Bab 7. Kecelakaan kecil

"Ngapain kamu di sini?" 

Lintang mengurungkan langkahnya. Menatap sinis ke arah pria tampan yang mematung di halaman rumahnya. Ketampanan yang mendekati sempurna  membuat siapapun pasti akan terpana. Namun tidak dengan Lintang yang sudah terlanjur sakit hati karena kelakuan pria tersebut. 

Ia berharap tidak pernah bertemu lagi dengan orang yang pernah menghina ibunya. Akan tetapi, dunia itu seakan sempit sehingga ia bisa bertemu lagi dengan sang mantan. 

"Aku datang ke sini mau minta maaf sama kamu, Lin," ucapnya mengiba dengan kedua tangan menangkup di dada. 

Dia adalah Adam Prayoga, mantan calon suami Lintang. Hubungan mereka kandas setelah Adam memutuskan secara sepihak dengan alasan ibu Lintang yang gila. 

Minta maaf, itu yang ditunggu Lintang beberapa bulan yang lalu. Namun tak kunjung tiba, dan kini pintu maaf itu sudah tertutup rapat untuk orang yang sudah berani merendahkan ibunya. 

"Sudah terlambat." 

Lintang melewati tubuh tegap Adam. Mendekati motornya dan memakai helm. 

Hubungan yang pernah terjalin erat, melalui hari-hari bersama penuh dengan suka pun pernah mereka rasakan, namun kini semua itu tinggal kenangan, masa lalu kelam yang akan terkikis oleh waktu. 

"Lin, kita harus bicara!" 

Adam meraih tangan Lintang yang hampir menyentuh stang motor. 

"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, aku sudah terlambat. Lepas atau aku berteriak," ancam Lintang tanpa menatap Adam yang nampak serius. 

"Aku akan menerima keadaan ibumu, kita balikan lagi," ucap Adam tanpa melepas tangan Lintang. 

"Lepas atau aku akan teriak," ucap Lintang sekali lagi, ia tak mau berpikir ulang. Baginya, tidak ada kesempatan bagi Adam, orang yang pernah melepasnya tanpa memikirkan perasaannya. 

Bukan egois, namun harga diri nya jauh lebih penting. Meskipun miskin, Lintang tidak mau diinjak-injak. 

Terpaksa Adam melepas tangan Lintang saat melihat mas Arif keluar dari rumah, ia tak ingin membuat masalah yang lebih rumit dan menyulitkannya untuk kembali pada Lintang. 

Lintang menerobos jalanan dengan sangat santai, meskipun pikirannya sedikit semrawut, ia tetap memikirkan keselamatannya. Hidup tanpa sandaran membuatnya menjadi gadis yang tangguh dan tak mengenal lelah. 

Tiga puluh menit, Lintang sudah tiba di kawasan kantor. Saking santainya, Lintang tak sadar ada mobil yang melaju dari arah berlawanan, keduanya masuk gerbang bersamaan  hingga motor matic milik Lintang menyerempet mobil tersebut. 

Aaaaaa…. 

Lintang menjerit, setirnya oleng dan tak bisa seimbang. Akhirnya ia menabrak  dinding dan terjatuh. 

Beberapa orang berhamburan menghampiri Lintang yang duduk sembari mengelus kakinya yang terasa sakit. 

"Kenapa nasibku apes banget si," gerutunya. Mengingat kejadian selama dua hari ini yang selalu menimpa dirinya. 

"Kamu nggak papa?" tanya salah satu sahabat Lintang yang ikut menjadi saksi. 

"Nggak papa si, paling bengkak doang." 

Samsul datang membantu membangunkan motor Lintang dan memarkirkan nya di tempat biasa. Namun, mereka tak bisa bebas saat seseorang yang berpengaruh di perusahaan itu turun dari mobil.

"Tante cantik… " teriak bocah mungil yang membelah kerumunan. Bibirnya tersenyum sambil berhamburan memeluk  Lintang yang masih bersimpuh di atas lantai. 

"Lion, kamu ngapain di sini, Sayang?" Mencium pipi gembul Lion dengan lembut. Aroma khas anak kecil sangat menenangkan langsung masuk ke rongga penciuman.

Di tengah kesialannya, Lintang merasa ada sebuah anugerah yang turun, kehadiran Lion pembuat rasa sakitnya reda, ia tak boleh lemah di depan anak kecil seusia Lion. 

"Aku ingin bertemu Tante cantik." Katanya dengan polos. 

Beberapa karyawan saling berbisik lalu kembali melakukan aktivitas nya. Heran dengan keakraban Lion dan Lintang. 

Dentuman sepatu dan lantai membuat Lintang menoleh ke arah sumber suara. 

