Jalan Bersama Aryo

" Di makan ya nak, baru kali ini , Aryo bawa perempuan ke rumah, biasanya hanya beberapa temannya se angkatan.Cowok semua" ,ujar papa Aryo.

Andien jadi serba salah.Mau gimana lagi, menolak Aryo , gak tega, serasa wanita kecantikan banget,sehingga sangat jual mahal, bagaimanapun Aryo pria yang sopan, namun pergi begini juga menjadi beban buat Andien karena Andien tidak tertarik dengan pria angkatan.Andien yang anak bungsu cenderung di manjakan kakak dan abangnya,cenderung di manja di keluarganya.Gak sanggup berjauhan LDR ataupun menikah pisah sekian bulan atau sekian tahun karena tugas, itu yang membuat Andien berat.

Aryo melihat kegelisahan Andien. Aryo tahu, Andien sangat berhati hati di dekati siapapun,dan darinlaporan sepupu Aryo yang satu kelas dengan Andien, Andien banyak yang dekati.Dokter Dimas,Firman si pengacara dan beberapa pria dewasa sepertinya. Bagi pria dewasa , kecantikan dan kepolosan Andien sangat istimewa.Dan Aryo merasa,mungkin juga jodoh Andien pria yang matang dari usianya,melihat orang yang mendekatinya seperti dirinya.

Andien perlahan makan dan ngobrol sama ibu Aryo.Andien ramah, sesekali tertawa di becandain sang ibu.

Hati Aryo sangat bahagia.Berharap jodoh berpihak padanya.Banyak wanita satu angkatan maupun adik kelas,atau wanita yang Aryo temui selama bertugas,namun Aryo tidak pernah terpikat, padahal mereka mengejar ngejar Aryo.

" Nak, naik mobil aja,manatahu hujan, kasihan Andirnnya".

" Itumah akal akalan si abang ma,deketin Andien," ujar sang papa.

Wajah Andien bersemu merah karena gurauan papa Aryo.

Setelah selesai makan,Aryo.mengajak Andien ke lantai atas, dan sang ibu Aryo mempersilahkan Andien.

Aryo menarik tangan Andien.dengan lembut.

Andien ke lantai atas ,rumah itu sangat luas,Aryo pjnya seorang abang yang sudah menikah,jarak nya dengan sang abang cukup jauh, sang abang sudah memiliki anak 3 .Aryo anak bungsu di keluarga itu.Namun satu hal yang sangat kontras berbeda dengan Andien,Aryo sangat mandiri ,tegas, dan tidak manja seperti Andien.

" Mas Aryo anak bungsu ,namun gak manja,beda banget yah sama Andien yang anak bungsu," ujar Andien menahan tawa.

" Mas laki laki Ndien, mana boleh manja.Apalagi papa mas TNI dan ibu mas polwan. Di latih buat tegas dan mandiri sedari kecil."

" Kalau kamu itu manja, kamu kan perempuan,wajar sih, kalau mas liat.Namun manjamu kan gak berlebihan.Masih normal".

" Kamu toh bisa bekerja,bantu orang tua,kalau di lapangan kamu gak keliatan manja,malahan gesit, fokus dan mas salut sama kamu, kamu gak mudah menyerah,kamu gigih banget."

" Mas nilainya gitu? apa gak salah nilai tuhhh?" ujar Andien menahan tawa.

Andien terpukau melihat balkon lantai atas,begitu banyak beragam kaptus dan anggrek.

" Ini tanaman mas, mas suka kaptus sedangkan ibu suka anggrek".

" Kaptus titipan ya mas ,ibu yang jagain?".

" Benar Ndien, mas nya sering tugas,dan lama waktunya."

" Mas kalau bertugas hati hati yah, di papua kan sering terdengar kabar, di tembak tiba tiba, gak tahu siapa yang nembak polisi atau TNI."

" Ya Ndien, mas selalu berdoa jika bertugas.Apalagi mas selalu ingat kamu dan merindukan kamu".

" Ih mas ada aja,ngapain rindukan Andien, ada ada aja dehhhh".

" Mas suka sama kamu Ndien, apa kamu bersedia menjadi pacar mas?".

" Aaaa...aa...Andien masih pelajar mas, lagian umur Kita terpaut jauh.Andien mau jadi atelit mas, masih panjang perjalanan, atelit kan gak boleh nikah usia muda,biasa stamina akan menurun."

" Ndien, mas rela nunggu kamu".

" Maaf mas, Andien belum kepikiran punya pacar. Juga belum kepikiran nikah muda.Andien akan kuliah,jika memungkinkan.Juga bareng main badminton."

" Kalau jodoh gak akan kemana Ndien, mas hanya menyukai kamu, sejak kamu ketemuan mas 3 tahun lalu, mas sudah menyukai kamu, hanya mas memberanikan diri,ketika kamu sudah SMA".