Bab 3. Awal pertemuan

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.  Gadis cantik yang sudah memakai baju khas karyawan itu mengambil sepiring nasi beserta lauk dan segelas air putih. Bukan untuk dirinya, melainkan untuk sang ibu. Sebelum berangkat ke kantor ia harus membantu ibunya mandi dan menyiapkan sarapan serta kebutuhan lainnya. 

Dia adalah Lintang Anastasya, gadis yang berumur dua puluh tiga tahun itu sangat sederhana dan mandiri. Menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya pergi dari rumah. Kejadian lima tahun yang lalu ternyata meninggalkan jejak yang memilukan, Lintang kehilangkan keluarga hangat, dan kini harus berjuang mencari nafkah untuk dirinya dan ibunya. 

Rumah sederhana itu menjadi saksi bisu, betapa hancurnya Lintang saat melihat ibunya harus menerima penghinaan dari seseorang yang pernah  di tolong kakeknya. Meskipun sudah berlalu, Lintang tidak akan pernah melupakan semua itu. 

Sakit tak berujung, luka yang tak bertepi, entah sampai kapan ia hidup dalam bayang-bayang rasa benci. Setiap kali melihat wajah ibunya, disaat itu pula Lintang akan selalu mengingat seseorang yang membuat hatinya sekeras batu.

Seakan maaf itu tidak akan pernah hadir seandainya takdir mempertemukan mereka kembali. 

Lintang tersenyum dan duduk di kursi tepi ranjang. Mengusap wajah ibunya dan mencium pipinya sebagai sambutan pagi. Berapa malang nasib wanita itu, jiwanya terguncang setelah mendapat musibah yang berlipat ganda. 

"Ibu sarapan dulu, aku mau kerja." Lintang menyodorkan sesendok makanan di depan mulut ibunya yang bernama Bu Fatimah. Namun, wanita itu menepisnya hingga sendok yang ada di tangan Lintang terjatuh di atas lantai. Ini bukan pertama kali Bu Fatimah menolak makan, akan tetapi sudah biasa hingga membuat Lintang sering terlambat.

Pagi ini Lintang tidak dapat mentolerir sikap ibunya, karena banyak pekerjaan di kantor. Terpaksa Lintang meletakkan makanan itu diatas meja kecil yang ada di samping lemari. 

"Maafkan Lintang karena tidak bisa menemani Ibu setiap hari," pamitnya sembari mencium punggung tangan Bu Fatimah dengan lembut. 

Gajinya sebagai pekerja bawahan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan Lintang dan ibunya setiap hari. Sehingga ia tak sanggup untuk membawa sang ibu berobat seperti yang dianjurkan dokter. 

Meninggalkan ibunya bukan keinginan Lintang, namun itu terpaksa ia lakukan demi bertahan hidup. 

Lintang berjalan pelan menghampiri Mbak Luna yang sedang menyapu halaman. Sebenarnya ia tak enak hati karena sudah merepotkan wanita itu. Namun, Lintang tak punya pilihan lain selain itu. Mengesampingkan rasa malu saat meminta bantuan padanya. 

"Kamu mau berangkat ke kantor?" tanya Luna, tangannya menengadah ke arah Lintang. 

He he he

Lintang tertawa pelan. 

"Maaf ya, Mbak. Ngerepotin terus." 

Menyerahkan kunci rumahnya pada Luna, wanita yang dianggapnya saudara. Selalu membantu Lintang mengurus ibunya saat ditinggal pergi. 

"Nggak papa, cepetan berangkat, nanti kamu terlambat," suruh Luna. 

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lintang memarkirkan motornya di tempat biasa. Segera melepas helm, meraih tasnya dan berlari masuk. Setibanya di depan lift, Lintang mengelus dadanya yang bergemuruh.

Semoga saja tidak ada yang tahu kalau terlambat.

"Pagi, Lin. Baru sampai?" tanya Gita, salah satu teman se profesi dengannya.  

Lintang mendaratkan jari telunjuknya di bibir.

"Iya, tadi aku telat bangun, belum lagi ibu nggak mau makan, jadi aku terlambat," bisiknya. 

Setelah melewati lift selama beberapa menit, Lintang langsung keluar. Ia berlari menuju ruangannya, namun langkahnya berhenti saat merasakan sesuatu menghantam punggungnya dari belakang. Lintang terhuyung dan jatuh, kakinya menabrak sudut meja hingga membuat lututnya memar. 

Beberapa karyawan yang melintas menghampiri Lintang yang duduk sambil mengelus lututnya. 

"Ya ampun Lin, ini berdarah harus segera diobati."