Nampak sepasang kaki berdiri tegak di depannya. 

"Lion," panggil seseorang dengan suara berat. 

Lintang mendongak, menatap wajah pria tampan yang mematung tak jauh darinya. Kemudian turun memandangi dasi, jas pria itu yang sangat sempurna. 

Apa dia papanya Lion?

"Om Andres, ini tante cantik yang aku bilang kemarin. Papa mana?" tanya Lion mencari sosok sang papa yang tadi naik mobil dengannya. 

Ternyata bukan. 

O, jadi ini perempuan yang di maksud Lion. Anak kecil memang tidak pernah berbohong, dia sangat cantik. 

Andreas tak berkedip melihat wajah cantik Lintang yang nampak alami. Empat tahun bekerja dengan Yudha, ini pertama kali melihat salah satu karyawan yang berpenampilan sederhana, berbeda sekali dengan semua wanita yang ada di lantai lima belas, bahkan mereka semua nampak menor dan seksi. 

Melihat Andreas bengong, Lion berdiri lalu menggoyang-goyangan kaki pria itu. 

"Om, lihatin apa?" 

Seketika Andreas mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kedua tangannya dimasukkan ke saku celana. Mempertahankan keangkuhannya di depan Lintang.  

"Lihat itu." Menyungutkan kepala ke arah satpam yang menjalankan tugas. Tak mungkin ia jujur sudah terpesona pada Lintang. 

Lion manggut-manggut mengerti, lalu kembali menatap Lintang yang terus meringis kesakitan. 

"Om, bantuin Tante cantik bangun," pinta Lion menunjuk Lintang yang nampak kesusahan. 

"Tidak usah, Pak. Saya bisa sendiri," sergah Lintang mencari pegangan dan berdiri dengan pelan. 

"Maaf tadi saya nggak lihat motor kamu, jadi __" 

"Saya yang salah, Pak. Terlalu banyak pikiran." Lintang membungkuk ramah, meskipun tak sepenuhnya salah, sebagai bawahan harus tahu diri. 

"Papa mana, Om?" ulang Lion yang kedua kali. 

"Maaf sayang, papa ada urusan penting. Jadi Lion hari ini bersama om, nanti mbak Mimah ke sini." 

Lion memeluk kedua kaki Lintang. 

"Aku mau main sama tante cantik, nggak mau sama mbak Mimah. Papa sudah janji mau bawa tante cantik pulang." Lion mengingat ucapan Yudha semalam dan berharap sang papa menepati janjinya. 

Lintang mengerutkan alisnya mendengar permintaan Lion yang menurutnya sangat konyol dan tak mungkin ia turuti. 

"Apa kamu nggak merasa terganggu dengan Lion?" tanya Andreas memastikan. Pasalnya, di manapun berada bocah itu pasti ada saja tingkahnya. 

"Tidak, Pak. dia pintar, dan tidak mengganggu pekerjaan saya." 

Setelah mendengar penjelasan dari Lintang,  akhirnya Andreas melepaskan Lion, karena dirinya harus bertanggung jawab dengan pekerjaan Yudha yang hari ini mengurus perceraiannya. 

"Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Andreas menghentikan langkah Lintang yang sedikit pincang. 

"Lintang. Pak. Saya bekerja di lantai sepuluh."

"Saya sudah tahu," jawab Andreas ketus menatap punggung Lintang yang semakin menjauh. 

Kalau sudah tahu, ngapain tanya.

Ponsel Andreas berdering. Ia segera mengangkatnya setelah melihat nama Yudha yang berkelip di layar. 

"Bagaimana  wanita tadi, Ndre? Apa dia baik-baik saja, kalau ada yang luka kamu bawa dia ke rumah sakit." Yudha yang ada di balik ponsel sedikit khawatir mengingat saat motor Lintang menghantam dinding dengan keras. 

"Baik, Pak. Tapi dia pincang, dan ternyata dia adalah tante cantik yang dimaksud Lion."

"Apa!" Yudha terkejut dengan ucapan Andreas, tak menyangka pertemuan pertama dengan tante cantik diawali dengan  sebuah kecelakaan kecil di depan perusahaan miliknya. 

"Iya, Pak. namanya Lintang, dia bekerja di lantai sepuluh, sekarang Lion juga ikut bersama dia."

