...***...
Rei membuka kedua matanya. Penglihatannya kabur, membuatnya harus mengerjap beberapa kali agar pandangannya jelas.
Hal pertama yang dilihatnya ketika semuanya tampak jelas adalah langit-langit sebuah ruangan dengan dominasi warna putih.
Di dekat kepalanya, sebuah benda besar dengan beberapa bola lampu yang menyatu berada. Bentuknya mirip seperti lampu yang biasa digunakan dokter dalam melakukan operasi, hanya saja bedanya lampu yang ada di dekat Rei memiliki ukuran yang lebih besar dengan bentuk yang agak aneh. Terlebih, benda itu melayang tanpa tongkat penyangga.
Kepalanya terasa sakit, dan bersamaan dengan itu, tangannya merasakan kebas dan nyeri yang luar biasa. Rei meringis. Tangannya baru saja hendak memegang kepalanya, namun ia baru menyadari sesuatu yang tidak beres.
Rei menoleh ke sisi kiri dan kanannya seraya menggerakkan kedua tangannya. Ia terkejut bukan main ketika sadar kedua tangannya terikat begitu kencang hingga membuatnya tidak dapat bergerak.
Rei terbaring dalam keadaan bertelanjang dada. Tubuh dan kedua tangannya terikat, pun kedua kakinya. Ia berusaha untuk membebaskan diri, memberontak berulang kali berharap bisa lepas dari ikatan yang mengikat tubuhnya.
Dimana aku? Kenapa aku di ikat seperti ini? Apa yang terjadi? Rei membatin. Ia berusaha untuk tenang walau panik terus menghampirinya.
Rei mengatur napasnya, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan berusaha mencaritahu dimana ia berada.
Sebuah ruangan yang cukup besar. Ruangannya terang, sehingga membuat Rei dapat dengan mudah melihat setiap benda yang berada di dalam ruangan tersebut.
Ada lebih dari satu meja di dekatnya. Di atas meja itu, ada beberapa benda-benda aneh yang sebagian diantaranya terhubung dengan tubuhnya.
Detik berikutnya, Rei baru sadar bahwa dirinya terbaring di atas meja operasi.
Atensinya beralih ketika pintu mendadak terbuka. Nampak seorang pria tua dengan jas putih berkacamata melangkah masuk ke dalam ruangan yang ditempatinya.
"Ternyata kau sudah sadar," gumamnya seraya membenahi posisi kacamata yang disangga hidungnya. Senyuman terbit diwajahnya.
Rei terdiam memperhatikan pria itu hingga sosoknya tiba di dekatnya. "S… siapa kau? Kenapa aku di sini? Lepaskan aku!" Rei memberontak berusaha untuk lepas.
"Kau tidak perlu cemas. Kau berada di tempat yang aman. Aku akan melepaskanmu ketika kau sudah benar-benar siap," jawabnya.
Rei mengerutkan kening. Ia tidak mengerti dengan maksud dari perkataan pria itu.
"Apa yang kau lakukan padaku?"
"Kau pasti berpikir aku akan mengoperasimu lalu mengambil salah satu organ tubuhmu untuk aku jual, 'kan? Heh… tenang saja. Aku hanya melakukan sedikit perubahan kecil pada tubuhmu, selebihnya… organ dalam tubuhmu, lengkap."
"Apa maksudmu? Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!" Rei membulatkan mata. Ia terus memberontak. Pria itu hanya diam sambil mengulum senyum, ia terus menatap Rei dibalik kacamatanya.
Detik berikutnya, pria itu melangkah keluar dari dalam sana. "Hey! Jangan pergi! Lepaskan aku!" teriak Rey padanya.
Pintu tertutup, namun tak lama kembali di buka oleh pria yang sama. Pria itu bergerak cepat menghampiri Rei.
"Tenangkan dirimu!" bisiknya sembari menyuntikan sesuatu pada tangan Rei.
"ARGHH!!!"
Rei membuka kedua matanya spontan. Napasnya menderu, dan keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya. Ia terduduk di ranjang dengan wajah yang tampak pucat pasi.
Rei meringis memegangi kepalanya yang tiba-tiba sakit. Namun, tak lama rasa sakit itu hilang lagi.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 771 Episodes
Comments
Ranran Miura
Rei mengingat sesuatu kah?
2022-05-10
2