Lintang meringis saat Samsul tak sengaja menyentuh lukanya. Ia menatap bola voli yang ada di samping meja lalu beralih menatap anak kecil yang duduk di belakang orang-orang yang mengerumuninya. 

Anak siapa itu, apa dia yang melempar bola. 

Gita datang dan membantu Lintang memberikan obat anti nyeri. 

"Kamu nggak papa?" tanya Gita antusias, dilihat dari darah yang terus menetes, pasti Lintang merasakan sakit yang hebat. 

"Ini tidak sakit, kok. Lagipula aku yang kurang hati-hati." Lintang mengucapkan dengan suara keras saat melihat ketakutan di wajah bocah itu. 

Lintang berdiri dengan bantuan Gita, meminta tolong pada gadis itu untuk membawakan tas ke ruangannya. Berjalan tertatih-tatih menghampiri bocah yang masih mematung di sudut ruangan. 

"Apa tadi kamu yang melempar bola?"

Bocah itu mengangguk lalu menundukkan kepala. Menautkan sepuluh jari-jarinya. Melirik ke arah luka di lutut Lintang  yang tertutup perban. 

"Jangan takut, tante yang salah," ucap Lintang dengan lembut, mengelus pucuk kepala bocah itu. 

Sontak, bocah laki-laki tampan itu mendongak, senyum melebar memamerkan gigi putihnya. 

"Tante jangan bilang papa, nanti aku di marahin."

Jadi dia ke sini bersama papanya. 

Lintang celingukan mencari seseorang yang ada di sekitar. Namun, ia tak mendapati siapapun selain rekan kerjanya yang berlalu lalang. 

"Nama kamu siapa?" Lintang mengulurkan tangannya di depan bocah ysng sudah kembali ceria. 

"Lion, Tante." Menerima uluran tangan Lintang dan menciumnya. 

"Tante ke ruangan dulu ya, kalau main hati-hati, jangan sampai jatuh." 

Lintang membalikkan tubuhnya meninggalkan Lion. Seperti tak rela, Lion menatap punggung Lintang dengan tatapan nanar. 

Lion berlari mengejar Lintang yang sudah menghilang di balik pintu. Langkah kecilnya membawa ia bertemu dengan wanita yang baru saja menenangkannya. 

Lintang terkejut melihat Lion yang berdiri di ambang pintu. 

"Lion mau ngapain di sini? Nanti kalau papanya nyari gimana?" tanya Lintang yang sudah duduk di kursi kerjanya. 

Lion berjalan pelan. Berdiri di samping Lintang. Matanya terus tertuju pada wajah cantik wanita itu. 

"Aku mau main di sini. Boleh ya, Tante?" 

Melihat Lion mengiba membuat Lintang tersentuh dan akhirnya mengizinkan bocah itu bermain di ruangannya dengan syarat tidak mengganggunya. 

Di gedung Anggara corp lantai lima belas

Pertengkaran Yudha dan Natalie tak membuat pria itu terpuruk. Ia malah lebih semangat untuk bekerja, mengingat kini ada Lion yang membutuhkan dirinya. 

Hampir dua jam Yudha baru menyadari jika jagoan kecil Lion  tidak ada di ruangan. Panik setengah mati hingga membuat seluruh organ tubuhnya tak berfungsi. 

Tidak mungkin Natalie mengambil Lion, pasti dia masih ada di sini.

Yudha membuka pintu ruangannya dan memanggil Andreas yang sibuk dengan laptop. 

"Kamu lihat Lion?" tanya Yudha dengan mata yang menyusuri lorong. 

Andreas tersenyum. "Dia turun di lantai sepuluh bersama Hilya, katanya Lion mau main di sana dan tidak mau ke sini lagi." 

Yudha menyandarkan punggungnya di dinding, menghirup udara dalam-dalam setelah beberapa saat dadanya terasa sesak. 

"Baiklah, pastikan semua aman, dan Natalie tidak bisa masuk."

"Baik, Pak," jawab Andreas singkat. 