Terpopuler

Comments

Molive(virgo girl)♍

Molive(virgo girl)♍

iya bener juga
emang otak jomblo rada sengklek
🤣🤣🤣🤣🤣

2023-08-29

2

bzare21

bzare21

tante cantik author canti readers cantik mhihihiiiiihi 😆😄

2023-07-25

1

Kamiem sag

Kamiem sag

Lintang

2023-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2 Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3 Bab 3. Awal pertemuan
4 Bab 4. Kumat
5 Bab 5. Permintaan Lion
6 Bab 6. Anggara?
7 Bab 7. Kecelakaan kecil
8 Bab 8. Menemukan cara
9 Bab 9. Bertemu lagi
10 Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11 Bab 11. Disuapi tante cantik
12 Bab 12. Bercerita lewat telepon
13 Bab 13. Resmi bercerai
14 Bab 14. Akhirnya keluar juga
15 Bab 15. Mendonorkan darah
16 Bab 16. Getaran aneh
17 Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18 Bab 18. Mulai menduga
19 Bab 19. Merasa tersisih
20 Bab 20. Mulai terkuak
21 Bab 21. Terluka
22 Bab 22. Hampir saja
23 Bab 23. Terbongkar
24 Bab 24. Berhutang
25 Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26 Bab 26. Sarapan bersama
27 Bab 27. Kembali bekerja
28 Bab 28. Periksa
29 Bab 29. Melamar
30 Bab 30. Menerima
31 Bab 31. Temurun dari sang ayah
32 Bab 32. Mencoba mengerti
33 Bab 33. Motor baru
34 Bab 34. Kalah telak
35 Bab 35. Hp baru
36 Bab 36. Menikah
37 Bab 37. Belum siap
38 Bab 38. Pindah rumah
39 Bab 39. Mencium
40 Bab 40. Naik motor
41 Bab 41. Curiga
42 Bab 42. Membantu Claire
43 Bab 43. Tidak berubah
44 Bab 44. Kejadian tak terduga
45 Bab 45. Luluh
46 Bab 46. Wejangan dari Luna
47 Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48 Bab 48. Jebol gawang
49 Bab 49. Ronde kedua
50 Bab 50. Menutupi tanda merah
51 Bab 51. Petak umpet
52 Bab 52. Kamar dalam ruangan
53 Bab 53. Kemarahan Gita
54 Bab 54. Resign
55 Bab 55. Kabar baik
56 Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57 Bab 57. Berpisah
58 Bab 58. Alasan
59 Bab 59. Dipecat
60 Bab 60. Ketahuan
61 Bab 61. Mereda
62 Bab 62. Akhirnya bertemu
63 Bab 63. Claire datang
64 Bab 64. Basmi dengan insektisida
65 Bab 65. Minta cerai
66 Bab 66. Aneh
67 Bab 67. Jangan pergi!
68 Bab 68. Rumah lama
69 Bab 69. Kesadaran Bian
70 Bab 70. Sadar
71 Bab 71. Gagal
72 Bab 72. Rencana Natalie
73 Bab 73. Syarat
74 Bab 74. Pendarahan
75 Bab 75. Peringatan
76 Bab 76. Menyatukan
77 Bab 77. Pengaruh buruk
78 Bab 78. Teman lama
79 Bab 79. Rasa
80 Bab 80. Galau
81 Bab 81. Mengungkap isi hati
82 Bab 82. Modal nekad
83 Bab 83. Melamar
84 Bab 84. Ungkapan
85 Bab 85. Penjelasan
86 Bab 86. Kejutan
87 Bab 87. Menikmati malam bersama
88 Bab 88. Pencarian
89 Bab 89. Menemukan Lintang
90 Bab 90. Jam tangan
91 Bab 91. Kabar buruk
92 Bab 92. Masih tak percaya
93 Bab 93. Kesetiaan Andreas
94 Bab 94. Wasiat
95 Bab 95. Tangisan Lion
96 Bab 96. Klarifikasi
97 Bab 97. Melepas beban
98 Bab 98. Berangkat ke Singapura
99 Bab 99. Titik terang
100 Bab 100. Sadar
101 Bab 101. Hukuman untuk Claire
102 Bab 102. Rencana Yudha
103 Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104 104. Pulang
105 Bab 105. Lion diculik
106 Bab 106. Permintaan maaf
107 Bab 107. Melarikan diri
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Kepatuhan Lion
110 Bab 110. Hanya masa lalu
111 Bab 111. Jujur
112 Bab 112. Bertemu
113 Bab 113. Indira dan Keanu
114 Bab 114. Ketegangan Indira
115 Bab 115. Panik
116 Bab 116. Rembulan
117 Bab 117. Melamar
118 Bab 118. Mulai mesum
119 Bab 119. Tersiram kopi
120 Bab 120. Kecewa
121 Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122 Bab 122. Keanu pengen kawin
123 Bab 123. Cemburu
