Bab 15. Mendonorkan darah

Lintang termenung. Menatap ke arah luar jendela. Ternyata hengkang dari kantor Yudha pun tak membuat hatinya tenang. Rasa bersalah kini hadir mengingat wajah lucu Lion yang ingin terus bersamanya. Sepertinya kebahagiaan masih jauh. Cerahnya sinar mentari tak secerah harapan yang kian berliku dan redup. 

Semalaman penuh Lintang tak bisa tidur. Lion bagaikan hantu yang terus melintasi otaknya. Berlarian di atas lantai putih mengkilap dengan bibir yang terus menirukan bunyi kendaraan itu membuat Lintang tak bisa lupa. Sosok mungil yang selalu bertanya membuat jatuh hati dan ingin mendekapnya. 

"Lintang…" Suara Arif dari depan membuyarkan lamunan nya. 

Lintang merapikan rambut lalu bajunya, meraih tas dan juga surat lamaran kerja yang sudah disiapkan. Setelah itu keluar membuka pintu. 

"Apa kamu sudah siap?" tanya Arif menatap penampilan Lintang yang sangat rapi. Memakai kemeja putih dengan rok hitam selutut. Make up natural dan rambut tetap terurai panjang menyempurnakan kecantikan gadis itu. 

"Sudah, Mas. Kita berangkat sekarang." 

Arif menatap jam yang melingkar di tangannya lalu mengangguk. 

Lintang ke kamar sang ibu untuk berpamitan. Memastikan jika wanita itu dalam keadaan baik.

"Doain Lintang, Bu. Semoga kali ini Lintang mendapatkan tempat yang nyaman dan bisa melupakan masa lalu. Aku berjanji akan mencari uang yang banyak supaya ibu bisa berobat."

Mengusir kekhawatiran, untuk yang kesekian kali harus meninggalkan ibunya sendiri di rumah. Tak ada pergerakan apapun, namun air mata yang membasahi pelipis bu Fatimah adalah tanda, jika sedikit-sedikit wanita itu merespon setiap ucapan Lintang. 

Setelah menitipkan kunci rumah pada Luna, Lintang mengeluarkan motornya dari teras. 

Baru saja memakai helm, sebuah mobil mewah masuk dari arah pagar. Lintang mengurungkan niatnya, meminta Arif  untuk berangkat lebih dulu. 

Mobil siapa itu, jangan jangan __" Lintang tak meneruskan terkaannya, takut salah tebak. 

"Kamu sudah tahu alamatnya, kan?" tanya Arif memastikan. 

"Sudah, Mas. Nanti aku nyusul. Kalau salah bisa telepon."

Arif segera berlalu, takut terlambat. 

Lintang menatap gerangan yang baru saja keluar dari mobil tadi. Tebakannya salah, ia pikir itu adalah Adam. Ternyata dia adalah orang yang sudah lima tahun meninggalkan rumah. Orang yang tega menghempaskan ibunya saat jiwanya terguncang.

Dia adalah Julianto, ayah Lintang yang tega pergi dari rumah setelah ibunya dinyatakan terkena gangguan jiwa. 

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Lintang tanpa menghadap. Menyembunyikan wajahnya yang sedikit merebak. Panggilan ayah rasanya sudah tak pantas di sematkan untuk pria itu. Demi apapun, jiwa Lintang terlanjur tercabik-cabik hingga remuk. Sudah terlalu sakit untuk memaafkan.

Sang ayah menatap langit-langit rumah yang nampak lapuk, genting menghitam hingga cat tembok yang mengelupas. Lebih parah saat ia tinggalkan. 

"Kamu apa kabar, Nak." Mengulurkan tangannya di depan Lintang. Namun tak di terima oleh gadis itu yang memilih untuk melipat kedua tangannya. 

"Aku sangat baik, dan lebih baik setelah kamu pergi, aku tidak punya waktu banyak, silahkan pergi dari rumah ini!" Lintang menunjuk ke arah jalan yang ada di depan rumahnya. 

Pak Juli menunduk, raut wajahnya tampak ditekuk, entah apa yang dipikirkan, Lintang pun tak tahu. 

"Ayah ke sini ingin minta tolong sama kamu," ucapnya penuh keraguan. Malu pada Lintang yang lebih tegar daripada dirinya. 

"Adik tiri kamu kecelakaan, dia butuh darah, sedangkan di seluruh rumah sakit stoknya kosong. Dari semua keluarga hanya golongan darah  kamu yang sama dengannya."

Plok Plok Plok 

"Wow keren," Lintang menghela nafas panjang. Mengacungi jempol ayahnya yang nampak melas.

