...***...
"Kenapa aku baru sadar kalau ada ruangan di sini?" Joe mendorong pintu itu hingga menampakkan isi di dalamnya.
Di dalam ruangan itu, Joe melihat Derek yang sedang berdiri di depan sebuah papan yang dipenuhi dengan kertas dan sticky note yang tertempel bertumpuk dengan kertas lain yang di tempelnya.
Bukan hanya kertas berupa tulisan, ada juga beberapa gambar yang menempel di sana.
Joe melangkah perlahan ke dalam ruangan itu. Derek masih belum menyadari kehadirannya.
Kedua matanya mengedar, menatap sekeliling ruangan yang tampak seperti laboratorium. Ada meja yang di penuhi dengan berbagai alat yang terbuat dari kaca, serta beragam cairan dengan berbagai warna terang.
Joe melongok. Kedua matanya membulat saat ia melihat satu cairan yang tak asing baginya. Sebuah cairan yang ada di dalam sebuah suntikan lengkap dengan jarumnya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Joe menatap Derek. Lelaki yang menjadi adiknya itu, menoleh ke arahnya yang baru tiba.
"K… kenapa kau kemari?" Derek terkejut dengan kehadiran kakaknya.
"Jawab aku. Apa yang sedang kau lakukan?! Kenapa… ada serum profesor di sini?"
Derek terdiam. Apa yang selama ini berusaha ia tutupi, akhirnya terbongkar juga.
"Jawab aku, Derek Apollo!" bentak Joe penuh penekanan pada setiap kalimatnya.
Derek menghela napas panjang. Ia sudah tidak bisa menyembunyikan semuanya lagi. Toh, Joe juga sudah tahu dan menemukan tempat ini.
"Aku sedang melakukan penelitian," gumamnya pelan.
"P… penelitian?" Joe melotot tertegun. "Jangan bilang kalau kau…" Joe tak mampu melanjutkan kalimatnya, ia tidak bisa membayangkan kalau apa yang ditakutinya selama ini benar-benar terjadi.
Pikiran yang muncul di benaknya berusaha keras ia tepis jauh-jauh agar ketakutannya tidak menjadi nyata. Namun, berulang kali ia mencoba menepisnya, berulang kali juga pikiran itu terus datang menghampirinya.
Derek mengangguk pelan. "Ya, benar. Aku memang meneliti semua ini agar bisa mencari penawar untuk melawan serum evolusi yang di buat profesor…"
...*...
"Ini adalah kamar yang biasa kau tempati." Elvina membuka pintu kamar dihadapannya. Begitu pintu kamar itu terbuka, Rei dapat melihat ruangan bergradasi warna biru muda dengan barang-barang di dalamnya yang tertata rapi. Ruangannya terasa begitu nyaman.
"Mulai malam ini, lebih baik kau tinggal di tempat kami untuk sementara waktu," ujar Elvina.
"Baiklah. Terima kasih karena sudah memberikan aku tumpangan."
"Tidak perlu berterima kasih. Lagipula ini bukan apa-apa."
"Oke. Lebih baik, kau istirahat. Kau pasti lelah, karena baru saja tiba, 'kan?" kata William. Rei menganggukkan kepala pelan.
"Beristirahatlah. Kalau kau butuh apa-apa, panggil saja aku atau Will. Kami ada di lantai bawah," ucap Elvina.
"Baik."
"Kami pergi." William dan Elvina beranjak dari tempatnya, meninggalkan Rei yang kini masuk ke dalam kamar dengan tas backpack besar miliknya.
Rei melangkah masuk, duduk di atas ranjang yang ada. Ia terdiam. Matanya kembali mengedar menatap sekeliling. Setelah dilihat, ruangannya ternyata lebih besar begitu ia sudah ada di dalamnya.
"Kamarnya benar-benar nyaman dan rapi," tuturnya pelan.
Rei menaruh tasnya di lantai dekat ranjang yang didudukinya. Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Hari ini banyak hal yang terjadi di luar perkiraanku… batin Rei. Kedua matanya menatap langit-langit kamar dengan gradasi warna putih dengan stiker bintang-bintang.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 771 Episodes
Comments
anak hikikomori
Gw baru baca sampe 12 chapter dan kata-kata yang dipilih authornya emang bagus, tapi kenapa rasanya kaya kecepetan alur ceritanya
2022-06-29
4
Ranran Miura
waw, saingan Profesor nih
2022-05-10
2