124 Bab 124. Putus
125 Bab 125. Pengakuan Indira
126 Bab 126. Tamat
127 Novel baru sudah rilis
128 Promosi novel baru
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2
Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3
Bab 3. Awal pertemuan
4
Bab 4. Kumat
5
Bab 5. Permintaan Lion
6
Bab 6. Anggara?
7
Bab 7. Kecelakaan kecil
8
Bab 8. Menemukan cara
9
Bab 9. Bertemu lagi
10
Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11
Bab 11. Disuapi tante cantik
12
Bab 12. Bercerita lewat telepon
13
Bab 13. Resmi bercerai
14
Bab 14. Akhirnya keluar juga
15
Bab 15. Mendonorkan darah
16
Bab 16. Getaran aneh
17
Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18
Bab 18. Mulai menduga
19
Bab 19. Merasa tersisih
20
Bab 20. Mulai terkuak
21
Bab 21. Terluka
22
Bab 22. Hampir saja
23
Bab 23. Terbongkar
24
Bab 24. Berhutang
25
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26
Bab 26. Sarapan bersama
27
Bab 27. Kembali bekerja
28
Bab 28. Periksa
29
Bab 29. Melamar
30
Bab 30. Menerima
31
Bab 31. Temurun dari sang ayah
32
Bab 32. Mencoba mengerti
33
Bab 33. Motor baru
34
Bab 34. Kalah telak
35
Bab 35. Hp baru
36
Bab 36. Menikah
37
Bab 37. Belum siap
38
Bab 38. Pindah rumah
39
Bab 39. Mencium
40
Bab 40. Naik motor
41
Bab 41. Curiga
42
Bab 42. Membantu Claire
43
Bab 43. Tidak berubah
44
Bab 44. Kejadian tak terduga
45
Bab 45. Luluh
46
Bab 46. Wejangan dari Luna
47
Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48
Bab 48. Jebol gawang
49
Bab 49. Ronde kedua
50
Bab 50. Menutupi tanda merah
51
Bab 51. Petak umpet
52
Bab 52. Kamar dalam ruangan
53
Bab 53. Kemarahan Gita
54
Bab 54. Resign
55
Bab 55. Kabar baik
56
Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57
Bab 57. Berpisah
58
Bab 58. Alasan
59
Bab 59. Dipecat
60
Bab 60. Ketahuan
61
Bab 61. Mereda
62
Bab 62. Akhirnya bertemu
63
Bab 63. Claire datang
64
Bab 64. Basmi dengan insektisida
65
Bab 65. Minta cerai
66
Bab 66. Aneh
67
Bab 67. Jangan pergi!
68
Bab 68. Rumah lama
69
Bab 69. Kesadaran Bian
70
Bab 70. Sadar
71
Bab 71. Gagal
72
Bab 72. Rencana Natalie
73
Bab 73. Syarat
74
Bab 74. Pendarahan
75
Bab 75. Peringatan
76
Bab 76. Menyatukan
77
Bab 77. Pengaruh buruk
78
Bab 78. Teman lama
79
Bab 79. Rasa
80
Bab 80. Galau
81
Bab 81. Mengungkap isi hati
82
Bab 82. Modal nekad
83
Bab 83. Melamar
84
Bab 84. Ungkapan
85
Bab 85. Penjelasan
86
Bab 86. Kejutan
87
Bab 87. Menikmati malam bersama
88
Bab 88. Pencarian
89
Bab 89. Menemukan Lintang
90
Bab 90. Jam tangan
91
Bab 91. Kabar buruk
92
Bab 92. Masih tak percaya
93
Bab 93. Kesetiaan Andreas
94
Bab 94. Wasiat
95
Bab 95. Tangisan Lion
96
Bab 96. Klarifikasi
97
Bab 97. Melepas beban
98
Bab 98. Berangkat ke Singapura
99
Bab 99. Titik terang
100
Bab 100. Sadar
101
Bab 101. Hukuman untuk Claire
102
Bab 102. Rencana Yudha
103
Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104
104. Pulang
105
Bab 105. Lion diculik
106
Bab 106. Permintaan maaf
107
Bab 107. Melarikan diri
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Kepatuhan Lion
110
Bab 110. Hanya masa lalu
111
Bab 111. Jujur
112
Bab 112. Bertemu
113
Bab 113. Indira dan Keanu
114
Bab 114. Ketegangan Indira
115
Bab 115. Panik
116
Bab 116. Rembulan
117
Bab 117. Melamar
118
Bab 118. Mulai mesum
119
Bab 119. Tersiram kopi
120
Bab 120. Kecewa
121
Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122
Bab 122. Keanu pengen kawin
123
Bab 123. Cemburu
124
Bab 124. Putus
125
Bab 125. Pengakuan Indira
126
Bab 126. Tamat
127
Novel baru sudah rilis
128
Promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!