Bab 2. Gaun Lusuh
Daster lusuh di tubuhnya yang basah di bagian tengah tertembus air dari celemek saat mencuci setumpuk piring dan peralatan masak sedang Khalisa tanggalkan. Selesai dengan urusan mengepel lantai ia bergegas membersihkan diri setelah sebelumnya memasak air panas di panci dan membawanya ke kamar mandi. Khalisa mengguyur tubuh lelahnya yang bercampur aroma masakan juga keringat. Membiarkan sapuan air hangat dan busa sabun menyapa kulitnya yang mendamba rasa segar.
Khalisa membasuh diri secepat mungkin lantaran jarum jam terus bergerak tergerus waktu. Ia tak ingin kehilangan banyak momen untuk memeluk putra semata wayangnya sebelum si bocah terlelap, juga ingin bercengkerama sembari melepas rindu dengan suami tercinta.
Ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Dion sudah berada di atas kasur. Pria berambut lurus itu duduk bersila dengan mata fokus ke layar gawainya tanpa peduli ataupun tertarik pada Khalisa yang berlalu lalang masih berbalut handuk di dalam kamar yang tak terlampau besar itu.
Khalisa mencoba mencari gaun tidur yang masih layak pakai demi menyenangkan sang suami. Sudah tugas seorang istri untuk selalu terlihat indah di hadapan suaminya kala hendak beranjak ke peraduan. Dengan penuh semangat ia mengacak-acak seisi lemari mencari gaun yang warnanya tidak terlalu pudar. Sudah lama sekali Khalisa tak berbelanja pakaian, kalau diingat-ingat dua tahun lalu ia terakhir membeli pakaian baru.
Untuk sesaat dirinya mendesah frustrasi lantaran gaun tidurnya yang memang tidak banyak tak ada satu pun yang masih layak dipertontonkan pada Dion. Namun kemudian, sudut matanya tak sengaja mengarah ke tumpukan baju paling bawah.
Wajahnya berseri. Ia menemukan gaun tidur warna merah muda yang sebetulnya sudah sedikit pudar juga, hanya saja tidak terlalu parah seperti yang lainnya. Khalisa segera mengenakannya, menyisir rambut dan menyemprotkan kolon murah yang biasa dijual di minimarket. Ia tak peduli dengan merek dan sebagainya lantaran dana untuk kebutuhan pribadinya harus berebut dengan kantongnya yang pas-pasan, yang penting aromanya wangi.
Dengan senyum mengembang ia bergegas ke kamar sang anak terlebih dulu yang letaknya bersebelahan dengan kamarnya. Untuk sekadar mengecup dan mengucapkan selamat tidur pada si buah hati yang sudah terlanjur terlelap. Bagi Khalisa, Afkar adalah segalanya, permata hatinya, poros hidupnya. Saat sang putra lahir, dunianya yang terkadang masih berselimut kelabu lenyaplah sudah, berganti dengan benderang sukacita dari si buah hati pengobat jiwa.
Khalisa menutup pintu. Mendekati ranjang di mana suaminya duduk bersandar masih asyik bermain game online. Khalisa membuka kimono luar yang melapisi gaun tidur tanpa lengan yang dipakainya. Ia mengusap lengannya sendiri gugup kemudian ikut duduk di sebelah Dion.
“Ehm, Mas,” cicit Khalisa pelan.
“Hmm.” Dion hanya menjawab dengan gumaman, dia terus fokus pada game online yang sedang dimainkannya.
“Mas, nggak ngantuk?” tanya Khalisa berbasa-basi.
“Belum. Kamu tidur duluan aja. Aku lagi tanggung,” sahutnya datar tanpa mempedulikan Khalisa yang menatapnya penuh harap. Sedang mendamba ingin saling mencurahkan kasih sayang dalam upaya pemenuhan nafkah batin.
Mendesah pasrah, Khalisa mati kutu. Sepertinya suaminya tidak berselera padanya bahkan menoleh pun enggan. Padahal ia sudah mengerahkan segala kebolehannya mempercantik diri dengan modal seadanya. Berharap malam ini bisa memadu kasih untuk melepas rindu setelah beberapa bulan terakhir Dion lebih banyak disibukkan dengan pekerjaan. Sangat sering pulang larut malam.
“Ya sudah, Mas. Aku tidur duluan.” Khalisa berkata lesu. Mengembuskan napas kecewa sembari menarik selimut.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
sepertinya mengandung bawang😢😢
2023-05-13
3
✨️ɛ.
disodorin ikan asin kagak mau..
2022-12-23
0
Ayni Hidayat
bakal hujan air mata lagi ini mah, blm apaw udah nyesek 🤧
2022-12-10
1