...***...
"Mimpi itu lagi…" gumam Rei begitu dirinya benar-benar sadar seratus persen.
Kenapa aku terus memimpikan hal yang sama? Apa yang terjadi? Kenapa mimpi itu selalu datang ketika aku menutup mata? pikir Rei. Ia terdiam dalam lamunannya.
Sudah berulang kali, semenjak Rei tersadar di sebuah tempat asing di sebuah pulau yang entah berada di mana. Dan, semenjak Rei sadar, sejak saat itu juga Rei selalu memimpikan hal yang sama.
Setiap kali mimpi itu datang, setiap kali itu juga kepalanya bereaksi berlebih. Kepalanya selalu terasa sakit setiap kali ia terbangun dari mimpinya.
Perhatian Rei dalam sekejap tersita oleh suara ketukan pintu yang di dengarnya. Ia menoleh ke arah pintu kamarnya yang tertutup.
"Rei, bolehkah aku masuk?" teriak William di depan pintu.
"Y… ya. Masuklah," jawab Rei. William membuka pintunya pelan hingga menampakkan sosoknya yang berdiri di ambang pintu masuk.
"Makan malam sudah siap. Ayo turun, dan makan bersama kami."
"Kau duluan saja. Aku akan mencuci wajahku dulu."
"Ok, kalau begitu."
William beranjak pergi dari tempatnya. Melenggang menuju ruang dapur untuk menemui Elvina yang sudah mempersiapkan hidangan untuk santapan mereka malam ini.
Sepeninggalan William, Rei terdiam sejenak. Baru detik berikutnya, ia beranjak bangun menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.
...*...
Hening. Tidak ada sepatah kata pun yang terlontar dari bibirnya masing-masing. Joe terduduk bersama Derek di atas meja makan yang sama di ruang dapur. Namun, diantara keduanya sama sekali tidak ada yang mau membuka suara. Apakah setelah kejadian beberapa jam yang lalu saat Joe mengetahui rencananya yang terkesan membahayakan nyawa.
Tukk!
Joe menaruh gelas kosong dalam genggamannya ke atas meja. Ia menaruhnya cukup kasar, sampai-sampai membuat sedikit air di dalamnya bercipratan keluar.
Derek menatap kakaknya lewat ujung bulu mata. Joe masih menampakkan aura kemarahan yang begitu kuat, Derek bisa dengan jelas merasakannya.
Derit kursi yang di duduki Joe terdengar menginterupsi keheningan yang menyelimuti mereka. Joe bangkit, melangkah menjauh dari Derek yang masih tengah menikmati makan malamnya yang bahkan terasa hambar.
Derek menatap punggung Joe yang tiba-tiba berhenti beberapa meter dari meja makan.
"Aku tidak mau tahu. Pokoknya, kau harus menghentikan penelitian itu!" Joe menekan setiap kalimatnya, berharap dengan tekanannya, Derek mau berhenti melakukan hal berbahaya itu.
Derek terdiam, ia menundukkan kepalanya. Kedua tangannya terkepal erat menggenggam sendok dan garpu yang berada ditangannya.
"Aku tidak bisa," tuturnya pelan.
Emosi Joe meningkat dalam sekejap. Tetapi dengan sekuat tenaga, ia berusaha menahan amarahnya. Joe tidak ingin menyerang atau menyakiti Derek, bagaimana pun dia adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki.
"Bagaimana pun juga, aku akan tetap melanjutkan penelitian ini. Karena aku tidak ingin ada lebih banyak orang yang diperalat mereka. Dengan profesor melakukan semua ini… mereka secara tidak langsung sudah mengubah peradaban manusia dan mengubah masa depan. Aku akan menghentikan itu terjadi."
Joe berbalik menatapnya dengan raut wajah kesal. "Apakah kau tidak sadar, bahwa apa yang kau lakukan ini berbahaya untukmu? Berbahaya untuk nyawa kita berdua? Kenapa kau begitu keras kepala. Tidak bisakah kau bersikap selayaknya evolver lain yang menjalani kehidupan dengan selayaknya?" bentak Joe meledak-ledak. Derek sampai terkejut dibuatnya.
"Hentikan penelitianmu!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 771 Episodes
Comments
Ranran Miura
Ah, bingung mau dukung siapa. Disisi lain Joe juga menghawatirkan keselamatan adiknya.
2022-05-10
2
Ranran Miura
Nah, betul👍
2022-05-10
1