“Kenapa kau pergi begitu saja meninggalakanku? Huaahh… “ cerca Arin tanpa hentinya dan di akhiri tangisan kerasnya,
Agnes dan Liam yang melihat drama persahabatan itu hanya diam menyimak.
“Yang penting aku sudah kembali,” jawab Rere dengan senyumnya.
“Kemana saja kau selama ini? Dan kenapa keluargamu selalu menutupinya?” Tanya Arin tanpa hentinya.
Rere yang mendengarnya hanya tersenyum lembut, “aku pergi kesuatu tempat, dan untuk keluargaku memang aku yang memintanya, aku hanya ingin tenang.”
Arin yang mendengar alasan Rere langsung terdiam, dia mencoba mengerti keadaan Rere.
“Lalu…? Kenapa kau kesini? Apa kau juga bekerja disini sepertiku? Tapi kenapa aku tidak pernah melihatmu ya?” cerca Arin.
“Tentu saja dia disini, diakan bosnya nona,” sahut Agnes di sofa duduknya. Jawaban Agnes berhasil membuatnya terkejut dan langsung menoleh kearah Agnes.
“Benarkah itu?” Tanyanya pada Agnes yang hanya dijawabi anggukan.
“Benarkah itu Re?” Tanyanya yang masih tidak percaya.
“Yaa… menurutmu bagaimana?” bukannya menjawab Rere malah bertanya balik.
“Waahh… aku ikut senang jika begitu, aku juga tidak menyangka jika aku bekerja diperusahaan milik sahabatku sendiri yang cukup terkenal ini,” ujar Arin dengan rasa kagumnya pada sahabatnya itu.
“Sekarang kembalilah bekerja nona, waktumu sudah habis,” sahut Liam dengan wajah datar dan dinginnya.
“Ck…” decih Arin, “tidak bisa apa melihat orang bahagia,” gerutu Arin kesal karena sikap dinginnya Liam. “Yaudah aku kembali bekerja dulu ya Re, nanti si muka tembok itu memotong gajiku, aku tidak mau makan gaji buta,” pamitnya pada Rere dan sedikit sindiran pada Liam.
Rere yang mendengar sahabat dan salah satu tangan kanannya itu hanya diam dengan tersenyum tipis.
Akhirnya Arin dengan berat hatti kembali bekerja, Rere yang berada diperusahaanpun sekalian melihat semua laporan dan berkas-berkas yang membutuhkan tanda tangannya.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan malam hari dan jam kerja sudah selesai, semua karyawan sudah pulang termasuk dengan Arin. Rere yang sudah selesai dengan urusan berkasnya memutuskan untuk kembali kemension dan istirahat karen fikirannya entah kenapa sangat berisik tidak bisa dikondisikan.
***
Keesokan harinya, Rere memutuskan ingin bermalas-malasan hari ini, ia masih tertidur pulas dengan selimut yang menggulung dirinya. Sinar matahari yang terik dan suara alarm yang berisik membuatnya terbangun. Rere memutuskan untuk pergi kedapur karena cacing diperutnya sudah berdemo ria.
Rere tak menyadari jika di bawah sana sudah ada Rey yang menuggunya. Rere yang sampai dilantai bawah terkejut dengan adanya Rey, entah kapan datangnya orang itu, dan mau apa dia kemari. Rere yang bersikap acuh dan cuek berpura-pura tidak melihat kedatangan Rey dimensionnya. Rere berjalan saja kearah dapur tanpa menoleh kearah Rey.
Rey yang melihat tingkah Rere sedikit merasa gemas, dia teringat bagaimana sikap Rere kalau dia sedang ngambek dulu, ingin sekali Rey memeluk erat orang yang ada dihadapannya saat ini.
Selesai Rere dari dapur, ia mau kembali keatas tanpa perduli dengan Rey. Rey yang melihatnya pergi langsung berlari menghadang jalan Rere sambil merentangkan tangannya. Rere yang ingin kembali menuju lantai ataspun tidak jadi, karena setiap ia bergerak, Rey selalu menghalangi jalannya.
“Pergi kau, mau apa kesini, hah?” usir Rere yang sedikit ketus sambil menatap orang yang menghalangi jalannya.
“Apa begini caramu memuliakan tamumu ini nona,” ujar Rey sambil menatap intens orang yang selama ini ia rindukan.
