Bab 12. Bercerita lewat telepon

Lintang membuka kamar ibunya. Meletakkan tas dan melepas sepatu. Menghampiri ranjang, tangannya terulur mengelus kening sang ibu lalu menciumnya. Mengamati wajah tua yang sedikit kurus, namun tetap cantik.

Kehilangan sosok suami di usia senja. Menghabiskan sisa hidupnya hanya dengan bayang-bayang semu. Entah impian apalagi yang belum terwujud, yang pastinya Lintang pun ingin sang ibu mempunyai kesempatan untuk sembuh, menikmati masa tuanya bersama orang-orang yang disayangi. 

Kejadian di ruangan Yudha membuatnya tak nyaman. Apalagi saat Lion memintanya makan bersama sang papa. Itu adalah momen yang tak bisa Lintang tolak, takut membuat Lion tersinggung dan bersedih seperti penolakan sebelumnya. 

Dari lubuk hati yang terdalam, Lintang ingin menjauh dari Yudha, namun ia harus memikirkan cara dan juga pekerjaan baru yang tak mungkin didapatkan dalam sekejap. 

"Aku bertemu dengan dia lagi, Bu. Sekarang dia sudah punya anak yang sangat tampan dan lucu. Pasti dia juga menikah dengan perempuan yang cantik dan kaya," gumam Lintang mengadu. 

Ia tak pernah menyesali perjodohan yang batal itu, namun sangat di sayangkan dengan sikap Yudha menimbulkan banyak masalah di keluarganya. Hingga ibunya kini menjadi orang yang lupa segalanya, termasuk dirinya. 

Lintang tersenyum lalu mengambil piring kosong dan gelas yang ada di meja sisi pembaringan. Itu artinya sang ibu makan seperti biasa. Ia keluar, dalam benaknya terbesit nama Arif. Satu-satunya orang yang bisa menolongnya. 

"Apa aku minta bantuan mas Arif saja, siapa tahu di kantornya ada lowongan kerja."

Lintang ke kamar, setelah mandi dan menjalankan kewajibannya sebagai muslim, ia keluar. Menatap rumah Luna yang tertutup rapat, lalu menatap motor Arif yang terparkir di depan. 

"Mbak Luna… "

Lintang mengetuk pintu rumah Luna. Terus memanggil nama sang penghuni yang belum juga keluar. 

"Sebentar," sahut suara dari dalam. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Luna membuka pintu. Nampak Arif duduk di ruang keluarga sambil menyalakan tv. 

"Ada apa, Lin?" tanya Luna menggiring Lintang duduk di ruang tamu. 

"Aku ke sini mau bicara dengan mas Arif." Mendengar namanya disebut, Arif mematikan tv nya dan beralih duduk di samping sang istri.

"Ada apa?" tanya Arif kemudian. 

"Apa di kantor mas Arif ada lowongan kerja untuk perempuan?"

Lintang mengusir rasa malu, bagaimanapun juga ia ingin keluar dari kantor Yudha. 

"Nggak ada. Kemarin ada, tapi untuk laki-aki, dan kayaknya sudah ada yang masuk. Memangnya kenapa dengan pekerjaan kamu yang sekarang?" 

Lintang menunduk lalu tersenyum. Tidak semua masalah harus diceritakan pada orang lain juga. Termasuk perkara yang membelitnya saat ini. 

"Tidak apa-apa mas, siapa tahu ada pekerjaan yang lebih mapan saja." Jawaban yang menurut Arif sedikit Ambigu, namun tetap diterima oleh akal nya. 

"Nikmati prosesnya saja, Lin. Dimanapun kita bekerja, kalau dijalani dengan ikhlas pasti akan membawa berkah." 

"Aamiin, " jawab Lintang mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. 

Senja  berlalu, usai sholat maghrib, Lintang membuka sosmed. Tujuannya masih sama, yaitu mencari peluang pekerjaan baru. Ia tak ingin dihantui dendam yang membara. Cepat atau lambat Yudha pun akan tahu jati dirinya. 

"Aku harus minta bantuan siapa lagi." 

Lintang semakin bingung. 

Menggigit ujung kukunya, mencari deretan nama yang masuk dalam list sahabat, baik di kantor saat ini maupun teman kuliah. 

Ponsel yang beberapa menit ia letakkan berdering. Nomor tak dikenal berkedip di layar. 

"Ini nomor siapa?" ucap Lintang kecil. Menerka-nerka siapa sang pemilik nomor itu. 

Saking penasaran nya, Lintang mengangkat teleponnya, menyapa lembut dengan ucapan salam. 

