Hari demi hari sudah berganti, usaha Rey untuk meminta maaf pada Rere tidak pernah berhenti. Rere yang masih bersikap acuh dan sangat cuek pada Rey membuatnya lebih keras dalam usahanya.
Seperti saat ini, Rey datang menemui Rere kemension milik Rere hanya untuk meminta maaf pada Rere dan memperbaiki semuanya. Rere yang sudah kebal akan kata maafpun hanya diam tak menanggapi ucapan Rey.
Rere yang sudah merasa sangat emosi akhirnya mengungkapkan semua uneg-unegnya yang ia pendam.
“Apa hanya kata itu yang bisa keluar dari mulutmu Rey? Aku sudah muak dengan semua kata-katamu Rey,” nada suara Rere yang meninggi.
“Apa kau tidak tau Rey? Apa kau tidak pernah berfikir bagaimana aku memeperjuangkanmu? selalu mengalah dengan egomu? Aku selalu mencoba mengalah dan mengerti dirimu, karena aku tau kehidupanmu bukan hanya tentang aku Rey, kau juga memiliki teman, keluarga dan aktifitasmu yang lainnya. Aku mencoba selalu memahamimu. Aku selalu memendam rasa cemburuku sendiri Rey. Tapi apa yang kau lakukan padaku Rey? kau berpaling dengan wanita lain,” sentak Rere di akhir ucapannya.
“Yaahh… mana bisa kau mengerti bagaimana perasaanku, yang kau pikirkan hanyalah kesenanganmu sendiri.” sindir Rere.
“Apa semua yang aku lakukan untukmu masih kurang Rey? Apa yang tidak bisa aku lakukan untukmu yang bisa dilakukan wanita lain padamu, hah? Aku juga lelah dengan sikapmu itu,” terang Rere dengan nafasnya naik turun menahan amarahnya agar tidak lepas kendali.
Rey yang mendengar uneg-uneg Rere hanya bisa diam tanpa berkata-kata.
“Memangnya apa lagi yang ingin kau bicarakan dan ingin kau jelaskan, hah? Kau ingin bilang jika kalian hanya dekat begitu? Apakah begitu bisa dikatakan hanya dekat, tingkah mesra kalian dan canda tawa kalian? Apa lagi yang ingin kau katakana?”
“Mana semua janjimu itu Rey? Kau ingin aku menjaga hubungan ini sampai nanti, tapi apa yang kau lakukan? Kau sendirilah yang sudah merusak hubungan ini, kaulah yang menghianati semua perjuanganku dan perjuanganmu sendiri, kau sendirilah yang ingkar akan janjimu dan ucapanmu sendiri,” sambung Rere dengan emosinya yang masih belum mereda.
Rey hanya bisa tertunduk diam dan menyesali perbuatannya, dadanya terasa sesak mendengar ungkapan hati Rere selama ini. Rere yang melihat Rey terdiampun hanya tersenyum sinis.
“Maafkan aku Re,” lirihnya dengan menundukkan kepala tak berani menatap wajah Rere.
“Memangnya kau memberi jaminan apa jika aku mau memaafkanmu, hmm?” ujar Rere yang membelakangi Rey sambil menatap lurus kedepan.
Saat ini mereka berada ditaman belakang mension milik Rere, untungnya semua penghuni mension Rere sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, jadi tidak ada yang tau jika Rere sedang memarahi Rey.
“Aku memang tidak bisa menjamin apa-apa Re, tapi aku akan selalu berusaha memperbaiki semuanya Re, maafkan aku, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya Re,” permohonan Rey pada Rere dengan sungguh-sungguh.
Rere yang mendengar itu langsung berbalik kearah Rey, “Ahh… benarkah itu tuan Rey? memangnya apa yang mau kau lakukan untukku?” intimidasi Rere dengan wajah sinisnya melihat kearah Rey
“Aku akan melakukan sebisaku Re,” jawab Rey.
“Benarkah itu?” ujar Rere dengan alisnya terangkat sebelah.
“Aku tidak butuh semua kata-katamu Rey. aku tidak butuh kata maafmu. Aku hanya ingin kau membuktikan semua ucapanmu itu, aku harap apa yang kau ucapkan tadi bukanlah hanya omong kosongmu,” ketusnya dan langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan Rey yang masih duduk terdiam.
