Keesokan paginya, pagi-pagi sekali Daniel sudah berada di mension Rere. Dengan duduk berselonjor di sofa panjang yang berada di ruang berkumpul sambil menyalakan TV dan memakan cemilan yang ada di tangannya.
Niat hati dia ingin memberitahukan jika ada orang yang mengintai nonanya, tapi kedatanagannya yang sangat pagi, alhasil Rere masih belum juga bangun dari tidurnya.
Satu jam lamanya Daniel menunggu, tak lama akhirnya Rere dan Agnespun turun. Agnes dan Rere terheran-heran melihat kedatangan Daniel, karena tak biasanya orang itu datang. Apa lagi pagi-pagisudah stand by disana.
“Tumben sekali kau bontot pagi-pagi sudah ada disini,” sapa Agnes.
“Sejak kapan kau ada disini Niel? Apa yang membuatmu datang kesini? pagi-pagi pula,” Tanya Rere heran.
“Aku disini sejak 1 jam yang lalu nona. Kalian ini, anak gadis kenapa siang sekali bangunnya,” gerutu Daniel yang sudah kesal menunggu sedari tadi.
“Kau saja yang kepagian datang kemari,” ketus Agnes pada Daniel.
“Sudahlah, kita sarapan saja dulu, kita bahas lagi nanti setelah sarapan,” lerai Rere agar tidak terjadi keributan. Jika Daniel dan Agnes sudah ribut, akan membuatnya pusing tujuh keliling.
Mereka bertiga menikmati sarapannya dengan khidmat tanpa suara gaduh, hanya terdengar suara dentingan sendok yang bersahutan.
Setelah sarapan, mereka kembali berkumpul keruangan tadi untuk membahas suatu hal.
“Apa yang membuatmu datang kemari Niel, tak biasanya kau datang kemari?” tanya Rere.
“Begini nona, aku mendapat laporan jika ada orang yang selalu mengintaimu beberapa bulan ini. Aku rasa, dia adalah salah satu anak buah dari Jack,” ucap Daniel dengan keyakinannya.
“Ya… aku sudah tau tentang itu Niel, tapi aku membiarkan mereka terlebih dahulu, sampai sejauh mana dia akan bergerak. Mereka yang ingin bermain-main denganku, jangan harap bisa tenang,” ujar Rere dengan tatapan yang sudah tidak bisa diartikan lagi.
“Jika mereka memantau kita, berarti mereka tau bagaimana wajah aslimu saat ini bu boss,” sahut Agnes.
“Bairkan saja, lambat laun mereka semua yang ada di dunia mafia akan tau bagaimana wajah asliku,” ucap Rere dengan santainya.
“Kau pantau kembali orang itu Niel,” sambung Rere dengan perintah yang tegas.
Tak terasa obrolan mereka sudah 2 jam lamanya. Banyak yang mereka bahas, mulai dari hal serius ataupun sekedar candaan.
Terkadang juga ulah jahil Daniel pada Agnes yang membuat Rere hanya bisa geleng-geleng kepala. Ditambah lagi sifat bobrok yang dimiliki Agnes membuat mension terasa ramai karena ulah mereka berdua.
Ditengah canda dan gurauan mereka, Rey datang kembali ke mension Rere. Rey yang melihat kehadiran Daniel merasakan kecemburuan kembali. Yang kemarin masih mengganjal, sekarang ia harus melihat kedatangan pria lain lagi dimension
Rere.
“Dia siapa Re?” Tanya Rey pada Rere.
“Bukan urusanmu siapa dia,” ketus Rere.
Daniel yang merasakan api kecemburuan pada Reypun mempunyai ide jahil yang terbesit dikepalanya. Daniel mendapat cela untuk mengompori-ngompori situasi saat ini.
“Baby… siapa orang ini?” panggil Daniel pada Rere. Agnes yang melihat ulah jahil dari Daniel hanya bisa menahan tawanya agar tidak keluar.
Rere yang memang cuek membiarkan saja ulah Daniel saat ini.
“Kau tanyakan saja sendiri,” jawab Rere.
“Ahh… apa dia mantan kekasihmu yang pernah kau ceritakan padaku waktu itu baby?” Tanya Daniel yang mengarahkan pandangannya kearah Rere dengan mesranya mendalami perannya.
Rerepun membalas ucapan Daniel dengan anggukan.
Kemudian Daniel menggamit lengan Rere dan bersandar di bahu Rere dengan nyamannya. Rey yang melihat ulah Daniel wajahnya langsung berubah menjadi merah padam menahan cemburu dan emosinya.
