Bab 11. Pria Bawel
“Astaghfirullahalazim! K-kamu manusia atau kuntilanak!” seru si pria berjas biru spontan setengah berteriak.
Bagaimana tidak si pria tersebut mengira demikian, Khalisa yang wajahnya sepucat kertas berdiri di bawah rindangnya pohon dalam pencahayaan yang minim, memang tak salah dikira dedemit.
“Saya manusia, Pak!” serunya tak lagi tergagap. Merasa tak terima disebut kuntilanak, ia bergerak ke tempat yang lebih terang. “Bapak lihat baik-baik. Kaki saya ini napak tanah!” Khalisa mengentakkan kakinya kencang beberapa kali.
Si pria berbaju polisi maupun yang berjas biru, sama-sama menurunkan pandangan ke arah kaki Khalisa. Bersamaan dengan dua orang polisi lain yang datang. Membekuk, menyeret pergi dua preman meresahkan itu.
“Sedang apa Mbak malam-malam keluyuran di tempat sepi begini? Tidak aman buat perempuan. Rawan,” tanya si pria berjas biru.
“I-iya memang tidak aman, saya juga sempat diganggu dua preman tadi. Tapi saya bukan lagi keluyuran,” sanggah Khalisa cepat.
“Nah, itu tahu tidak aman. Lantas kenapa masih nekat berkeliaran di waktu larut? Bawa anak pula, tidak kasihan nanti anaknya masuk angin?” Si pria berjas biru itu kini menghampiri, mencecar Khalisa lebih mirip mengomel.
Khalisa yang baru saja sedikit mereda dari rasa panik, merengut sebal dengan cerocosan si pria berjas biru padanya.
“Saya habis main di alun-alun dengan anak saya, Pak. Anak saya asyik main, tidak mau pulang dan saya di sini lagi nyegat angkot jurusan ke Buah Batu, bukan keluyuran,” jelas Khalisa, meski dongkol sebab di saat ketakutan dirinya malah diomeli, ia tetap menjelaskan situasi sebenarnya. “Cuma sudah setengah jam berlalu, angkotnya tidak kunjung melintas.”
“Mbak tidak up to date informasi seputar Kota Bandung? Salah satunya melalui tayangan berita di televisi,” cecar si pria berjas biru lagi, sedangkan yang berbaju polisi sedang sibuk bertukar info melalui handy talkie.
“Saya tidak pernah nonton berita, Pak. Televisinya dipakai nonton kartun Upin dan Ipin oleh anak saya juga dipakai menonton acara gosip oleh ibu mertua saya,” jawab Khalisa apa adanya, karena memang begitulah kenyataannya.
“Tapi, mengakses berita juga bisa melaui situs media di ponsel juga laman aplikasi terkini. Banyak berita penting yang harus diketahui, minimal seputar kejadian penting hari ini. Pasti Mbak keasyikan berjoget membuat konten sampai tak punya waktu membaca informasi penting.”
Khalisa terperangah, kenapa pria ganteng perlente ini bawel sekali padanya. Dari perawakannya, ia yakin pria ini salah satu anggota polisi juga, sama seperti temannya, hanya saja sedang tidak memakai seragam. Bukannya bertanya tentang kondisinya sebagai warga sipil yang sedang kebingungan juga ketakutan, tetapi malah terus mencecarnya dengan pertanyaan.
“Ponsel saya cuma bisa kirim chat, Pak.”
“Benarkah?" ujarnya tak percaya. "Menurut survey, para ibu muda zaman sekarang lebih banyak mendominasi sebagai pengguna aplikasi media sosial dibanding para anak gadis. Terutama akun Face book. Hanya saja kebanyakan tidak jeli dan peduli dengan informasi penting, padahal di sana juga banyak informasi harian seputar berita tiap-tiap kota yang dimuat.”
“Tapi saya tidak punya akun Face book,” sahut Khalisa lagi, membuat si pria yang bertanya terlihat heran.
“Bagaimana dengan Inst4gram?”
“Saya juga tidak punya.”
“Tw1tter?”
Khalisa menggeleng.
“TikT0k?” tukasnya semakin penasaran.
“Saya tidak punya semuanya, Pak. Ini lihat saja ponsel saya!” kesal, Khalisa mengeluarkan ponsel jaringan 2G usang yang sekarang ini hanya bisa digunakan untuk menelepon dan mengirim pesan saja, mengingat jaringan selular semuanya sudah terkonversi ke akses 4G menuju 5G.
“Jadi, di era milenial, Mbak yang masih muda ini benar-benar sama sekali tidak main sosial media?” tanya si pria berjas biru yang tadi dipanggil Yudhis itu, tercengang.
"Kalau iya kenapa?"
“Mbak ini manusia langka,” celetuknya lugas, seakan baru saja bertemu spesies baru.
“Memangnya apa hubungan pertanyaan Anda dengan angkot yang saya tunggu?” imbuh Khalisa tak paham.
“Angkutan Kota jurusan Buah Batu, sudah dua hari ini berhenti beroperasi dimulai dari jam enam sore. Mereka sedang berdemo, terkait kenaikan harga BBM. Dan berita ini sudah banyak tersebar di semua media elektronik sejak beberapa hari lalu. Angkot yang Mbak maksud baru akan beroperasi lagi pukul enam pagi besok. Jadi ke depannya, saya sarankan untuk rajin-rajin menggali informasi, terutama sebelum bepergian."
Bersambung.
Maafkan baru bisa update kembali ya. Badannya sedang merajuk, meminta perhatian lebih. Jangan lupa selalu jaga kesehatan ya, semua 🤗. Terima kasih sudah sabar menanti 💜.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Dwi Hartati
gak ada waktu bagi Khalisa untuk nonton TV ya
2024-10-04
0
Ita Mariyanti
jodoh kekal mu kui Yudhis 😍😍😍
2023-12-29
0
Ita Mariyanti
😂😂😂 1 word...... polos e Khalisa
2023-12-29
0