Rey yang mendengar cerita tersebut ada perasaan bersalah dan menyesal. Tapi ada juga kebahagiaan yang dialaminya karena orang yang selama ini di cari telah kembali. Seperti ada secerca harapan untuknya.
"Sekarang Rere dimana bi? Aku ingin bertemu dengannya," tanyanya yang begitu antusias.
Bi Nunungpun hanya tersenyum mendengar semangat Rey, sebelum bi Nunung menjawab, sudah terdengar suara Rere yang memanggilnya.
"Bii... aku sudah selesai, ayo kita pul..." belum selesai Rere mengucapkan kata-katanya dia sudah melihat seseorang yang ada dihadapannya.
Deg
Rere yang melihat orang dihadapannya hanya bisa diam dan tertegun. Rey yang melihatnyapun jantungnya berdetak kencang.
Rere yang langsung tersadar segera memasuki mobilnya, "cepatlah bi, aku tunggu di mobil," ujar Rere dengan perasaan yang tidak bisa di gambarkan.
"Aahh iya... baik nona," sahut bi Nunung.
"Saya permisi dulu tuan," pamitnya pada Rey.
Rey masih berdiri dengan lamunannya sambil menatap mobil yang di tumpangi Rere sudah melesat pulang. Seketika Rey tersadar dan buru-buru memasuki mobilnya untuk mengejar mobil yang di tumpangi Rere.
"Aku harus mangikutinya," ucapnya dengan tergesa-gesa.
Disepanjang jalan menuju mension, Rere hanya diam seribu bahasa dengan perasaan yang begitu berkecamuk. Semua bayang-bayang dan kenangan yang dilalui bersama Rey muncul kepermukaan.
Bi Nunung dan mang Ujang yang melihat ekspresi nonanya saling pandang dan hanya diam tidak berani angkat bicara. Sesampainya di mension Rere langsung turun dan buru-buru mengambil kunci mobilnya, dan tak lama ia langsung melesat menuju markas.
Mobil yang ditumpangi Rey untuk mengikuti Rere dari jauhpun akhirnya sampai juga di depan gerbang mension Rere. Sesampainya dia disana, dia melihat mobil yang d tumpangi Rere keluar gerbang, tapi entah Rey tahu atau tidak jika itu Rere.
"Jadi disini selama ini dia tinggal?" Gumam Rey.
Penjaga rumah Rerepun bertanya-tanya siapa yang ada didalam mobil depan mension itu. Tak lama kaca mobilnya diketuk.
Tok... tok...
Reypun membuka kaca mobilnya, "permisi tuan, apa ada perlu anda kemari," tanya penjaga gerbang itu.
"Aahh iya, aku ingin bertemu pemilik mension ini," ujar Rey.
"Oohh... nona baru saja keluar tuan, mobil yang baru saja keluar tadi," jawabnya dengan sopan. "Kalau anda mau, bisa tunggu didalam," sambungnya.
Penjaga gerbang itupun tau siapa Rey, siapa yang tidak tau coba. Dia adalah pemuda yang sukses dan terkenal dikotanya saat ini.
"Oohh... tidak perlu pak. Besok saja saya kesini lagi."
***
Sesampainya Rere di markas, dia langsung menuju ketempat latihan dengan wajah datarnya yang tidak bisa digambarkan.
Dia langsung menumpahkan semua perasaannya disana dengan membabi buta.
Dor... dor... dor...
Dor... dor... dor...
Dor... dor.... dor...
Daniel dan Agnes yang tau jika nonanya sampai dimarkas langsung menuju ketempat latihan. Sesampainya mereka disana, mereka dibuat bingung akan sikap dan aksi Rere yang menembak dengan membabi buta. Mereka berdua saling pandang bertanya apa yang sudah terjadi.
Kemudian pengawal yang biasa mengawal Rere dari jauhpun datang dan membisikkan sesuatu pada Daniel. "Oohh jadi begitu rupanya, yasudah pergilah," ucap Daniel setelah tau apa yang dibisikkan pengawal tadi.
"Apa katanya tadi?" Tanya Agnes penasaran.
"Biasalah... " ucap Daniel yang melenggang pergi. Agnes yang melihat Daniel melangkah menghampiri nonanya hanya diam bingung memikirkan apa yang sudah terjadi pada nonanya.
"Haii nona... sudah hentikan. Jangan membuang-buang tenagamu seperti itu. Kenapa tidak kau tembak saja sekalian orangnya nona," ucap Daniel dengan wajah songongnya. Ucapan Daniel tidak diindahkan oleh Rere. Seketika dia menjadi tuli dengan ucapan orang-orang disana.