"Ternyata kamu ke sini mengemis demi anak dari simpananmu. Bagaimana kalau aku menolak?"

Pak Juli berlutut di depan Lintang, membuang rasa malu demi seorang putri yang kini terkapar di rumah sakit. Hanya dirinya yang bisa menentukan semuanya. 

"Ayah mohon, Lin. Apapun yang kamu minta pasti ayah akan turuti. Asalkan kamu mau mendonorkan darahmu untuk Indira." 

Sebegitu pentingkah dia bagi ayah, demi dia ayah rela berlutut di depanku, anak sendiri. Tapi kenapa hanya sekedar menemaniku wisuda ayah tidak mau, bahkan ayah mengusirku dengan kasar. Apa aku terlalu hina di mata ayah. 

Jika mengingat itu, belas kasih terbang ke angkasa. Buliran bening lolos membasahi pipi Lintang. Dadanya kembali sesak, bertubi-tubi masalah datang silih berganti hingga membuatnya tak bisa bebas. 

"Percuma saja ayah memohon, karena sampai kapanpun aku tidak akan memberikan darahku untuk Indira." 

Lintang meninggalkan pak Juli yang masih bersimpuh di lantai. 

Suara mesin motor semakin jauh membuat pak Juli menoleh, menatap punggung Lintang yang menghilang di ujung jalan. 

Ayah memang salah, Lin. Ayah salah sudah meninggalkan kamu dan ibumu. Ayah sudah menyia-nyiakan kalian demi wanita lain. Sekarang apa yang bisa ayah lakukan untuk menebus semuanya. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Mbak, di mana kamar pasien atas nama Indira?" tanya wanita cantik pada petugas resepsionis rumah sakit. 

"Silahkan ikut saya, Mbak." Salah satu suster mengantar tamunya. 

"Itu kamarnya." Menunjuk salah satu ruangan yang ada di bagian pinggir. Dua orang duduk di kursi besi. Mereka menangis sesenggukan dan saling merangkul. 

"Aku dengar dia butuh darah, suster ambil darahku saja, tapi jangan sampai keluarganya tahu kalau aku yang menyumbangkan darah. Bilang saja kalau stok darah di rumah sakit ini memang sudah datang." 

"Baik, saya akan memeriksa Mbak dulu. Setelah itu baru bisa diambil darahnya." 

Langkah pak Juli lunglai, seakan tak ada kekuatan untuk kembali ke rumah sakit. Namun, semua butuh dirinya termasuk Indira yang kini berjuang melawan maut. 

Menatap nanar ke arah ruangan Indira yang tertutup rapat. Matanya terpejam, tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika sampai tidak mendapatkan darah seperti milik putrinya. 

"Papa, kamu dari mana saja? Aku hubungi tidak aktif." Seorang wanita menepuk lengan Pak Juli yang baru saja bersandar di dinding. 

"Mama, papa dari luar, mencari pendonor untuk anak kita." 

Ya, dia adalah Sovia, wanita yang sudah berhasil merebut hati seorang Julianto. 

Senyum merekah terbit di bibir Sovia. 

"Stok darah di rumah sakit ini sudah datang, jadi papa tidak perlu khawatir lagi. Dokter sudah berhasil mentransfusi darah untuk Indira."

"Mama yakin?" tanya pak Juli antusias. 

Sovia mengangguk, menggiring suaminya menuju kamar putrinya. 

Meskipun hidupku menderita, setidaknya kalian bahagia. Cepat sembuh Indira. Pasti ayahmu sangat menyayangimu. 

Wanita yang terlihat pucat itu berjalan sempoyongan keluar dari rumah sakit. Tak menghiraukan tubuhnya yang terasa lemas demi menyembunyikan identitas dirinya dari dokter yang lain. Namun sayang, seorang pria sudah melihat semuanya. 

"Terima kasih, Kakak. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu. Tapi aku akan menjaga rahasia ini sampai waktu yang akan membongkar semuanya." 