Terpopuler

Comments

Jarmini Wijayanti

Jarmini Wijayanti

lanjut 👍👍👍👍

2024-01-22

1

Dewi Zahra

Dewi Zahra

lanjut kak

2023-06-25

2

Bintang Alfath

Bintang Alfath

salam kenal semua

2023-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2 Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3 Bab 3. Awal pertemuan
4 Bab 4. Kumat
5 Bab 5. Permintaan Lion
6 Bab 6. Anggara?
7 Bab 7. Kecelakaan kecil
8 Bab 8. Menemukan cara
9 Bab 9. Bertemu lagi
10 Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11 Bab 11. Disuapi tante cantik
12 Bab 12. Bercerita lewat telepon
13 Bab 13. Resmi bercerai
14 Bab 14. Akhirnya keluar juga
15 Bab 15. Mendonorkan darah
16 Bab 16. Getaran aneh
17 Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18 Bab 18. Mulai menduga
19 Bab 19. Merasa tersisih
20 Bab 20. Mulai terkuak
21 Bab 21. Terluka
22 Bab 22. Hampir saja
23 Bab 23. Terbongkar
24 Bab 24. Berhutang
25 Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26 Bab 26. Sarapan bersama
27 Bab 27. Kembali bekerja
28 Bab 28. Periksa
29 Bab 29. Melamar
30 Bab 30. Menerima
31 Bab 31. Temurun dari sang ayah
32 Bab 32. Mencoba mengerti
33 Bab 33. Motor baru
34 Bab 34. Kalah telak
35 Bab 35. Hp baru
36 Bab 36. Menikah
37 Bab 37. Belum siap
38 Bab 38. Pindah rumah
39 Bab 39. Mencium
40 Bab 40. Naik motor
41 Bab 41. Curiga
42 Bab 42. Membantu Claire
43 Bab 43. Tidak berubah
44 Bab 44. Kejadian tak terduga
45 Bab 45. Luluh
46 Bab 46. Wejangan dari Luna
47 Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48 Bab 48. Jebol gawang
49 Bab 49. Ronde kedua
50 Bab 50. Menutupi tanda merah
51 Bab 51. Petak umpet
52 Bab 52. Kamar dalam ruangan
53 Bab 53. Kemarahan Gita
54 Bab 54. Resign
55 Bab 55. Kabar baik
56 Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57 Bab 57. Berpisah
58 Bab 58. Alasan
59 Bab 59. Dipecat
60 Bab 60. Ketahuan
61 Bab 61. Mereda
62 Bab 62. Akhirnya bertemu
63 Bab 63. Claire datang
64 Bab 64. Basmi dengan insektisida
65 Bab 65. Minta cerai
66 Bab 66. Aneh
67 Bab 67. Jangan pergi!
68 Bab 68. Rumah lama
69 Bab 69. Kesadaran Bian
70 Bab 70. Sadar
71 Bab 71. Gagal
72 Bab 72. Rencana Natalie
73 Bab 73. Syarat
74 Bab 74. Pendarahan
75 Bab 75. Peringatan
76 Bab 76. Menyatukan
77 Bab 77. Pengaruh buruk
78 Bab 78. Teman lama
79 Bab 79. Rasa
80 Bab 80. Galau
81 Bab 81. Mengungkap isi hati
82 Bab 82. Modal nekad
83 Bab 83. Melamar
84 Bab 84. Ungkapan
85 Bab 85. Penjelasan
86 Bab 86. Kejutan
87 Bab 87. Menikmati malam bersama
88 Bab 88. Pencarian
89 Bab 89. Menemukan Lintang
90 Bab 90. Jam tangan
91 Bab 91. Kabar buruk
92 Bab 92. Masih tak percaya
93 Bab 93. Kesetiaan Andreas
94 Bab 94. Wasiat
95 Bab 95. Tangisan Lion
96 Bab 96. Klarifikasi
97 Bab 97. Melepas beban
98 Bab 98. Berangkat ke Singapura
99 Bab 99. Titik terang
100 Bab 100. Sadar
101 Bab 101. Hukuman untuk Claire
102 Bab 102. Rencana Yudha
103 Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104 104. Pulang
105 Bab 105. Lion diculik
106 Bab 106. Permintaan maaf
107 Bab 107. Melarikan diri
108 Bab 108. Tertangkap
109 Bab 109. Kepatuhan Lion
110 Bab 110. Hanya masa lalu
111 Bab 111. Jujur
112 Bab 112. Bertemu
113 Bab 113. Indira dan Keanu
114 Bab 114. Ketegangan Indira
115 Bab 115. Panik
116 Bab 116. Rembulan
117 Bab 117. Melamar
118 Bab 118. Mulai mesum
119 Bab 119. Tersiram kopi
120 Bab 120. Kecewa
121 Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122 Bab 122. Keanu pengen kawin
