...***...
Joe menghempaskan tangannya dengan sisa tenaga yang ia miliki. Dalam sekejap semuanya kembali normal. Waktu yang semula membeku, dalam sekejap kembali bergerak. Berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.
...*...
William menghentikan langkahnya. Kedua matanya terpaku menatap sosok Rei yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah polos. Kedua matanya menatap ke sekeliling tanpa sadar kalau William sedang memperhatikan dirinya.
Kedua mata remaja itu dalam seketika berkaca-kaca. Rasa senang, bercampur haru menjalar dihatinya.
"Rei…" Gumam William pelan. Elvina menoleh pada adiknya. Lelaki itu melepaskan tangan Elvina yang mengalung pada pundaknya.
Di sisi lain, Rei yang mendengar namanya di sebut, spontan menoleh ke arah datangnya suara.
William merekahkan senyum. Ia bergerak cepat menuju Rei dan memeluk sepupunya itu sembari menangis.
"Ini betul dirimu, 'kan, Rei? Ini bukan mimpi, 'kan? Tahukah kau betapa bahagianya aku sekarang ini?" William tak bisa membendung emosinya yang langsung meluap begitu melihat Rei. Sepupu yang dirindukannya itu kembali dengan keadaan selamat tanpa lecet sedikitpun.
Argh… lagi? Kenapa aku merasakan hal yang sama ketika permukaan kulitku bersentuhan dengannya? Batin Rei. Ia untuk yang kedua kalinya merasakan tubuhnya seakan tersengat aliran listrik kecil saat dirinya bersentuhan dengan William yang memeluknya. Tengkuk Rei dan permukaan pipi William bersentuhan.
"Aku senang, kau telah kembali." William melerai pelukannya, pandangannya matanya menatap kedua iris mata Rei yang begitu indah.
Rei terdiam. Keningnya berkerut. Lagi-lagi ia kebingungan dengan apa yang tengah ia alami.
"Kau siapa?" tanya Rei yang dalam seketika memupuskan senyum dari wajahnya.
"A… apa? Kau tidak mengenalku?" Wiliam berubah bingung.
Elvina segera menghampiri mereka berdua untuk menjelaskan apa yang terjadi pada adiknya.
"El… apa yang terjadi dengan Rei? Kenapa dia tidak kenal denganku?" William menatap pada kakaknya.
"Akan aku jelaskan. Tapi tidak di sini. Ayo kita masuk dan beristirahat." Elvina beralih pandang pada Rei.
"Ayo masuk. Lepaskan sepatumu, kemudian pakai ini." Elvina sedikit membungkuk. Membuka laci berisi sandal busa empuk berwarna biru yang kemudian diberikan kepada Rei.
Rei melepaskan kedua sepatunya, ia lalu mengenakan sandal yang ternyata pas dengan ukuran kakinya.
Kebetulan sekali mereka memiliki sandal yang ukurannya pas dengan kakiku, pikirnya.
Elvina menggiring William untuk masuk ke dalam rumah, di belakangnya. Rei berjalan mengekor dengan pandangan matanya yang terus mengedar menatap sekeliling.
...*...
Brakk!
Pintu terbuka dengan kasar membuat pria yang terdiam di dalamnya tersentak kaget dan spontan bergerak menghampiri pintu depan dimana suara yang di dengarnya berasal.
Joe tersungkur di lantai. Ia terbatuk-batuk menahan rasa sakitnya. Derek Apollo, yang mendengar suara kakaknya. Bergegas berlari ke arahnya.
"Astaga, Joe. Apa yang terjadi?" Derek terkejut bukan main mendapati kakaknya dalam keadaan babak-belur.
Joe tak menjawab. Tatapan mata sayu, memandang adiknya. Sebelah tangannya bergerak perlahan menarik kerah kemeja yang membalut tubuh adiknya. Memberikan isyarat padanya untuk menolong kondisinya yang kurang baik.
Derek yang mengerti, bergegas membantu Joe untuk bangun. Ia segera membawa Joe dan memindahkannya ke kamar.
Derek membaringkan tubuh kakaknya itu di atas ranjang yang ada. "Aku akan segera kembali," ucap Derek yang bergegas berlari keluar kamar untuk mengambil obat guna membantu memulihkan kondisi Joe yang terlihat begitu parah.
"Argh…" ringisnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 771 Episodes
Comments
Ranran Miura
Tuh kan jadi tambah kasihan sama Joe. Keknya bener deh, si tua bangka yang harusnya dirukiyah
2022-05-07
3
Ranran Miura
polos-polos.. jadi pengen getok pake linggis kan tu kepala 😤 dari tadi diem2 bae
2022-05-07
3