Rey yang mendengar jawaban Rere tadi memiliki tekad yang kuat untuk memperbaiki semuanya dan sebisanya meskipun itu tidak akan mudah. Apa lagi berurusan dengan penghianatan, tak semudah itu dapat dilupakan dan dimaafkan. Karena penghianatan bukanlah ketidaksengajaan, tetapi dari akal sadarnya yang melakukan.
Rere yang baru saja sampai didalam langsung menuju kearah ruang berkumpul yang sudah ada Agnes menonton TV dengan membawa cemilan kesukaannya.
“Bu boss… kau dari mana saja? Kenapa wajahmu seperti menahan amarah begitu, siapa yang membuatmu kesal?” Tanya Agnes yang melihat Rere baru saja masuk kedalam mension dengan wajah yang menahan emosinya.
Tak mendapat jawaban dari Rere Agnes bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa yang sudah membuat boss nya kesal seperti itu.
Sedangkan Rey yang masih terdiam ditaman belakang hanya bisa menghelah nafasnya, “huuh…” helaan nafas Rey. Lama Rey terdiam akhirnya mengikuti langkah Rere yang sudah jauh masuk kedalam mension.
Agnes yang melihat Rey baru saja masuk seketika tau jawabannya apa yang sudah membuat bu boss nya itu kesal menahan emosi. Rey terus berjalan dengan mukanya yang sedikit kusut. Agnes yang melihat kedua orang dihadapannya hanya bisa diam dan memandang bergantian kearah Rey dan Rere.
“Tuan Rey, apa kau tidak mau bergabung dulu,” sapa Agnes dengan sopan.
Rey yang mendengar namanya dipanggilpun menunjukkan senyumnya untuk menutupi perasaannya saat ini, “tidak usah nona, terima kasih atas tawarannya. Saya permisi dulu, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, lain kali saja aku bergabung,” jawab Rey dengan wajah ramahnya.
“Ohh.. baiklah,” sahut Agnes.
Rere yang melihat Rey pergi keluar dari mensionnya hanya diam acuh lalu pandangannya fokus mengarah kearah TV yang sedang menyala dan mencomot cemilan yang dibawa oleh Agnes tadi sambil mengotak atik ponselnya.
Agnes yang bosan karena tidak ada yang menarik untuk di tonton iapun bolak balik mengganti channel TV berkali-kali. Awalnya Rere hanya diam karena ia fokus dengan ponselnya. Lama-kelamaan dia jengah dengan tingkah nyeleneh Agnes yang ada di sebelahnya itu.
“Apa yang kau lakukan? Bisa-bisa meledak TV itu karena ulahmu,” geram Rere.
“Bu boss kan kaya tuh, nanti bisa beli lagi, hehehee…” Cengir Agnes yang disambut plototan mata oleh Rere.
“Aku bosan sekali bu boss. Kenapa tidak ada yang menarik untuk di tonton sih. Isinya cuma sinetron emak-emak doang,” gerutu Agnes yang masih mengganti channel TV.
“Kenapa kau tidak jungkir balik saja kalau kau bosan, atau tidak kau bisa berguling-guling dari aini sampai pintu depan” usul Rere yang sedikit aneh pada Agnes. Agnes yang mendengar saran dari atasannya itupun manyun.
“Saranmu memang yang paling terbaik,” Sindir Agnes. “Ya kali bu boss. Bisa sedikit berfaedah tidak kalau memberi saran,” geram Agnes dengan muka manyunnya.
“Kau sendiri yang bilang kau bosan, aku hanya memberimu saran agar kau tidak merasa bosan,” jawab Rere dengan entengnya.
Agnes yang mendengar jawaban dari atasannyapun kicep tidak mau berdebat dengan Rere. Sering kali Agnes dibuat geram karena masukan dan saran dari Rere, bagaiman tidak? Rere selalu memberi masukan yang terkadang aneh dan tidak masuk akal. Rere memang bukan orang jahil atau bobrok, tapi sekali dia berucap atau bertingkah membuat orang-orang sekitarnya kicep ataupun geleng-geleng. Seperti yang sering dialami oleh Agnes.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Cip_13
maaf mulu, gk ada tindakannya
2022-06-26
0
Ranran Miura
mungkin Rey perlu dikasih pelajaran dulu
2022-06-05
0