Dimas , jaraknya ada sekitar 8 tahunan dari usiaku.Karena mamanya sayang banget sama aku, Dimas jadi dekat dengan aku.
Dimas dan aku sering jalan sama bu bidan.Bu bidan anaknya hanya satu, makanya sangat sayang sama aku, karena ketika aku lahir, bu bidan yang menolong kelahiran ku, Dimas juga baru kali itu suka melihat bayi, sampai wajahku kecil dia elus, begitu kata bu bidan.Anak lain dia gak mau dekati.
Dimas sudah lama di kota Surabaya.Dia kuliah disana ,dan akhirnya kerja disana,sesekali pulang.
" Dek, kenapa melamun".
" Gak melamun bang, hanya ,nih...bu bidan baru nitip ini buat aku,katanya hadiah dari mas Dimas".
" Ciyeee ,adek di DP duluan yahhhh".
" Apaan sih abang, jarak aku sama mas Dimas 8 tahunan loh, jauh banget bang.Mas Dimas anggap aku adik, gak mungkinkan , se tampan bang Dimas , dia gak ada pacar bang, begitu pintar, tampan, dokter, juga punya banyak usaha.Aku anak ingusan bang, nyari jati diri, nih aja baru lulusan SMP."
" Cinta itu gak mandang usia dek, beneran."
" Apalagi kamu mantu kesayangan bu bidan."
" Ihhh abangggg".
" Bu bidan, sayang banget sama kamu dek, bahkan dia bilang sama ibu,kamu kuliah di Surabaya aja, bu bidan bakalan pindah."
" Makanya adek bingung bang,mas Dimas ajakin bu bidan pindah,bu bidan banyak alasan, banyak pasiennya disini, banyak pekerjaannya.Gitu menyangkut adek, adek bilang badminton di Surabaya bagus, eh bu bidan bilang, SMA di Surabaya aja, sama bu bidan, pindahan kesana."
" Makanya ,Dimas bisanya garuk kepala sama kamu dek,anaknya bu bidan kamu atau Dimas, hahahaha".
" Andien anak mamak lahh, anak bapak, ujar sang bapak".
" Kamu memang beruntung nak, bu bidan selama ini ,peduli sama kamu, beliin baju seragam kayak anak sendiri.Kamu suka salad buah, liat aja ,sesibuk apa si ibu, di buatin sama kamu nak, kamu seperti anak mereka sendiri."
" Maklum pak, tetanggaku ,idolaku, heheheh".
" Saingan Bram banyak kan pak, di seputaran rumah, Aryo yang TNI juga sampai bilang ke abang, selesai tugas mau lamar adek, serius dia bilang, Ardi pikir bercanda.Enggak, serius pak."
" Belum tamat aja mau di lamar Tet. Memang namamu semarak butet di gelarkan abangmu".
" Nama ku cakep pak,kenapa sih abang panggil tetttt,butet, semua tetangga manggil aku butet na bagak."
" Abangmu kan manggil versi panjang gitu, dek butet na bagak, hahahaha," ujar si mamak.
" Mak, berangkat kami ya,ke tempat pelatihan, abang bawa adek naik angkot".
" Ya nak, hati hati".
" Mak ,jangan di tanggapi Si Firman, dia ngebet kali dekati adek, notaris dia kan mak, agresif danbtegas sikapnya. Abang gak gitu suka liat gaya sombongnya mak."
" Bagus adek mutar kalau pulang, jangan dari depan rumahnya," ujar sang bapak.
" Ya pak, bu bidan juga bilang gitu".
" Ardi ,jaga juga adekmu, bapak takut, jaman sekarang orang aneh aneh nak.Hanya adekmu yang kita punya, kakakmu juga."
" Pulang jangan lama lama ya nak".
" Iya mak....,pak. hanya liat tempat latihan, nanya kapan testing ."
Andien dan Ardi pun pamit dan berjalan menuju jalan raya.
Tiga puluh menitan,mereka pun sampai di tempat pelatihan, Yuri. Tercengang melihat banyaknya atlit disana yang di seleksi,ada juga sedang berlatih.Lapangan begitu besar.
Ardi menanya kan informasi di bagian depan, dan di berikan formulir.Ardi dan Andien mengisi biodatanya dan prestasinya selama di lapangan badminton.
" Kak, bisa liat mereka latihan?".
" Silakan dek,gak apa apa".
" Apa bisa di seleksi hari ini kak? biar gak bolak balik adik saya, " ujar Ardi.
" Saya tanyakan dulu ya dek,ke bagian seleksi,ketepatan ada lengkap mereka dek,hari ini ada tanding, dua babak lag, saya sampaikan dului".
Ardi mengangguk.Sementara Andien sudah menikmati pertandingan .
Dengan sigap, Andien mepelajari beberapa tehnik, Andien mengamati setiap gerak para pemain.
😔😔😔😔😔😔
Jangan Lupa
Like
Vote
Koment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments