Daniel dan Agnes masih saja berlari-larian hingga ia tak menyadari kalau Rere sudah tidak ada di tempatnya tadi.
Bruukk... "aduuhh...." rintih Agnes menabrak punggung Daniel karena tiba-tiba saja Daniel berhenti.
"Kenapa kau tiba-tiba saja berhenti, hah? Sakit tauu," gerutunya sambil mengusap-ngusap keningnya.
"Nonaku kemana? Kenapa tiba-tiba saja menghilang?" Ucap Daniel sambil clingak clinguk.
"Mungkin diruang latihan, kita susul saja kesana," ujar Agnes karena tahu kebiasaan Rere.
Setibanya mereka diruang latihan, benar saja yang diucapkan Agnes. Rere berada disana sedang asik membidik sasarannya.
Dor... dor... dor... dor...
Suara tembakan itu terdengar keras.
"Kemampuanmu memang tidak bisa diragukan nona," ujar Daniel memuji kemampuan Rere. Rere yang mendengar suara Daniel berhenti membidik sasarannya.
"Eemm... aku tahu itu," sahut Rere dengan entengnya.
Tak lama berbincang salah satu anak buh Rere menghampirinya. "Lapor nona, rekaman yang kita kirim tadi sudah sampai di tujuan," ujar anak buah Rere yang ditugaskan mengirim rekaman.
Rere yang mendengar itu tersenyum sinis dan entah apa yang dipikirkan. "Baguslah, mulai sekarang perketat keamanan disini dan gudang persenjataan. Jangan lupa juga diwilayah perbatasan. Aku yakin orang itu akan menyerang kita lain waktu, kau boleh kembali," perintah Rere dengan tegasnya.
"Baik nona, saya permisi."
"Kau urus semuanya Niel. Aku mau pulang dulu."
"Baiklah nona, itu sudah kewajibanku. Hati-hati dijalan."
"Byeee bontoot," ucap Agnes melenggang pergi sambil mengejek Daniel.
"Dassar orang itu," gerutu Daniel melihat kepergian Agnes dan Rere.
***
5 bulan berlalu sudah Rere berada dikota kelahirannya. Tak banyak yang tau jika Rere sudah kembali termasuk dengan Rey dan sahabat Rere dulu.
Selama itu juga, Rere selalu menyibukkan dirinya. Dia juga terkadang sering menyendiri dan merenung diruang kerjanya dengan menatap foto kebersamaannya dulu dengan Rey.
Rere memang sengaja tidak menampakkan dirinya. Jika sudah waktunya tiba, ia pasti akan muncul.
Banyak juga upaya yang dilakukan Rey untuk mencari Rere dengan menggunakan kekuasaannya. Hasilnya tetap nihil, karena memang identitas Rere di tutupi oleh anggotanya.
Saat ini Rey dan teman dekatnya berada di cafe milik Rere, tak lupa dengan Arin juga. "Bagaimana dengan pencarianmu sampai saat ini Rey," ujar teman Rey yang bernama Devano. Yang biasa di panggil Vano.
Rere, Arin, Rey dan Vano dulu adalah teman dekat. Mereka berempat adalah teman dalam organisasi semasa kuliah dulu. Terkadang mereka juga sering nongkrong bersama. Saat Rere pergi, Vano pun juga terkejut mendengar kabar itu.
"Huuh..." Rey menghembuskan nafas dengan kasarnya. "Belum Van, semuanya sudah aku lakukan. Tapi tidak ada perkembangan sama sekali," ucap Rey dengan keputus asaannya.
Arin yang mendengar itupun seketika merasa emosi pada Rey. "Ini semua salahmu Rey, karena tindakan bodohmu itulah Rere pergi meninggalkan kita semua. Bahkan aku bertanya pada keluarga mereka, mereka hanya bungkam tidak memberitahuku. Apa kau sadar dengan apa yang sudah kau lakukan Rey? Kau rela menghianati Rere hanya karena wanita itu. Apa kurangnya Rere padamu Rey, apa? Bahkan dia selalu berusaha menjadi seperti apa yang kau inginkan, dia selalu berusaha menjadi yang terbaik untukmu. Tapi apa balasanmu Rey?" Ucap Arin yang menggebu-nggebu.
"Riin... sudah, dilihat banyak orang," bujuk Vano
"Diamlah Van. Aku belum selesai," bentak Arin pada Vano dengan tatapan tajamnya.