Agnespun menyusul kepergian Daniel menghampiri nonanya, "ada apa denganmu nona?" Tanyanya yang masih penasaran
jika berada dimarkas Agnes memanggil seperti mereka semua, jika sudah berdua saja panggilannya beda lagi. Tapi Rere tak mempermasalahkan hal itu.
"Dia bertemu kembali dengan seseorang yang selama ini ia hindari," sahut Daniel.
Hanya orang yang dekat Rerelah yang tau apa yang pernah terjadi pada Rere. Sebagian mereka yang mengetahui apa yang pernah dialami oleh Rere, berarti mereka adalah orang tertentu.
"Benarkah itu nona? Kau tau dari mana Niel?" Tanya Agnes.
"Pengawal tadi yang memberitahuku," jawab Daniel.
Benar. Pengawal tadi membisikkan pada Daniel jika nonanya bertemu dengan Rey.
Bugh...
"Kenapa kau tidak memberitahuku sejak tadi, hah," sengal Agnes dengan memukul lengan Daniel.
"Auuhh... kenapa kau memukulku," ucap Daniel yang tak terima.
"Salah sendiri," ketus Agnes.
"Sudahlah nona hentikan tindakanmu itu. Semua orang disini takut melihatmu seperti itu," bujuk Daniel pada nonanya itu agar berhenti aksi tembaknya.
Mereka semua setelah melihat bagaimana sadisnya Rere terhadap musuhnya tidak berani mencari perkara dengan Rere. Apalagi seperti ini, mereka takut melihat Rere yang sedang kalap. Entah apa yang sudah terjadi pada pimpinannya itu sehingga membuatnya begitu, batin mereka yang ada disitu.
Sedari tadi Rere terus saja menembakkan timas panasnya pada papan sasaran secara membabi buta didepan dengan perasaan yang berkecamuk.
"Stop nona, apa perlu aku yang menghajarnya kali ini?" Tandas Agnes. Apa yang diucapkan Agnes berhasil membuat Rere berhenti.
"Huuh... aku benci seperti ini," ucap Rere dengan nafas naik turun menahan perasaannya. Tangannya yang mengepal kuat ingin sekali menghantam tembok yang tak jauh di belakangnya.
"Sudah cukup nona, kau selalu seperti ini jika mengenai orang itu," ujar Agnes. "Itu tidak akan merubah semuanya nona, kau cukup hadapi saja yang sudah terjadi," sambung Agnes.
"Aku harus mengahadapinya bagaimana Nes?" Ucapnya dengan wajah datarnya.
"Hadapi saja apa yang ada didepanmu nona, jangan seperti ini. Justru malah membuatmu sakit sendiri," ujar Agnes.
"Apa yang sudah dilakukan bukanlah ketidaksengajaan Agnes, tapi akal sadarnya, aku paling tidak suka jika apa yang sudah menjadi milikku disentuh atau dimiliki orang lain," geramnya dengan nafas yang tersengal-sengal menahan amrahnya.
Dor... Pyaarrr...
Rere menembak kaca pembatas yang ada disana dengan amarahnya. Mereka yang ada disana terkejut dengan kemarahan Rere. Rerepun langsung bergegas pergi dari situ.
Agnes dan Danielpun hanya bisa diam membisu dengan apa yang dilakukan nonanya. Jika sudah seperti ini, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena mereka tau bagaimana Rere jika sudah kalap.
Rere sebenarnya orang yang kalem, tapi jika sudah kalap seperti macan yang siap menerkam siapa saja.
***
Malam harinya, kegalauan dan keresahan merundung Rere. Rere termenung dibalkon kamarnya, entah apa yang harus dilakukan setelah bertemu dengan Rey. Rere tak tau harus bagaimana sekarang. Entah harus membalas dendam ataukah senang bertemu dengan Rey. Perasaannya sedang berkecamuk sekarang.
"Huuhh... " Rere membuang kasar nafasnya.
Setelah lama termenung dibalkon, Rere memutuskan untuk kembali ke kamarnya mengistirahatkan hati dan pikirannya yang kalut. Tak lama Rerepun mulai terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Cip_13
Keselnya bakpia mah beda,
kalo kita nanges overthiking, galau gk mau makan, back to nanges.
klo ini mah hmm🖤🙃
2022-06-23
0
Ranran Miura
Udah, tembak aja kepala Rey,, beres 😆
2022-05-20
1
Ranran Miura
sakit sendiri, capek sendiri, huftt
2022-05-20
0