Bab 4. Kumat

Ruangan yang tak begitu luas namun bisa membuat Lion nyaman. Jendela kecil yang langsung terhubung dengan pusat kota, serta beberapa boneka milik Lintang yang sengaja disimpan di laci menjadi hiburan baru untuk Lion hingga bocah itu betah dan mengakhirinya dengan tidur siang. Lucu dan menggemaskan, aneka ucapan yang masih gagu menciptakan tawa bagi Lintang di tengah keseriusannya bekerja. 

Sekian lama Lintang hanya disuguhkan dengan pekerjaan dan keadaan ibunya, kali ini tawa itu terus di lontarkan karena kehadiran Lion. 

"Permisi, Lin," sapa Gita yang langsung masuk dengan beberapa dokumen di tangannya. Menghampiri Lintang yang masih sangat serius. Membantu gadis itu mengikat rambut dengan asal. 

"Iya," jawab Lintang tanpa menoleh. Matanya fokus pada layar laptop yang ada di depannya, satu tangannya terus aktif mengetik sesuatu, sedangkan yang satunya lagi menyangga kepala Lion yang tidur di pangkuannya. Bagaikan ibu dan anak, mereka nampak serasi. 

"Dia masih ada di sini?" tanya Gita menyelidik.

Lintang memutar kursinya, merapikan rambut Lion yang menutupi jidatnya. Menatap wajah teduh tanpa dosa. Bibir mungil dan lidahnya terus bergerak seperti menyesap dot. 

"Tadi aku mau anterin dia ke ruangan papanya, tapi nggak mau." 

"Kamu tahu siapa papanya?" tanya Gita lagi. 

Lintang menggeleng tanpa suara. Pasalnya, Ia pun tak bertanya pada Lion tentang keluarga bocah itu. Selama berada di ruangannya, Lion terus bermain dan minta di ceritakan beberapa dongeng. 

"Apa tugas kamu sudah selesai?" 

Lintang menyungutkan kepalanya ke arah tumpukan map yang ada di sisi laptopnya. Meskipun sedikit ada kendala, Lintang tetap profesional menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

"Laporan hari ini langsung ke pusat, kamu mau nitip apa lapor sendiri."

"Nitip saja, kakiku masih sakit, lagi pula kasihan Lion, nanti dia terganggu, tanganku juga keram." 

Gita mengambil dokumen milik Lintang dan keluar. 

"Git," panggil Lintang pada sahabatnya yang baru saja menutup pintu dari luar. 

Sepertinya Gita tidak mendengar suara Lintang hingga wanita yang berumur dua puluh lima tahun itu tak kembali lagi. 

"Kira-kira papanya Lion ini siapa, dia karyawan biasa atau atasan di kantor ini?" ucap Lintang lirih. 

"Hilya, kamu ambil Lion, waktunya dia tidur!" titah Yudha pada sang sekretaris. 

Yudha membaca catatan dari Mbak Mimah. Dan itu waktunya Lion minum susu lalu tidur siang. 

"Baik, Pak."

Hilya turun di mana Lion tadi main, sedangkan Andreas pun sibuk menerima beberapa laporan dari karyawan. 

Setelah mendapat informasi dari beberapa staf, Hilya langsung masuk ke ruangan Lintang tanpa permisi. 

"Mana Lion?" tanya Hilya ketus, seolah-olah dia adalah bos besar. 

"Ini, Bu. dia sudah tidur," jawab Lintang sopan. 

Meskipun satu perusahaan, Lintang pun tak mengenal Hilya. Namun, dari pakaiannya, jabatan wanita itu lebih tinggi darinya. 

Hilya mengambil alih Lion lalu pergi meninggalkan ruangan Lintang tanpa mengucapkan terima kasih. 

Lintang mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa kaku. Menyandarkan punggungnya untuk mengurai rasa lelah.

"Kira-kira itu anak siapa, lucu banget." 

Lintang tersenyum kecil mengingat tingkah lucu Lion yang terus ingin dimanja. 

Ponsel yang ada di meja berdering membuat lamunan Lintang yang terus menerka-nerka sosok orang tua Lion itu ambyar. 

"Mbak Luna, ngapain dia telepon jam segini?" 

Lintang menatap jam yang melingkar di tangannya. Baru jam makan siang dan itu membuatnya khawatir. 

"Halo, Assalamualaikum," sapa Lintang mengusir rasa cemas yang tiba-tiba mengendap. 

Luna menjawab salam Lintang dengan suara lirih. 

"Lin, cepat pulang, ibu kamu mengamuk," ucap Luna dengan napas memburu. 

