Setelah bertemu Rangga di kampus dan membicarakan keputusan yang telah ia ambil, Rania berjalan menuju cafe tempatnya bekerja.
Jujur saja hatinya tidak rela untuk berpisah dengan Rangga, tapi ia juga tidak ingin menjadi duri dalam hubungan laki-laki itu. Ia yakin jika Rangga benar-benar mencintainya, maka laki-laki itu memperjuangkannya.
Saat akan menyembrang, ia tidak sengaja bertemu Agas sahabat Rangga di pinggir jalan.
"Kak Agas," panggil Rania, kebetulan ia dan Agas akrab layaknya sahabat.
"Eh Rania, kenapa? Nyari Rangga pasti ya?" goda Agas menaik turunkan alisnya. Namun, di jawab gelengan oleh Rania.
"Nggak kak," jawabnya. "Rania mau minta tolong, batuin Rania nyari kerja ya!"
"Lah, Rangga tau ini? Dia nggak suka kalah lo kerja terlalu keras."
"Tau kok." Bohong Rania. "Kalau ada kabarin ya kak, aku mau kerja dulu, dah ...." Rania melambaikan tangannya sebelum menyebrang.
Agas menatap sendu Rania. "Lo cantik Ran, kenapa harus Rangga?" gumamnya.
"Woi ngelamunin apa lo?" Agas menoleh saat seseorang menepuk pundaknya.
"Njir gue kira siapa. Bini lo masih di rumah?" tanya Agas.
"Hm."
***
Hari-hari tanpa Rangga membuat Rania seperti kehilangan separu hidupnya. Orang yang selalu menghiburnya di kala lelah dan bersedih tidak ada lagi. Tak ada tempat baginya untuk bekeluh kesah.
Ini sudah hari ke 10 mereka berpisah, dan Rangga tak lagi menginjakkan kaki di kampus.
Rania menghela napas panjang, setelah berbicara dengan ibunya di kampung. Lagi dan lagi ia di desak agar mengirim uang lebih banyak lagi.
Tak sanggup dengan tekanan yang ada, Rania meminta untuk bertemu Agas di Cafe tempatnya bekerja. Melihat Agas memasuki Cafe, Rania melambaikan tangannya.
"Kak!" panggil Rania.
"Kenapa Ran? Lo butuh sesuatu?"
"Anu kak, itu ... soal yang aku tanyain beberapa hari yang lalu, ada kabar nggak?"
Agas terdiam, sebenarnya ia ada lowongan pekerjaan dengan bayaran lumayan mahal. Tapi ia yakin 100% Rangga akan marah jika mengetahui itu.
"Kak Agas!"
"Ah ya, kenapa Ran?"
"Ish, kak Agas mikirin apa sih? Ada atau nggak?"
"Ada sih, tapi gue nggak yakin ini cocok buat lo."
"Pekerjaan apa kak?" antusias Rania.
"Jadi bartender di Club," lirih Agas mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Club?" beo Rania.
"Nggak usah deh Ran, ntar Rangga ngamuk lagi."
"Kalau di Club siftnya malam 'kan kak? Aku mau, kebetulan aku sengang kalau malam."
"Rania, itu bukan tempat yang ...."
"Aku bisa jaga diri kak, plis antar aku kesana!" Rania menangkup kedua tangannya di dada, memohon agar Agas ingin membantunya. "Kak Rangga nggak bakal tau kalau kak Agas nggak bocor."
Rania tidak peduli dengan apapun, di pikirannya hanya uang dan uang, agar bisa memenuhi keinginan sang ibu di kampung. Tanpa gadis itu ketahui, ibunya bersenang-senang menghabiskan uang hasil jerih payahnya.
"Baiklah, gue bakal anter lo. Tapi gue nggak mau tanggung jawab ya."
Rania mengangguk, tercetak jelas binar bahagia di wajahnya.
"Gue cabut ya!" pamit Agas.
"Makasih kak Agas!" teriak Rania dan hanya di balas lambaiyan tangan oleh Agas.
"Semoga pekerjaan ini gajinya lebih banyak, lumayan buat biaya adik-adik di kampung," gumam Rania.
Dengan penuh senyuman, Rania menghampiri Dewi di kasir untuk berpamitan. Ia masih ada kelas sebelum pulang kerumah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Teh Yen
pantes aj kurang trus uang kiriman dari Rania lah malah d pake poya poya sama.ibunya jahat banget yah ibunya ibu kandung bukan tuh bikin geram deh 😤😤😤
2024-06-03
0
RithaMartinE
kok jdi ibu nya jahat ea . apa gk kasian sama anakny 😢
2024-02-26
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
ada ya, ibu kandung yg jahat nya na'udzubillaah spr itu ... jahat banget !!!!
2024-01-13
1