Terpopuler

Comments

d.stywn

d.stywn

jangan ganggu hidupnya, gkush muncul di depannya, dah itu aj

2023-11-21

4

d.stywn

d.stywn

jangan mau, biarin aj mati

2023-11-21

0

bzare21

bzare21

lanjuuuuut

2023-07-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2 Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3 Bab 3. Awal pertemuan
4 Bab 4. Kumat
5 Bab 5. Permintaan Lion
6 Bab 6. Anggara?
7 Bab 7. Kecelakaan kecil
8 Bab 8. Menemukan cara
9 Bab 9. Bertemu lagi
10 Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11 Bab 11. Disuapi tante cantik
12 Bab 12. Bercerita lewat telepon
13 Bab 13. Resmi bercerai
14 Bab 14. Akhirnya keluar juga
15 Bab 15. Mendonorkan darah
16 Bab 16. Getaran aneh
17 Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18 Bab 18. Mulai menduga
19 Bab 19. Merasa tersisih
20 Bab 20. Mulai terkuak
21 Bab 21. Terluka
22 Bab 22. Hampir saja
23 Bab 23. Terbongkar
24 Bab 24. Berhutang
25 Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26 Bab 26. Sarapan bersama
27 Bab 27. Kembali bekerja
28 Bab 28. Periksa
29 Bab 29. Melamar
30 Bab 30. Menerima
31 Bab 31. Temurun dari sang ayah
32 Bab 32. Mencoba mengerti
33 Bab 33. Motor baru
34 Bab 34. Kalah telak
35 Bab 35. Hp baru
36 Bab 36. Menikah
37 Bab 37. Belum siap
38 Bab 38. Pindah rumah
39 Bab 39. Mencium
40 Bab 40. Naik motor
41 Bab 41. Curiga
42 Bab 42. Membantu Claire
43 Bab 43. Tidak berubah
44 Bab 44. Kejadian tak terduga
45 Bab 45. Luluh
46 Bab 46. Wejangan dari Luna
47 Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48 Bab 48. Jebol gawang
49 Bab 49. Ronde kedua
50 Bab 50. Menutupi tanda merah
51 Bab 51. Petak umpet
52 Bab 52. Kamar dalam ruangan
53 Bab 53. Kemarahan Gita
54 Bab 54. Resign
55 Bab 55. Kabar baik
56 Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57 Bab 57. Berpisah
58 Bab 58. Alasan
59 Bab 59. Dipecat
60 Bab 60. Ketahuan
61 Bab 61. Mereda
62 Bab 62. Akhirnya bertemu
63 Bab 63. Claire datang
64 Bab 64. Basmi dengan insektisida
65 Bab 65. Minta cerai
66 Bab 66. Aneh
67 Bab 67. Jangan pergi!
68 Bab 68. Rumah lama
69 Bab 69. Kesadaran Bian
70 Bab 70. Sadar
71 Bab 71. Gagal
72 Bab 72. Rencana Natalie
73 Bab 73. Syarat
74 Bab 74. Pendarahan
75 Bab 75. Peringatan
76 Bab 76. Menyatukan
77 Bab 77. Pengaruh buruk
78 Bab 78. Teman lama
79 Bab 79. Rasa
80 Bab 80. Galau
81 Bab 81. Mengungkap isi hati
82 Bab 82. Modal nekad
83 Bab 83. Melamar
84 Bab 84. Ungkapan
85 Bab 85. Penjelasan
86 Bab 86. Kejutan
87 Bab 87. Menikmati malam bersama
88 Bab 88. Pencarian
89 Bab 89. Menemukan Lintang
90 Bab 90. Jam tangan
91 Bab 91. Kabar buruk
92 Bab 92. Masih tak percaya
93 Bab 93. Kesetiaan Andreas
94 Bab 94. Wasiat
95 Bab 95. Tangisan Lion
96 Bab 96. Klarifikasi
97 Bab 97. Melepas beban
98 Bab 98. Berangkat ke Singapura
99 Bab 99. Titik terang
100 Bab 100. Sadar
101 Bab 101. Hukuman untuk Claire
102 Bab 102. Rencana Yudha
103 Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104 104. Pulang
105 Bab 105. Lion diculik
106 Bab 106. Permintaan maaf
107 Bab 107. Melarikan diri
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Kepatuhan Lion
110 Bab 110. Hanya masa lalu
111 Bab 111. Jujur
112 Bab 112. Bertemu
113 Bab 113. Indira dan Keanu
114 Bab 114. Ketegangan Indira
115 Bab 115. Panik
116 Bab 116. Rembulan
117 Bab 117. Melamar
118 Bab 118. Mulai mesum
119 Bab 119. Tersiram kopi
120 Bab 120. Kecewa
121 Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122 Bab 122. Keanu pengen kawin
123 Bab 123. Cemburu
124 Bab 124. Putus