Lintang tak menjawab, ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu berlari keluar. Melangkah buru-buru menuju ruang atasan. Berkali-kali Lintang mengetuk pintu, namun tak ada sahutan, terpaksa ia membukanya perlahan. Ternyata ruangan itu kosong. 

"Orangnya ke mana?" tanya Lintang dalam hati. 

Beruntung ia bertemu Gita yang melintas. Lintang menghampiri sahabatnya. 

"Git, tolong bilangin pak Setiawan, kalau hari ini aku izin pulang lebih awal, ibu sakit," ucapnya dengan nafas tersendat. 

"Baik, nanti aku bilangin ke beliau, hati-hati," jawab Gita setuju. Melambaikan tangan ke arah Lintang yang mulai menjauh. 

"Kasihan Lintang, pasti kena marah lagi, tapi kasihan  juga ibunya. Sampai kapan dia merawat ibunya yang gila itu." 

Lintang berlari menghampiri Luna yang ada di teras.

"Ibu di mana, Mbak?" tanya Lintang.

Suara barang-barang jatuh masih menggema membuat Lintang semakin ketakutan. Takut ibunya terluka.

"Ada di dalam, maaf ya Lin,, aku tidak bisa mencegahnya, Mas Arief belum pulang, aku takut__" 

"Tidak apa-apa, Mbak. Aku masuk dulu." 

Lintang berjalan pelan menatap perabotan  rumah tangga yang hancur berkeping-keping di atas lantai. Kejadian ini sudah yang kesekian kali membuat Lintang sudah terbiasa. 

"Ibu, Lintang pulang," sapa Lintang, masih berjalan mengendap-endap mencari keberadaan ibunya. 

Hiks Hiks Hiks 

Suara tangsian terdengar di balik ruangan yang ada di samping kamar Lintang. 

Mata Lintang berkaca mendapati sang ibu yang duduk dan merangkul kedua kakinya. Kepalanya terbenam, hanya menampakkan rambut panjang yang terurai. 

"Ibu, Lintang pulang."

Lintang duduk dan memeluk tubuh kurus Bu Fatimah. Cairan bening mulai lolos melihat jari-jari sang Ibu yang nampak terluka. 

Luna ikut masuk. Berdiri sedikit menjauh. Ia takut Bu Fatimah tak bisa terkontrol dan melempar sesuatu ke arahnya. 

"Ibu sudah makan?" tanya Lintang mengusap air matanya. Mendongakkan wajah ibunya yang nampak kacau. 

Bu Fatimah tidak menjawab, masih sama seperti biasa, tatapannya kosong dengan bibir komat-kamit. Kepala terus menggeleng. 

"Semua orang jahat. Jangan pernah berhubungan dengan orang kaya. Mereka hanya akan memandang kita sebelah mata," ucap Bu Fatimah. 

Selama ini hanya kalimat itu yang terus diucapkan. Seakan satu kejadian itu memang menancap luka yang paling dalam dan  tidak akan pernah sembuh. 

Lintang mengangguk lalu memeluk ibunya. Mengusap punggung sang ibu dengan lembut. Hanya itu yang bisa Lintang lakukan untuk melunakkan hati ibunya saat kacau. 

"Sekarang aku anterin ibu ke kamar, istirahat ya, nanti aku masakin yang enak." 

Lintang menggiring Bu Fatimah keluar. Berhenti sejenak, melirik ke arah Luna yang ada di ruang tamu. 

"Itu mbak Luna, yang sering bantu Ibu makan," rayu Lintang dengan lembut, sedikit demi sedikit terus mengingatkan pada orang terdekat. 

Sepiring nasi yang tadi di tinggalkan ternyata masih utuh membuat Lintang mendengus. Setelah membaringkan tubuh Bu Fatimah di ranjang, Lintang membawa piring dan keluar. Mengganti dengan makanan yang baru. 

Luna membantu Lintang membersihkan ruang tamu yang persis kapal pecah. 

"Maaf ya, Mbak. selalu merepotkan." 

Luna tersenyum. "Nggak papa, aku yang minta maaf karena tidak bisa membantumu."

"Gimana keadaan Bu Fatimah?" sapa suara berat dari ambang pintu, dia adalah Arief, suami dari Luna. 

"Alhamdulillah, ibu baik. Aku sudah pulang," sahut Lintang dari dalam membuat Arif tersenyum. 