"Waalaikumsalam," jawab suara berat dari seberang telepon. Lintang tahu siapa itu, dadanya kembali sesak dengan mata berkaca. Ingin sekali Lintang menutup sambungannya, Namun suara rengekan yang terdengar lagi-lagi membuat Lintang tak tega. 

''Ada apa bapak menelpon saya?" tanya Lintang tanpa basa-basi, ia ingin segera mengakhiri percakapan yang belum dimulai. 

"Lion menangis, dia ingin bertemu kamu. Maaf sebelumnya kalau saya mengganggu malam-malam begini." 

Sikap dan tutur sapa Yudha sangat lembut, entah itu karena Lion atau apa. Yang pastinya jauh berbeda dengan lima tahun yang lalu. 

"Berikan hp nya pada dia, biar saya yang bicara," pinta Lintang. 

Suara tangis menembus gendang telinga Lintang. Mana mungkin ia diam saja saat anak itu menginginkannya. 

"Lion kenapa?" tanya Lintang dengan nada lembut khas seorang ibu yang berbicara dengan anaknya.

"Tante cantik bohong, katanya ingin tidur dengan ku, tapi kenapa tidak ke sini?" ucap Lion tersendat, menahan tangis. 

Seolah-olah anak itu adalah umpan yang jitu untuk meluluhkan hati Lintang. Melenyapkan setiap rasa benci yang membuncah di ubun-ubun. 

"Tapi, Sayang. Tante benar-benar nggak bisa, ibu tante lagi sakit, dia butuh teman."

Yudha meraih ponselnya lagi. Mendekap tubuh mungil Lion yang masih sibuk dengan tangis. Hatinya ikut tersayat melihat putranya yang terus meneteskan air mata. 

"Aku tidak tahu apa yang kamu berikan pada Lion sampai dia sangat menyayangimu. Tapi aku mohon jangan permainkan hati dia. Jangan berjanji jika kamu tidak bisa menepati. Aku tidak mau dia mengharapkan orang yang tidak menyayanginya dengan tulus. Dan jangan memakai alasan ibumu sakit."

Suara Yudha nampak serius.

Lintang memejamkan mata, ingin berteriak, mengolok yang pernah dilakukan Yudha padanya, namun semua itu di urungkannya. 

"Terserah apa kata bapak tentang saya. Orang seperti saya bukanlah apa-apa. Ibu memang sakit. Itu bukan alasan yang saya buat. Dan saya harap bapak mengerti dengan ini. Bukan cuma Lion yang butuh kasih sayang, tapi ibu saya juga, karena didunia ini yang ia miliki hanya saya."

Entah kenapa, Yudha merasa terenyuh mendengar itu. Ia memang tidak pernah tahu siapa Lintang, namun setelah mendengar ucapannya barusan. Ia bisa menyimpulkan bahwa Lintang hidup hanya berdua dengan ibunya. 

"Tante cantik…. "

Lion menjerit. Suaranya sangat memilukan yang membuat Lintang iba. 

"Sayang, dengarkan tante, Kali ini tante akan bacakan dongeng untuk kamu lewat telepon. Lain kali tante akan tidur dengan Lion, tapi untuk malam ini Lion yang pintar, anggap saja guling yang ada di samping Lion  itu tante."

Seketika Lion menatap Guling yang ada di pinggir ranjang lalu memeluknya dengan erat. Ponsel masih di telinga untuk mendengarkan cerita dari Lintang. 

Sisa isakan tangis  terdengar di bibir mungil Lion. Sesekali tertawa dan menutup mulutnya. Menyahut cerita Lintang yang menurutnya sangat seru. Semakin lama mata bocah itu semakin menyipit hingga bibirnya tak lagi menjawab apa yang dikatakan Lintang. 

Yudha menempelkan benda pipi di telinganya. Seperti Lion, mendengarkan cerita Lintang yang masih berlanjut. 

Ehemm 

Yudha berdehem dan tersenyum kecil yang hanya bisa disaksikan cicak di dinding. 

"Lion sudah tidur, terima kasih atas waktunya. Maaf tadi aku marah."

Tut Tut Tut 

Lintang menutup teleponnya tanpa menjawab ucapan Yudha. 

Terpopuler

Comments

Truely Jm Manoppo

Truely Jm Manoppo

kasihan Lion butuh kasih sayang ibu yg tdk dia dapat dr Natalie ibunya.

