Rangga ya?" Agas kembali bicara setelah lama terdiam.
"Iya kak, tapi tenang aja aku nggak ngomong kalau kakak yang rekom."
"Santai aja kali Ran, kayak siapa aja." Agas mengacak-acak rambut Rania karena gemes. "Sana masuk gih, bentar lagi dosen lo datang."
"Makasih kak," ucap Rania sebelum masuk ke kelas.
"Yoi."
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Runik Runma
seru
2024-05-17
0
Fenty Izzi
semoga ada jalan terbaik... membawamu pergi dari lembah dosa😔🥺kenapa g sama agas saja...dia baik... yang pasti masih jomblo😊
2022-06-30
1
Erni Kusumawati
sepertinya selama ini Rania terlalu jauh dg Allah..sebelum semuanya terlambat kembalilah ke jalan Allah Rania hanya dia yg bs membantumu saat ini
2022-06-13
2