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

syukurlah masih ada teman yang peduli dan mau membantu

2024-02-27

0

bzare21

bzare21

lanjut thor

2023-07-25

1

Dewi Zahra

Dewi Zahra

sabar ya lintang

2023-06-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2 Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3 Bab 3. Awal pertemuan
4 Bab 4. Kumat
5 Bab 5. Permintaan Lion
6 Bab 6. Anggara?
7 Bab 7. Kecelakaan kecil
8 Bab 8. Menemukan cara
9 Bab 9. Bertemu lagi
10 Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11 Bab 11. Disuapi tante cantik
12 Bab 12. Bercerita lewat telepon
13 Bab 13. Resmi bercerai
14 Bab 14. Akhirnya keluar juga
15 Bab 15. Mendonorkan darah
16 Bab 16. Getaran aneh
17 Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18 Bab 18. Mulai menduga
19 Bab 19. Merasa tersisih
20 Bab 20. Mulai terkuak
21 Bab 21. Terluka
22 Bab 22. Hampir saja
23 Bab 23. Terbongkar
24 Bab 24. Berhutang
25 Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26 Bab 26. Sarapan bersama
27 Bab 27. Kembali bekerja
28 Bab 28. Periksa
29 Bab 29. Melamar
30 Bab 30. Menerima
31 Bab 31. Temurun dari sang ayah
32 Bab 32. Mencoba mengerti
33 Bab 33. Motor baru
34 Bab 34. Kalah telak
35 Bab 35. Hp baru
36 Bab 36. Menikah
37 Bab 37. Belum siap
38 Bab 38. Pindah rumah
39 Bab 39. Mencium
40 Bab 40. Naik motor
41 Bab 41. Curiga
42 Bab 42. Membantu Claire
43 Bab 43. Tidak berubah
44 Bab 44. Kejadian tak terduga
45 Bab 45. Luluh
46 Bab 46. Wejangan dari Luna
47 Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48 Bab 48. Jebol gawang
49 Bab 49. Ronde kedua
50 Bab 50. Menutupi tanda merah
51 Bab 51. Petak umpet
52 Bab 52. Kamar dalam ruangan
53 Bab 53. Kemarahan Gita
54 Bab 54. Resign
55 Bab 55. Kabar baik
56 Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57 Bab 57. Berpisah
58 Bab 58. Alasan
59 Bab 59. Dipecat
60 Bab 60. Ketahuan
61 Bab 61. Mereda
62 Bab 62. Akhirnya bertemu
63 Bab 63. Claire datang
64 Bab 64. Basmi dengan insektisida
65 Bab 65. Minta cerai
66 Bab 66. Aneh
67 Bab 67. Jangan pergi!
68 Bab 68. Rumah lama
69 Bab 69. Kesadaran Bian
70 Bab 70. Sadar
71 Bab 71. Gagal
72 Bab 72. Rencana Natalie
73 Bab 73. Syarat
74 Bab 74. Pendarahan
75 Bab 75. Peringatan
76 Bab 76. Menyatukan
77 Bab 77. Pengaruh buruk
78 Bab 78. Teman lama
79 Bab 79. Rasa
80 Bab 80. Galau
81 Bab 81. Mengungkap isi hati
82 Bab 82. Modal nekad
83 Bab 83. Melamar
84 Bab 84. Ungkapan
85 Bab 85. Penjelasan
86 Bab 86. Kejutan
87 Bab 87. Menikmati malam bersama
88 Bab 88. Pencarian
89 Bab 89. Menemukan Lintang
90 Bab 90. Jam tangan
91 Bab 91. Kabar buruk
92 Bab 92. Masih tak percaya
93 Bab 93. Kesetiaan Andreas
94 Bab 94. Wasiat
95 Bab 95. Tangisan Lion
96 Bab 96. Klarifikasi
97 Bab 97. Melepas beban
98 Bab 98. Berangkat ke Singapura
99 Bab 99. Titik terang
100 Bab 100. Sadar
101 Bab 101. Hukuman untuk Claire
102 Bab 102. Rencana Yudha
103 Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104 104. Pulang
105 Bab 105. Lion diculik
106 Bab 106. Permintaan maaf
107 Bab 107. Melarikan diri
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Kepatuhan Lion
110 Bab 110. Hanya masa lalu
111 Bab 111. Jujur
112 Bab 112. Bertemu
113 Bab 113. Indira dan Keanu
114 Bab 114. Ketegangan Indira
115 Bab 115. Panik
116 Bab 116. Rembulan
117 Bab 117. Melamar
118 Bab 118. Mulai mesum
119 Bab 119. Tersiram kopi
120 Bab 120. Kecewa
121 Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122 Bab 122. Keanu pengen kawin
123 Bab 123. Cemburu
124 Bab 124. Putus