2024-01-31

1

Siti Halima Halima

Siti Halima Halima

jadi ikut2an nangis

2023-09-15

1

Yanti Barokah Yanti

Yanti Barokah Yanti

nice😘😘

2023-07-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2 Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3 Bab 3. Awal pertemuan
4 Bab 4. Kumat
5 Bab 5. Permintaan Lion
6 Bab 6. Anggara?
7 Bab 7. Kecelakaan kecil
8 Bab 8. Menemukan cara
9 Bab 9. Bertemu lagi
10 Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11 Bab 11. Disuapi tante cantik
12 Bab 12. Bercerita lewat telepon
13 Bab 13. Resmi bercerai
14 Bab 14. Akhirnya keluar juga
15 Bab 15. Mendonorkan darah
16 Bab 16. Getaran aneh
17 Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18 Bab 18. Mulai menduga
19 Bab 19. Merasa tersisih
20 Bab 20. Mulai terkuak
21 Bab 21. Terluka
22 Bab 22. Hampir saja
23 Bab 23. Terbongkar
24 Bab 24. Berhutang
25 Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26 Bab 26. Sarapan bersama
27 Bab 27. Kembali bekerja
28 Bab 28. Periksa
29 Bab 29. Melamar
30 Bab 30. Menerima
31 Bab 31. Temurun dari sang ayah
32 Bab 32. Mencoba mengerti
33 Bab 33. Motor baru
34 Bab 34. Kalah telak
35 Bab 35. Hp baru
36 Bab 36. Menikah
37 Bab 37. Belum siap
38 Bab 38. Pindah rumah
39 Bab 39. Mencium
40 Bab 40. Naik motor
41 Bab 41. Curiga
42 Bab 42. Membantu Claire
43 Bab 43. Tidak berubah
44 Bab 44. Kejadian tak terduga
45 Bab 45. Luluh
46 Bab 46. Wejangan dari Luna
47 Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48 Bab 48. Jebol gawang
49 Bab 49. Ronde kedua
50 Bab 50. Menutupi tanda merah
51 Bab 51. Petak umpet
52 Bab 52. Kamar dalam ruangan
53 Bab 53. Kemarahan Gita
54 Bab 54. Resign
55 Bab 55. Kabar baik
56 Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57 Bab 57. Berpisah
58 Bab 58. Alasan
59 Bab 59. Dipecat
60 Bab 60. Ketahuan
61 Bab 61. Mereda
62 Bab 62. Akhirnya bertemu
63 Bab 63. Claire datang
64 Bab 64. Basmi dengan insektisida
65 Bab 65. Minta cerai
66 Bab 66. Aneh
67 Bab 67. Jangan pergi!
68 Bab 68. Rumah lama
69 Bab 69. Kesadaran Bian
70 Bab 70. Sadar
71 Bab 71. Gagal
72 Bab 72. Rencana Natalie
73 Bab 73. Syarat
74 Bab 74. Pendarahan
75 Bab 75. Peringatan
76 Bab 76. Menyatukan
77 Bab 77. Pengaruh buruk
78 Bab 78. Teman lama
79 Bab 79. Rasa
80 Bab 80. Galau
81 Bab 81. Mengungkap isi hati
82 Bab 82. Modal nekad
83 Bab 83. Melamar
84 Bab 84. Ungkapan
85 Bab 85. Penjelasan
86 Bab 86. Kejutan
87 Bab 87. Menikmati malam bersama
88 Bab 88. Pencarian
89 Bab 89. Menemukan Lintang
90 Bab 90. Jam tangan
91 Bab 91. Kabar buruk
92 Bab 92. Masih tak percaya
93 Bab 93. Kesetiaan Andreas
94 Bab 94. Wasiat
95 Bab 95. Tangisan Lion
96 Bab 96. Klarifikasi
97 Bab 97. Melepas beban
98 Bab 98. Berangkat ke Singapura
99 Bab 99. Titik terang
100 Bab 100. Sadar
101 Bab 101. Hukuman untuk Claire
102 Bab 102. Rencana Yudha
103 Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104 104. Pulang
105 Bab 105. Lion diculik
106 Bab 106. Permintaan maaf
107 Bab 107. Melarikan diri
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Kepatuhan Lion
110 Bab 110. Hanya masa lalu
111 Bab 111. Jujur
112 Bab 112. Bertemu
113 Bab 113. Indira dan Keanu
114 Bab 114. Ketegangan Indira
115 Bab 115. Panik
116 Bab 116. Rembulan
117 Bab 117. Melamar
118 Bab 118. Mulai mesum
119 Bab 119. Tersiram kopi
120 Bab 120. Kecewa
121 Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122 Bab 122. Keanu pengen kawin
123 Bab 123. Cemburu
124 Bab 124. Putus
125 Bab 125. Pengakuan Indira
126 Bab 126. Tamat
