Bab 15. Single atau Jomblo?
Suasana kantor LBH Raksa Gantari sore ini cukup ramai. Terletak di pusat Kota Bandung tak jauh dari alun-alun kota, masih di sekitaran jalan Asia Afrika.
Yudhistira Lazuardi sebagai pemilik juga salah satu advokat, dia dan timnya baru saja selesai menanggapi aduan seorang wanita yang ingin berpisah dari suaminya sebab mengalami KDRT. Namun, si suami mempersulit, tak bersedia melepaskan. Sehingga si wanita tersebut memutuskan meminta bantuan pendampingan hukum di sini, lembaga hukum yang menerima permintaan bantuan dengan tangan terbuka secara merata, bukan bertarif mahal yang membelit terutama bagi orang tak berpunya.
LBH Raksa Gantari yang sudah berdiri tiga tahun itu memang mendedikasikan lembaganya pada kasus-kasus yang membelit kalangan bawah, yakni orang-orang yang tidak memiliki cukup uang untuk membayar pengacara atau sederhananya kalangan tidak mampu.
“Pak Yudhis, mau langsung pulang? Boleh nebeng dong. Kita kan searah.” Erika, salah satu staf berambut bob yang kesehariannya hobi memakai kemeja ketat itu berkata menggoda pada sang atasan. Berdiri di ambang pintu ruangan Yudhis yang terbuka, bersandar pada sisi kusen memasang pose sensual seperti biasa.
“Mobil saya tidak menerima tumpangan. Juga, saya bukan sopirmu,” jawab Yudhistira sembari merapikan beberapa berkas yang hendak dibawanya pulang.
“Galak amat, Pak. Pantesan udah 28 tahun masih saja jomblo,” godanya seraya terkikik geli. “Kalah cepat sama sahabat bapak si pak polisi ganteng yang sudah punya gandengan, pasti bobonya sekarang penuh kehangatan. Bapak juga sudah waktunya punya pasangan.”
“Kamu terdengar seperti sedang menggosipkan dirimu sendiri, Erika,” ledek Yudhistira tak mau kalah. “Lagi pula, punya pasangan itu bukan ajang balapan. Bukan siapa cepat lebih hebat. Bukan cuma perihal waktu yang tepat, tapi juga tentang orang yang tepat. Tak melulu soal tidur hangat atau tidak.”
“Tapi kalau Pak Yudhis mau menerima saya secara terbuka, status jomblo satu sama lain ini bisa segera diakhiri dengan cepat dan indah. Saya pastikan, saya ini hangat dan enak dipeluk. Bagaimana?” ujarnya. Menaik turunkan alisnya genit seperti biasa.
Yudhistira berpura-pura tak mendengar, sudah tidak aneh lagi dengan tingkah stafnya yang satu ini. Sudah rahasia umum, Erika memang tak sungkan menggodanya menuju hal-hal menjurus. Walaupun begitu, Erika merupakan staf yang kompeten di LBH miliknya, sehingga Yudhis hanya menganggap sisi genit stafnya yang ini sebagai hiburan, karena dia tahu, Erika ini suka sekali bercanda.
“Perlu digaris bawahi. Aku ini pria single bukan jomblo,” sahut Yudhistira sembari mengedikkan bahu.
“Apa bedanya? Sama saja kan?” imbuh Erika tak paham.
Meraih kunci mobil yang tergeletak di meja, Yudhistira menyempatkan menjawab sebelum keluar ruangan.
“Single itu pilihan sedangkan jomblo itu nasib. Jadi kita ini sama sekali jauh berbeda. Saya duluan, nona jomblo,” ujarnya, seraya terkekeh puas.
Ponsel di saku celana Yudhistira bergetar ketika dia baru saja melangkah keluar dari bangunan LBH Raksa Gantari. Merogoh dengan cepat, dia menerima panggilan dari sahabat baiknya sejak masih SMA dulu.
[“Ya, Ghai?”]
[“Salamnya mana, Pak Pengacara? Kebiasaan!”]
[“Ya, ya, baiklah. Assala’mualaikum, Pak AKP Ghaisan?”]
[“Wa’alaikumussalam, Hei, jangan pakai embel-embel itu saat menyebut namaku! Aku mau mengabari. Jangan lupa, acara kajian mingguan kali ini dilaksanakan setelah salat Isya. Kutunggu di rumahku.”]
Gemuruh kencang dari perutnya menginterupsi begitu Yudhistira bermaksud menginjak pedal gas. Melirik arloji Rolex di pergelangan lengan kirinya, waktu menunjukkan pukul lima lebih lima belas menit. Meraba arloji yang setiap hari dipakainya itu sembari tersenyum penuh haru, hadiah dari ibunda tercintanya Maharani Syailendra sewaktu momen gunting pita kantor LBH miliknya ini.
“Ah, I miss you, Mami,” gumamnya.
Yudhis memutuskan untuk membeli makanan di restoran cepat saji terdekat saja untuk menghemat waktu. Melajukan Xpander hitamnya dengan tujuan drive thru supaya acara membeli makanan bisa lebih cepat dan praktis, mengingat setelah salat dia akan bertolak ke rumah Ghaisan. Memanfaatkan waktu mepet ini untuk pulang sejenak guna mengisi perut dan membersihkan diri.
“Double cheese burger large satu, spicy chicken bites dan french fries satu porsi, minumnya iced coffe,” ucap Yudhis begitu gilirannya memesan di sembari memberikan salah satu kartu debitnya pada petugas drive thru. Menunggu sekitar sepuluh menit dan pesanannya selesai sudah.
Begitu keluar dari area resto cepat saji yang sudah terkenal di seantero Bumi ini, Yudhis memelankan laju mobilnya, mengernyitkan dahi melihat sosok wanita yang menggendong anak laki-laki sedang celingukan seperti anak hilang di sisi trotoar.
“Itu kan Mbak Mbak yang kemarin, jangan-jangan nyegat angkot ke Buah Batu lagi? Ini kan sudah hampir jam enam. Haish, sudah dikasih tahu angkot-angkot Buah Batu berdemo selama sepuluh hari ke depan di waktu-waktu ini, ngeyel!” gerutunya gemas, menepikan kendaraannya dan turun menghampiri.
Bersambung.
*****
Note: Panti Seruni hanya fiktif, LBH Raksa Gantari juga fiktif. Beberapa tempat setting kejadian juga fiktif ya, hanya ada beberapa yang disesuaikan sebagian dengan lokasi asli yang menjadi setting cerita ini.
Terima kasih selalu setia mengikuti kisah ini, jangan lupa sempatkan dukungan kalian berupa vote, hadiah, like juga komentarnya. Apresiasi dan cinta kalian membuatku semakin semangat menulis.
Love & hug
Senjahari_ID24
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
seneng part YudhisKhaliza...mg mreka brjodoh 🥰🥰🥰🥰🥰
2023-12-29
0
bunda nya adel
lokasi nya mending di bikin fiktif, drpd di tulis "kantor XXX" atau kadang "kota XXX". kurang srek baca novel klo ada lokasi nya di bikin XXX gt. 🥰🥰
2023-01-01
2
Dede Dahlia
berarti yhudistira anaknya ayu yg di asuh sama maharani.
2022-12-15
0