“Aku tidak punya tamu sepertimu,” sengal Rere yang sudah sedikit geram. “Minggir sana aku mau lewat,”. Rere yang baru selangkah berjalan, Rey kembali menghalanginya. Agnes yang baru saja keluar dari kamarnya ingin kebawah menuju dapur dia urungkan saat melihat drama pagi antara nona dan mantan kekasihnya itu, Agnes hanya bisa diam menyaksikan dari lantai atas.
“Re… aku minta maaf, maafkan aku Re… beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya,” ucapnya sambil menghalangi jalan Rere.
“Huuuh…” Rere mendengus kesal. Rere yang mulai merasa kesal memutuskan untuk duduk diruang tamu diikuti dengan Rey.
“Rere… maafkan aku, aku menyesal Re dengan apa yang sudah aku lakukan, aku begitu bodoh, maafkan aku Re maafkan aku, aku ingin memperbaiki semuanya,” ucap Rey yang menunduk merasa menyesal karena sudah menghianati Rere.
Rere sedari tadi hanya diam dan sesekali meminum jus jeruk yang dibawanya dari dapur, Rere tidak suka dengan susu, jadi setiap pagi dia hanya minum air putih ataupun jus jeruk kesukaannya. Jika Agnes membawa susu, Rere langsung mengusirnya karena tidak suka dengan aromanya yang menyengat menurutnya dan membuat kepalanya pusing.
Lama Rere terdiam akhirnya ia angkat bicara, “jika kau kesini hanya untuk berbicara soal itu, lebih baik kau pergi saja, aku tidak butuh kata maafmu, meskipun kau mengucapkan seribu kata maaf, itu tidak akan bisa mengubah semuanya lagi,” nada bicara Rere yang sudah mulai sedikit meninggi karena kesal dari tadi jalannya dihalangi oleh Rey, mood yang sudah kacau ditambah kedatangan Rey yang hanya membuatnya kesal pagi-pagi.
Agnes yang sedari tadi bosan melihat drama pagi-pagi akhirnya turun ke bawah, sebelum Rey berbicara lagi, sudah disahuti suara Agnes yang baru tiba.
“kau tega sekali bu boss, kenapa kau tega membiarkan tamumu itu kehausan dan kelaparan,” sindir Agnes pada Rere.
“Ahh… tak apa nona aku hanya sebentar disini,” jawab Rey sambil mencomot jus milik Rere. Rere yang melihatnya hanya melotot dan semakin kesallah Rere karena jusnya sudah diteguk habis oleh Rey.
Agnes yang melihatnya kelakuan dua orang dihadapannya ini hanya bisa meringis.
Rere yang sudah kesal langsung beranjak berdiri meninggalkan Rey dan Agnes, “kau layani saja orang ini, aku ingin keatas,” ketus Rere sambil melenggang pergi.
“Tapi kan dia tamumu bu boss, kenapa harus aku?” teriak Agnes yang melihat kepergian nonanya.
Rere tak menyahuti Agnes, dan tidak peduli dengan Rey yang sedari tadi menatapnya. Sesampainya diatas, Rere langsung menutup kencang pintu kamarnya hingga suaranya terdengar dari bawah. Agnes dan Rey hanya bisa diam bengong melihat kelakuan Rere.
“Maafkan kelakuan nona tuan, dia memang begitu,” ucap Agnes yang sedikit merasa tak enak.
“Tidak apa nona, saya yang salah sudah membuatnya kesal,” jawab Rey dengan tersenyum mengingat kelakuan Rere barusan. “Kalau begitu, saya permisi dulu nona,” pamit Rey yang di jawab anggukan oleh Agnes.
Disisi Rere setelah membanting keras pintunya, dia menggerutu kesal tak henti-hentinya.
“Dasar orang gila, pagi-pagi sudah membuatku semakin kesal saja. Apa katanya tadi? Maaf? Mudah sekali dia mengucapkan kata itu. Enak saja, dasar buaya darat. Inginku cincang saja kau, kau kira hati ini kos-kosan begitu?”
Rere yang tak mau berlama-lama dengan kekesalannya, memutuskan untuk membersihkan dirinya sambil berendam untuk menghilangkan rasa kesalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Ranran Miura
Cincang saja, Re. Jangan lupa pisaunya diasah dulu 🤭
2022-06-05
2