Pagipun tiba, Rere sudah berdandan rapi bersiap-siap untuk mencari suasana yang membuatnya tenang. Karena moodnya yang sedang sangat kacau saat ini, fikiran dan hatinya tidak sinkron.
Tanpa berlama-lama Rere memutuskan turun ke dapur, disana sudah terdapat Agnes yang sudah melahap makanannya. Rere yang melihat anak buahnya ini hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir.
“Eh… bu bos sudah bangun, hehehe…” Cengir Agnes.
“Silahkan di makan non sarapannya,” ucap bi Nunung pada Rere.
“Emm… terimakasih bi,” sahut Rere yang langsung melahap makanannya.
Agnes yang melihat nonanya tak banyak bicara hari ini membiarkannya saja. Karena Agnes tau bagaimana perasaan Rere saat ini setelah pertemuannya kemarin dengan Rey yang tak disengaja.
“Aku mau keluar, kau ikut tidak?” Tanyanya pada Agnes setelah mengahabiskan sarapannya.“Mau kemana bu bos?” Tanya Agnes yang penasaran.
“Mencari udara segar.”
“Oke aku mau ikut,” dengan semangatnya.
Tanpa berlama-lama mereka berdua langsung melesat membelah jalanan. Seperti biasa, Agneslah yang selalu menyetir. Rere tidak suka membawa sopir, lebih suka mengendarai kendaraannya sendiri.
Sopir yang ada dimension hanya buat berjaga-jaga jika ada keadaan mendesak dan juga untuk mengantar para ART untuk berbelanja kepasar membeli kebutuhan rumah.
***
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mereka sampai ditujuan. Rere mengajak Agnes pergi kepantai, entah mengapa Rere suka sekali dengan suasana ditepi lautan itu.
“Wahh… suasana disini memang pas,” ucap Agnes yang takjub akan keindahan dan kesejukan dipantai itu saat baru turun dari mobil yang dikendarainya.
Banyak sekali pengunjung yang datang, dari anak kecil yang bermain pasir hingga dewasa yang hanya sebatas berfoto ria.
Lain halnya dengan Rere dan Agnes yang hanya diam menikmati suasana itu di restoran yang ada didekat sana. Perasannya yang susah dideskripsikan membuat hati dan fikirannya kalut. Cuaca yang terik dan semilir angin yang sejuk itu membuat suasana hati Rere sedikit tenang.
Disisi yang bersamaan pula, Rey baru tiba dipantai yang sama dengan Rere. Dulunya Rere juga sering mengajaknya kemari karena sangat suka dengan suasana di tepi laut. Bahkan saat Rere pergi jauhpun, Rey sering datang ketempat itu mengingat kebersamaannya dengan Rere waktu dulu.
Rey yang baru tiba merasa senang saat melihat seseorang yang selama ini ia cari. Sosok itu sekarang ada dihadapannya, tapi Rere tak menyadarinya karena terlalu fokus menghadap kearah hamparan lautan yang luas. Entah bisikan apa yang membuat Rey datang kemari diwaktu yang bersamaan itu juga.
Rey yang tanpa pikir panjangpun langsung menuju tempat dimana Rere sedang menikmati suasana disana.
“Ree…” Panggil Rey dengan suara merdunya.
Rere yang mendengar suara familiar itupun terkejut. Tapi Rere mencoba menguasai raut wajahnya saat ini. Rere hanya diam fokus menghadap kelautan tak menyahuti suara yang memanggilnya.
Agnes yang ada disana juga dibuat kaget sampai tak sadar jika dia melongo menatap wajah Rey yang menghampiri mereka. Agnes yang langsung tersadarpun langsung menoleh kearah nonanya yang hanya diam tak bergeming.
“Re, aku ingin berbicara Re, dengarkan aku,” ucap Rey yang langsung duduk disebelah Rere.
“Re…”
“Apa yang mau kau bicarakan Rey, sudah cukup, aku tidak mau mendengar ucapan apapun lagi darimu,” sengal Rere yang langsung menoleh kearah Rey dengan tatapan tajamnya.
“Re… aku minta maaf, aku tau aku salah Re, maafkan aku Re, maafkan aku,” ujar Rey dengan wajah memelasnya.
Rere yang mendengar ucapan maaf itu hanya tersenyum sinis, “maaf kau bilang? Apa semudah itu dengan apa yang kau lakukan padaku? Aku tak butuh kata maafmu Rey,” ucap Rere dengan sedikit menahan amarahnya agar tidak tumpah ruah.