125 Bab 125. Pengakuan Indira
126 Bab 126. Tamat
127 Novel baru sudah rilis
128 Promosi novel baru
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2
Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3
Bab 3. Awal pertemuan
4
Bab 4. Kumat
5
Bab 5. Permintaan Lion
6
Bab 6. Anggara?
7
Bab 7. Kecelakaan kecil
8
Bab 8. Menemukan cara
9
Bab 9. Bertemu lagi
10
Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11
Bab 11. Disuapi tante cantik
12
Bab 12. Bercerita lewat telepon
13
Bab 13. Resmi bercerai
14
Bab 14. Akhirnya keluar juga
15
Bab 15. Mendonorkan darah
16
Bab 16. Getaran aneh
17
Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18
Bab 18. Mulai menduga
19
Bab 19. Merasa tersisih
20
Bab 20. Mulai terkuak
21
Bab 21. Terluka
22
Bab 22. Hampir saja
23
Bab 23. Terbongkar
24
Bab 24. Berhutang
25
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26
Bab 26. Sarapan bersama
27
Bab 27. Kembali bekerja
28
Bab 28. Periksa
29
Bab 29. Melamar
30
Bab 30. Menerima
31
Bab 31. Temurun dari sang ayah
32
Bab 32. Mencoba mengerti
33
Bab 33. Motor baru
34
Bab 34. Kalah telak
35
Bab 35. Hp baru
36
Bab 36. Menikah
37
Bab 37. Belum siap
38
Bab 38. Pindah rumah
39
Bab 39. Mencium
40
Bab 40. Naik motor
41
Bab 41. Curiga
42
Bab 42. Membantu Claire
43
Bab 43. Tidak berubah
44
Bab 44. Kejadian tak terduga
45
Bab 45. Luluh
46
Bab 46. Wejangan dari Luna
47
Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48
Bab 48. Jebol gawang
49
Bab 49. Ronde kedua
50
Bab 50. Menutupi tanda merah
51
Bab 51. Petak umpet
52
Bab 52. Kamar dalam ruangan
53
Bab 53. Kemarahan Gita
54
Bab 54. Resign
55
Bab 55. Kabar baik
56
Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57
Bab 57. Berpisah
58
Bab 58. Alasan
59
Bab 59. Dipecat
60
Bab 60. Ketahuan
61
Bab 61. Mereda
62
Bab 62. Akhirnya bertemu
63
Bab 63. Claire datang
64
Bab 64. Basmi dengan insektisida
65
Bab 65. Minta cerai
66
Bab 66. Aneh
67
Bab 67. Jangan pergi!
68
Bab 68. Rumah lama
69
Bab 69. Kesadaran Bian
70
Bab 70. Sadar
71
Bab 71. Gagal
72
Bab 72. Rencana Natalie
73
Bab 73. Syarat
74
Bab 74. Pendarahan
75
Bab 75. Peringatan
76
Bab 76. Menyatukan
77
Bab 77. Pengaruh buruk
78
Bab 78. Teman lama
79
Bab 79. Rasa
80
Bab 80. Galau
81
Bab 81. Mengungkap isi hati
82
Bab 82. Modal nekad
83
Bab 83. Melamar
84
Bab 84. Ungkapan
85
Bab 85. Penjelasan
86
Bab 86. Kejutan
87
Bab 87. Menikmati malam bersama
88
Bab 88. Pencarian
89
Bab 89. Menemukan Lintang
90
Bab 90. Jam tangan
91
Bab 91. Kabar buruk
92
Bab 92. Masih tak percaya
93
Bab 93. Kesetiaan Andreas
94
Bab 94. Wasiat
95
Bab 95. Tangisan Lion
96
Bab 96. Klarifikasi
97
Bab 97. Melepas beban
98
Bab 98. Berangkat ke Singapura
99
Bab 99. Titik terang
100
Bab 100. Sadar
101
Bab 101. Hukuman untuk Claire
102
Bab 102. Rencana Yudha
103
Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104
104. Pulang
105
Bab 105. Lion diculik
106
Bab 106. Permintaan maaf
107
Bab 107. Melarikan diri
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Kepatuhan Lion
110
Bab 110. Hanya masa lalu
111
Bab 111. Jujur
112
Bab 112. Bertemu
113
Bab 113. Indira dan Keanu
114
Bab 114. Ketegangan Indira
115
Bab 115. Panik
116
Bab 116. Rembulan
117
Bab 117. Melamar
118
Bab 118. Mulai mesum
119
Bab 119. Tersiram kopi
120
Bab 120. Kecewa
121
Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122
Bab 122. Keanu pengen kawin
123
Bab 123. Cemburu
124
Bab 124. Putus
125
Bab 125. Pengakuan Indira
126
Bab 126. Tamat
127
Novel baru sudah rilis
128
Promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!