“Apa yang kau lakukan? Menyingkirlah darinya,” sentak Rey pada Daniel.
“Kenapa? Dia kekasihku tuan, kau tidak berhak melarangku,” ucap Daniel menahan tawanya sedari tadi melihat kecemburuan Rey. Rere yang mengetahui kecemburuan Rey hanya diam cuek membiarkannya.
“Sejak kapan kau menjadi kekasihnya,” ucap Rey tak terima.
“Kau tidak perlu tau tuan,” ujar Daniel yang masih dengan posisi nyamannya.
“Aku tidak percaya dengan ucapanmu. Menyingkirlah darinya,” ucap Rey yang sudah mulai meninggi.
“Sudahlah Rey, jangan membuatku semakin kesal denganmu. Sebaiknya kau kembalilah, aku tidak ingin diganggu saat ini,” usir Rere pada Rey.
Rey yang mendengar perkataan Rerepun hanya bisa pasrah, dia tidak mau jika Rere semakin merasa kesal dengannya,
“baiklah kalau begitu, aku pamit dulu,” ucapnya dengan pasrahnya dan sedikit merasa kekecewaan. Dengan langkah gontai Rey berjalan keluar dari mension Rere.
Saat punggung Rey tak terlihat lagi, Daniel yang sedari tadi menahan tawanya akhirnya ia keluarkan juga. Agnes dan Rere yang melihat ulah dari Daniel sudah tak heran lagi.
“Apa kau lihat wajahnya tadi nona, wajahnya sangat merah menahan kesal dan api cemburunya. Aku ingin tertawa sejak tadi, hahahahaa,” ucap Daniel yang diakhiri gelak tawanya.
“Kau pintar sekali bontot, kau lebih cocok menjadi pemeran drama saja daripada kau menjadi mafia,” sindir Agnes.
“Lucu sekali raut wajahnya tadi, hahahaha...” ujar Daniel yang masih tertawa terbahak-bahak.
“Apa kau tidak kasihan padanya?” Tanya Agnes pada Daniel.
“Ahh… kau juga sama saja, aku melihat kau juga menahan tawamu sejak tadi,” elak Daniel yang membela dirinya.
“Sudahlah hentikan tawa kalian, biarkan saja dia. Biarkan saja dia dengan usahanya,” ucap Rere yang membuat mereka berdua terdiam.
Diluar mension, Arin baru saja tiba di depan mension Rere. Arin yang melihat megahnya bangunan mension Rere terkagum-kagum tak henti-hentinya.
Hari ini Arin berkunjung kemension Rere karena kebetulan hari ini adalah hari minggu. Arin mendapat alamat Rere dari pesan singkat yang dikirimkan oleh Rere padanya.
“Wahh… apakah benar ini tempat tinggal Rere?” ucap Arin dengan keterkagumannya. “Sebaiknya aku tanya saja pada penjaga gerbang itu,” gumam Arin.
“Permisi pak, apakah benar ini tempat tinggal Rere,” tanya Arin sopan.
“Ah iya nona, benar. Non Rere ada di dalam,” jawab penjaga gerbang.
“Saya temannya Rere pak, apa boleh saya masuk?”
“Oh boleh nona, silahkan masuk,” ucap penjaga gerbang dengan mempersilahkan Arin masuk.
Sesampainya dipintu depan, Arin diantar masuk oleh salah satu Art yang ada disana. Saat berada didalam, rasa kagum
Arin tidak berhenti melihat interior mension Rere.
Rere yang melihat kedatangan sahabatnyapun sangat senang, karena mereka jarang sekali bertemu dan bercanda tawa seperti dulu lagi, karena Arin juga harus bekerja.
“Ariiin… kau sudah datang,” teriak Rere dengan antusiasnya.
Arinpun juga langsung berlari memeluk sahabatnya.”Rereee…” teriak Arin. “Aku merindukanmu Re,” ucap Arin.
“Akupun juga,” jawab Rere. “Kenalkan ini, Dia Arin, sahabtku,” ucap Rere pada Daniel dan Agnes.
Agnes dan Daniel juga menyambut senang kedatangan Arin dimension nonanya.
“Kita bertemu lagi nona, kita belum berkenalan waktu itu. Aku Agnes,” ucap Agnes yang disambut hangat oleh Arin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Cip_13
emang klo suka mancing ya gini🤭
2022-06-26
1
Ranran Miura
wkwk baby..
2022-06-05
1