127 Novel baru sudah rilis
128 Promosi novel baru
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2
Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3
Bab 3. Awal pertemuan
4
Bab 4. Kumat
5
Bab 5. Permintaan Lion
6
Bab 6. Anggara?
7
Bab 7. Kecelakaan kecil
8
Bab 8. Menemukan cara
9
Bab 9. Bertemu lagi
10
Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11
Bab 11. Disuapi tante cantik
12
Bab 12. Bercerita lewat telepon
13
Bab 13. Resmi bercerai
14
Bab 14. Akhirnya keluar juga
15
Bab 15. Mendonorkan darah
16
Bab 16. Getaran aneh
17
Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18
Bab 18. Mulai menduga
19
Bab 19. Merasa tersisih
20
Bab 20. Mulai terkuak
21
Bab 21. Terluka
22
Bab 22. Hampir saja
23
Bab 23. Terbongkar
24
Bab 24. Berhutang
25
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26
Bab 26. Sarapan bersama
27
Bab 27. Kembali bekerja
28
Bab 28. Periksa
29
Bab 29. Melamar
30
Bab 30. Menerima
31
Bab 31. Temurun dari sang ayah
32
Bab 32. Mencoba mengerti
33
Bab 33. Motor baru
34
Bab 34. Kalah telak
35
Bab 35. Hp baru
36
Bab 36. Menikah
37
Bab 37. Belum siap
38
Bab 38. Pindah rumah
39
Bab 39. Mencium
40
Bab 40. Naik motor
41
Bab 41. Curiga
42
Bab 42. Membantu Claire
43
Bab 43. Tidak berubah
44
Bab 44. Kejadian tak terduga
45
Bab 45. Luluh
46
Bab 46. Wejangan dari Luna
47
Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48
Bab 48. Jebol gawang
49
Bab 49. Ronde kedua
50
Bab 50. Menutupi tanda merah
51
Bab 51. Petak umpet
52
Bab 52. Kamar dalam ruangan
53
Bab 53. Kemarahan Gita
54
Bab 54. Resign
55
Bab 55. Kabar baik
56
Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57
Bab 57. Berpisah
58
Bab 58. Alasan
59
Bab 59. Dipecat
60
Bab 60. Ketahuan
61
Bab 61. Mereda
62
Bab 62. Akhirnya bertemu
63
Bab 63. Claire datang
64
Bab 64. Basmi dengan insektisida
65
Bab 65. Minta cerai
66
Bab 66. Aneh
67
Bab 67. Jangan pergi!
68
Bab 68. Rumah lama
69
Bab 69. Kesadaran Bian
70
Bab 70. Sadar
71
Bab 71. Gagal
72
Bab 72. Rencana Natalie
73
Bab 73. Syarat
74
Bab 74. Pendarahan
75
Bab 75. Peringatan
76
Bab 76. Menyatukan
77
Bab 77. Pengaruh buruk
78
Bab 78. Teman lama
79
Bab 79. Rasa
80
Bab 80. Galau
81
Bab 81. Mengungkap isi hati
82
Bab 82. Modal nekad
83
Bab 83. Melamar
84
Bab 84. Ungkapan
85
Bab 85. Penjelasan
86
Bab 86. Kejutan
87
Bab 87. Menikmati malam bersama
88
Bab 88. Pencarian
89
Bab 89. Menemukan Lintang
90
Bab 90. Jam tangan
91
Bab 91. Kabar buruk
92
Bab 92. Masih tak percaya
93
Bab 93. Kesetiaan Andreas
94
Bab 94. Wasiat
95
Bab 95. Tangisan Lion
96
Bab 96. Klarifikasi
97
Bab 97. Melepas beban
98
Bab 98. Berangkat ke Singapura
99
Bab 99. Titik terang
100
Bab 100. Sadar
101
Bab 101. Hukuman untuk Claire
102
Bab 102. Rencana Yudha
103
Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104
104. Pulang
105
Bab 105. Lion diculik
106
Bab 106. Permintaan maaf
107
Bab 107. Melarikan diri
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Kepatuhan Lion
110
Bab 110. Hanya masa lalu
111
Bab 111. Jujur
112
Bab 112. Bertemu
113
Bab 113. Indira dan Keanu
114
Bab 114. Ketegangan Indira
115
Bab 115. Panik
116
Bab 116. Rembulan
117
Bab 117. Melamar
118
Bab 118. Mulai mesum
119
Bab 119. Tersiram kopi
120
Bab 120. Kecewa
121
Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122
Bab 122. Keanu pengen kawin
123
Bab 123. Cemburu
124
Bab 124. Putus
125
Bab 125. Pengakuan Indira
126
Bab 126. Tamat
127
Novel baru sudah rilis
128
Promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!