"Dia sering melihatmu akrab dengan wanita lain, tapi dia selalu diam. Dia tidak ingin mengekang dan membatasimu. Rere sering meluangkan waktu untukmu meskipun dirimu jarang ada waktu untuknya. Dia selalu sabar dengan sikapmu itu yang terkadang seperti anak kecil. Apa kau tidak menyadarinya, Rey? Apa kau tidak melihat perjuangan Rere untukmu? Terkadang aku melihat Rere seperti orang bodoh yang selalu memperjuangkanmu."
"Disaat orang lain mengejar-ngejar Rere tapi kau malah menghianatinya. Kau adalah lelaki terbodoh yang pernah aku temui Rey. Sekarang apa? Kau menyesal bukan? Bahkan wanita yang kau pilih itu juga menghianatimu," ujar Arin dengan sinisnya.
"Itu adalah balasan untukmu Rey," ucap Arin yang tersengal-sengal karena saking emosinya.
Vano yang melihat kemarahan Arin hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa. Sama halnya dengan Rey, dia hanya bisa tertunduk diam merutuki kebodohannya.
"Ya... aku memang bodoh Rin," lirih Rey yang hanya bisa diam menunduk dalam penyesalannya.
"Iya... kau memang bodoh Rey, apa kau baru sadar? Kau rela membuang mutiara hanya demi batu kerikil, penyesalanmu saat ini sudah terlambat, Rey. Percuma kau menyesalinya, itu tidak akan membuat Rere kembali," sengal Arin yang masih dalam emosi.
"Riinn... udah... kontrol emosimu itu," ujar Vano yang masih mencoba menenangkan Arin.
"Aku kesal dengannya Van, heran aku dengan temanmu satu ini," geram Arin sambil menunjuk Rey.
Tak lama seorang pelayan cafe datang menghampiri mereka bertiga. "Maaf, permisi mbak mas. Ini makanannya," ucap pelayan wanita itu.
Vano dan Arin hanya diam bingung mengernyitkan alisnya bertanya-tanya. "Tapi kami belum memesannya mbak," ucap Arin bingung.
"Apa kau yang memesannya Rey?" Tanyanya.
"Huuh..." Rey menghembuskan nafas kasarnya.
"Tidak, aku belum memesannya. Setiap kali aku kesini selalu saja seperti ini. Mereka aku tanyaipun tidak ada yang menjawab. Mereka hanya menjawab kalau itu perintah nona sulungnya. Tapi entah siapa orang itu".
"Nona sulung?" Ucap Vano dan Arin bersamaan. Mereka berduapun saling pandang.
Apa kalian ingat saat Rere dan Agnes datang ke cafenya yang saat itu melihat kedatangan Rey? Waktu itu Rere pergi kebagian kasir menanyakan dan berbicara sesuatu hal.
Rere memerintahkan pada karyawannya untuk melayani Rey dan teman-temannya jika datang ke cafe ini. Karena itu wujud dari kesayangan Rere pada teman-temannya. Dia berjanji pada dirinya sendiri jika dia sudah berhasil, ia tak akan lupa dengan teman-teman terdekatnya.
"Emm Rey... apa kau tidak mencurigai sesuatu? Apa kau tidak tahu siapa pemilik cafe ini?" Tanya Vano pada Rey.
"Aku sama sekali tidak tahu Van," jawab Rey.
"Cafe ini namanya Cassandra cafe, bukankah itu nama belakang Rere?" Ucap Vano.
"Apa maksudmu... itu yang di maksud Rere? Tapi nama Cassandra itu banyak Van," ujar Arin yang masih menerka-nerka. Entah itu benar atau tidak.
"Yaa... mungkin saja. Kalau orang lain kenapa harus rela-rela memberikan tlaktiran coba," ucap Vano meyakinkan keduanya.
"Emm yaa... ada benarnya juga menurutmu Van," ujar Arin yang mulai yakin.
"Kalau itu perintah Rere berarti, Rere udah balik kesini," sambungnya denga wajah yang sedikit merasa bahagia.
"Bagaimana menurutmu Rey?" Tanya Vano pada Rey yang masih terdiam menerka-nerka apa yang dibilang teman dekatnya itu. Arinpun langsung menoleh kearah Rey.
"Jika itu benar, maka aku akan senang," ucap Rey yang sedikit yakin.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Bunda Abizzan
Aku anti banget sama orang kayak Rey ini, tp Rere masih gak bisa ngelupain dia..
Please jangan sama Rey ya Re..
2022-06-19
1
Bunda Abizzan
Karna dihianati mau balek ke Rere? Enak amat
2022-06-19
1
Ⓝⓨⓐⓘ Ⓖⓐⓑⓤⓣ
Byuh, masbro, siapin mental kaleee jadi breakfast singa nay Rere juga... 😅
2022-06-18
1