“Re… kau mau kemana?” ucap Rey yang melihat Rere pergi dari hadapannya.
Setelah mengucapkan itu, Rere langsung beranjak pergi meninggalkan Rey yang ada disana, Agnes yang tertinggalpun buru-buru mengejar Rere.
“Ehh… tunggu buboss,” ucap Agnes yang ditinggalkan pergi begitu saja.
“Saya permisi tuan,” ucapnya sedikit membungkuk memberi hormat pada Rey.
“Huuhh…” Rey hanya bisa mendengus membuang kasar nafasnya melihat Rere pergi tanpa mau mendengarkannya.
Rere yang suasana hatinya kembali memburuk langsung berjalan cepat kearah mobilnya dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.
“Kita keperusahaan,” ucapnya saat Agnes tiba menyusulnya. Rere memutuskan pergi keperusahaan untuk menemui sahabat yang ia rindukan.
Diperjalan, Rere hanya diam melihat kearah luar dari balik kaca mobilnya. Agnes yang mengetahui bagaimana perasaan nonanya saat ini hanya diam tanpa berbicara.
***
Setibanya mereka diperusahaan, mereka disambut hangat oleh karyawan yang ada disana, semenjak kejadian waktu lalu mereka tau siapa Rere. Rere langsung memutuskan keruangannya yang berada dilantai paling atas.
Ceklek
Rere langsung membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Liam yang melihat kedatangan nonanya sedikit kaget, karena tak biasanya nonanya datang tanpa memberitahu terlebih dulu.
“Ehh… nona. Tumben sekali, kenapa tak memberitahu sebelumnya?” Tanya Liam. Liam yang tak disahuti oleh Rerepun menoleh kearah Agnes bertanya melalui tatapan matanya. Agnes yang mengetahui itu hanya menyuruh Liam diam saja dengan mengarahkan jari telunjuk ke mulutnya.
“Panggilkan Arin untuk datang kemari,” perintahnya pada Liam.
“Baik nona,” ucap Liam yang langsung menyambar telfon kantor untuk menghubungi Arin. “Datang keruanganku sekarang,” ucap Liam saat sambungan telfonnya terhubung.
Setelah mengucapkan itu Liam langsung mematikan sambungan sepihak tanpa menunggu jawaban Arin.
Arin yang berada diruang sebelah hanya menggerutu kesal atas kelakuan atasannya itu. “Dassar kebiasaan, apa dia selalu begini?” sengalnya.
Tanpa berlama-lama Arin langsung menghampiri atasannya.
Tok… tok… tok…
“Masuk,” sahut Liam dari dalam.
“Anda memanggil saya pak? Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya Arin.
“Bukan aku yang memanggilnmu,” ujar Liam dengan wajah dinginnya.
“Laahh… Lalu? Kenapa anda memanggil saya kemari?” Tanya Arin heran dengan atasannya ini.
Arin tidak tau jika disitu ada Rere, karena Rere duduk membelakangi mereka menghadap kearah pemandangan kota dibawah sana.
“Ada yang mencarimu,” ujar Liam.
Sebelum Arin bertanya karena rasa penasarannya, Rere langsung berbalik menoleh kearah Arin dan lainnya. “Apa kau merindukanku,” ucap Rere dengan senyum manisnya pada Arin.
Arin yang melihat sahabat yang dirindukan selama ini merasa terkejut, tanpa pikir panjang Arin langsung berlari menghampiri Rere melupakan dimana dia sekarang saat ini.
“Rereee… kau Rere kan. Kau Rereku, sahabatku?” Ucap Arin yang begitu senangnya melihat Rere dihadapannya sambil menahan tangisnya.
“Iyaa… aku Rere, sahabatmu,” terang Rere pada Arin.
Arin yang mendengarnyapun langsung memeluk Rere dengan eratnya. Air matanya lolos begitu saja karena saking bahagianya melihat sahabatnya yang selalu dirindukan.
Hiks… hiks… hiks…
“kau kemana saja Re? kenapa kau jahat sekali, kenapa kau tidak pernah menghubungiku? Apa kau melupakanku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Ranran Miura
bukannya lupa.. hanya.. ingin mendamaikan hati saja
2022-06-05
1
Ranran Miura
bagus, gak semua kesalahan selesai dengan kata maaf
2022-06-05
1