125 Bab 125. Pengakuan Indira
126 Bab 126. Tamat
127 Novel baru sudah rilis
128 Promosi novel baru
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2
Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3
Bab 3. Awal pertemuan
4
Bab 4. Kumat
5
Bab 5. Permintaan Lion
6
Bab 6. Anggara?
7
Bab 7. Kecelakaan kecil
8
Bab 8. Menemukan cara
9
Bab 9. Bertemu lagi
10
Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11
Bab 11. Disuapi tante cantik
12
Bab 12. Bercerita lewat telepon
13
Bab 13. Resmi bercerai
14
Bab 14. Akhirnya keluar juga
15
Bab 15. Mendonorkan darah
16
Bab 16. Getaran aneh
17
Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18
Bab 18. Mulai menduga
19
Bab 19. Merasa tersisih
20
Bab 20. Mulai terkuak
21
Bab 21. Terluka
22
Bab 22. Hampir saja
23
Bab 23. Terbongkar
24
Bab 24. Berhutang
25
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26
Bab 26. Sarapan bersama
27
Bab 27. Kembali bekerja
28
Bab 28. Periksa
29
Bab 29. Melamar
30
Bab 30. Menerima
31
Bab 31. Temurun dari sang ayah
32
Bab 32. Mencoba mengerti
33
Bab 33. Motor baru
34
Bab 34. Kalah telak
35
Bab 35. Hp baru
36
Bab 36. Menikah
37
Bab 37. Belum siap
38
Bab 38. Pindah rumah
39
Bab 39. Mencium
40
Bab 40. Naik motor
41
Bab 41. Curiga
42
Bab 42. Membantu Claire
43
Bab 43. Tidak berubah
44
Bab 44. Kejadian tak terduga
45
Bab 45. Luluh
46
Bab 46. Wejangan dari Luna
47
Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48
Bab 48. Jebol gawang
49
Bab 49. Ronde kedua
50
Bab 50. Menutupi tanda merah
51
Bab 51. Petak umpet
52
Bab 52. Kamar dalam ruangan
53
Bab 53. Kemarahan Gita
54
Bab 54. Resign
55
Bab 55. Kabar baik
56
Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57
Bab 57. Berpisah
58
Bab 58. Alasan
59
Bab 59. Dipecat
60
Bab 60. Ketahuan
61
Bab 61. Mereda
62
Bab 62. Akhirnya bertemu
63
Bab 63. Claire datang
64
Bab 64. Basmi dengan insektisida
65
Bab 65. Minta cerai
66
Bab 66. Aneh
67
Bab 67. Jangan pergi!
68
Bab 68. Rumah lama
69
Bab 69. Kesadaran Bian
70
Bab 70. Sadar
71
Bab 71. Gagal
72
Bab 72. Rencana Natalie
73
Bab 73. Syarat
74
Bab 74. Pendarahan
75
Bab 75. Peringatan
76
Bab 76. Menyatukan
77
Bab 77. Pengaruh buruk
78
Bab 78. Teman lama
79
Bab 79. Rasa
80
Bab 80. Galau
81
Bab 81. Mengungkap isi hati
82
Bab 82. Modal nekad
83
Bab 83. Melamar
84
Bab 84. Ungkapan
85
Bab 85. Penjelasan
86
Bab 86. Kejutan
87
Bab 87. Menikmati malam bersama
88
Bab 88. Pencarian
89
Bab 89. Menemukan Lintang
90
Bab 90. Jam tangan
91
Bab 91. Kabar buruk
92
Bab 92. Masih tak percaya
93
Bab 93. Kesetiaan Andreas
94
Bab 94. Wasiat
95
Bab 95. Tangisan Lion
96
Bab 96. Klarifikasi
97
Bab 97. Melepas beban
98
Bab 98. Berangkat ke Singapura
99
Bab 99. Titik terang
100
Bab 100. Sadar
101
Bab 101. Hukuman untuk Claire
102
Bab 102. Rencana Yudha
103
Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104
104. Pulang
105
Bab 105. Lion diculik
106
Bab 106. Permintaan maaf
107
Bab 107. Melarikan diri
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Kepatuhan Lion
110
Bab 110. Hanya masa lalu
111
Bab 111. Jujur
112
Bab 112. Bertemu
113
Bab 113. Indira dan Keanu
114
Bab 114. Ketegangan Indira
115
Bab 115. Panik
116
Bab 116. Rembulan
117
Bab 117. Melamar
118
Bab 118. Mulai mesum
119
Bab 119. Tersiram kopi
120
Bab 120. Kecewa
121
Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122
Bab 122. Keanu pengen kawin
123
Bab 123. Cemburu
124
Bab 124. Putus
125
Bab 125. Pengakuan Indira
126
Bab 126. Tamat
127
Novel baru sudah rilis
128
Promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!