123 Bab 123. Cemburu
124 Bab 124. Putus
125 Bab 125. Pengakuan Indira
126 Bab 126. Tamat
127 Novel baru sudah rilis
128 Promosi novel baru
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Bab 1. Penggebrekan di kamar hotel
2
Bab 2. Pulang ke rumah orang tua
3
Bab 3. Awal pertemuan
4
Bab 4. Kumat
5
Bab 5. Permintaan Lion
6
Bab 6. Anggara?
7
Bab 7. Kecelakaan kecil
8
Bab 8. Menemukan cara
9
Bab 9. Bertemu lagi
10
Bab 10. 5 tahun lalu ( part 1)
11
Bab 11. Disuapi tante cantik
12
Bab 12. Bercerita lewat telepon
13
Bab 13. Resmi bercerai
14
Bab 14. Akhirnya keluar juga
15
Bab 15. Mendonorkan darah
16
Bab 16. Getaran aneh
17
Bab 17. Hadiah untuk Lintang
18
Bab 18. Mulai menduga
19
Bab 19. Merasa tersisih
20
Bab 20. Mulai terkuak
21
Bab 21. Terluka
22
Bab 22. Hampir saja
23
Bab 23. Terbongkar
24
Bab 24. Berhutang
25
Bab 25. Tidur di rumah Yudha
26
Bab 26. Sarapan bersama
27
Bab 27. Kembali bekerja
28
Bab 28. Periksa
29
Bab 29. Melamar
30
Bab 30. Menerima
31
Bab 31. Temurun dari sang ayah
32
Bab 32. Mencoba mengerti
33
Bab 33. Motor baru
34
Bab 34. Kalah telak
35
Bab 35. Hp baru
36
Bab 36. Menikah
37
Bab 37. Belum siap
38
Bab 38. Pindah rumah
39
Bab 39. Mencium
40
Bab 40. Naik motor
41
Bab 41. Curiga
42
Bab 42. Membantu Claire
43
Bab 43. Tidak berubah
44
Bab 44. Kejadian tak terduga
45
Bab 45. Luluh
46
Bab 46. Wejangan dari Luna
47
Bab 47. Cicak di kamar Lintang
48
Bab 48. Jebol gawang
49
Bab 49. Ronde kedua
50
Bab 50. Menutupi tanda merah
51
Bab 51. Petak umpet
52
Bab 52. Kamar dalam ruangan
53
Bab 53. Kemarahan Gita
54
Bab 54. Resign
55
Bab 55. Kabar baik
56
Bab 56. Kesembuhan bu Fatimah
57
Bab 57. Berpisah
58
Bab 58. Alasan
59
Bab 59. Dipecat
60
Bab 60. Ketahuan
61
Bab 61. Mereda
62
Bab 62. Akhirnya bertemu
63
Bab 63. Claire datang
64
Bab 64. Basmi dengan insektisida
65
Bab 65. Minta cerai
66
Bab 66. Aneh
67
Bab 67. Jangan pergi!
68
Bab 68. Rumah lama
69
Bab 69. Kesadaran Bian
70
Bab 70. Sadar
71
Bab 71. Gagal
72
Bab 72. Rencana Natalie
73
Bab 73. Syarat
74
Bab 74. Pendarahan
75
Bab 75. Peringatan
76
Bab 76. Menyatukan
77
Bab 77. Pengaruh buruk
78
Bab 78. Teman lama
79
Bab 79. Rasa
80
Bab 80. Galau
81
Bab 81. Mengungkap isi hati
82
Bab 82. Modal nekad
83
Bab 83. Melamar
84
Bab 84. Ungkapan
85
Bab 85. Penjelasan
86
Bab 86. Kejutan
87
Bab 87. Menikmati malam bersama
88
Bab 88. Pencarian
89
Bab 89. Menemukan Lintang
90
Bab 90. Jam tangan
91
Bab 91. Kabar buruk
92
Bab 92. Masih tak percaya
93
Bab 93. Kesetiaan Andreas
94
Bab 94. Wasiat
95
Bab 95. Tangisan Lion
96
Bab 96. Klarifikasi
97
Bab 97. Melepas beban
98
Bab 98. Berangkat ke Singapura
99
Bab 99. Titik terang
100
Bab 100. Sadar
101
Bab 101. Hukuman untuk Claire
102
Bab 102. Rencana Yudha
103
Bab 103. Ulang tahun pernikahan
104
104. Pulang
105
Bab 105. Lion diculik
106
Bab 106. Permintaan maaf
107
Bab 107. Melarikan diri
108
Bab 108. Tertangkap
109
Bab 109. Kepatuhan Lion
110
Bab 110. Hanya masa lalu
111
Bab 111. Jujur
112
Bab 112. Bertemu
113
Bab 113. Indira dan Keanu
114
Bab 114. Ketegangan Indira
115
Bab 115. Panik
116
Bab 116. Rembulan
117
Bab 117. Melamar
118
Bab 118. Mulai mesum
119
Bab 119. Tersiram kopi
120
Bab 120. Kecewa
121
Bab 121. Melamar di depan kedua orang tua
122
Bab 122. Keanu pengen kawin
123
Bab 123. Cemburu
124
Bab 124. Putus
125
Bab 125. Pengakuan Indira
126
Bab 126. Tamat
127
Novel baru sudah rilis
128
Promosi novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!