Raniya’s Secret
“Gila, gila, gila! Ada berita hot, nih, guys!”
“Apaan?”
“Tadi gue ketemu cewek.. beuhh! Cantiknya bukan maen!”
“Eh, serius?”
“Gilanya lagi, tuh cewek mirip Aron!”
“Hah? Aron?!”
“Maksud lo, Aron kita? Kelas XII MIPA 2 itu?!”
“Iya, anjir. Mukanya mirip.”
“Kesannya kek kembar gitu, lho.”
“Lah? Sejak kapan Bebeb Aron ada saudara?”
“Tapi, mukanya sama persis.”
“Like Aron versi cewek, lah.”
“Moga satu kelas sama gue. AMIN!”
“Dih..”
Kurang lebih seperti itulah kericuhan yang terjadi di Best High School. Mereka sibuk membicarakan sosok gadis yang dikatakan mirip dengan sang idola sekolah. Gadis dengan paras menawan yang merupakan siswi pindahan luar negeri.
Seenggaknya itu yang mereka tahu.
Sementara itu, gadis yang menjadi topik pembicaraan para siswa dan siswi itu tengah duduk manis di kelasnya. Ia fokus membaca buku dengan earphone yang menyangkut di telinganya, mengabaikan tatapan kagum dari siswa lain yang berada satu kelas dengannya atau siswa yang sengaja mengintip lewat jendela.
Ck, dasar peganggu!
“Woi!” teriak seorang lelaki seraya menepuk bahu gadis yang dengan lancang duduk di kursinya. “Nih bangku punya gue! Minggir lo!”
Gadis itu menoleh. Kedua matanya bersirobok dengan mata lelaki tadi. Mereka berdua terdiam, sama-sama tidak menyangka akan bertemu secara tidak terduga seperti ini.
Senyum gadis mengembang tipis. “Hai,” sapanya.
Lelaki itu menatap sang gadis dengan sorot tak terartikan. “Kak.. Rania?”
Gadis itu mengangguk kecil. “Senang bisa ketemu kamu lagi, Aron.”
...🔫🗡️🔫...
Ya, dia adalah Rania, gadis yang menjadi objek perbincangan satu sekolah sekaligus digosipkan sebagai saudari kembar Aron. Dia pemeran utama di novel ini, Callysta Raniya Lycett.
Hanya saja, kita memanggilnya Rania saja, ya. Tidak usah pakai ‘y’.
Rania terus memasang senyum ramah kepada setiap siswa maupun siswi yang menyapanya. Saat ini, ia dalam perjalanan menuju kantin sekolah untuk mengisi perut. Banyak siswa-siswi yang berseliweran di lorong sekolah. Image sebagai gadis murah senyum langsung Rania dapatkan di hari pertamanya ini.
Sayangnya, langkah Rania terurungkan ketika dua manusia berbeda gender dengan tatapan tak percaya menghadang jalannya. Huh, kayaknya Rania tahu, deh, apa yang mereka pikirkan.
“Ran? Ini lo?” tanya lelaki dengan nametag Rafael Miracle K.
Rania tersenyum dan mengangguk.
“Gila! Lo—”
Ting!
Kalimat Rafael terpotong ketika ponselnya berdenting, pertanda bahwa ada pesan masuk. Ia menatap Rania ragu, lalu meraih benda pipih itu dari saku celana. Firasat Rafael sudah tidak enak.
..._____________________...
...The Devil:P...
...offline...
• Mulut lo lemes bgt, ya
• Kayknya cocok buat dijadiin objek jahitan:)
..._____________________...
Glek!
Kapan dia ngetiknya, anjir?!
Rafael menatap Rania takut-takut. “Haha.. hai, Ran. Lo keliatan cantik kayak biasanya, hehe.” Memasang senyum canggung yang kentara kaku.
Rania sendiri tersenyum puas menyaksikan reaksi Rafael. Lelaki itu mana berani melawan!
“Ih, kok, Rania jadi begini, sih?!” pekik gadis di sebelah Rafael—Defriany Thalia A. “Thalia—”
Cakapan Thalia terhenti kala Rafael menyikut lengan gadis itu dengan sorot penuh peringatan. Jika Thalia sampai salah bicara, sudah tentu akan terjadi bencana. Lewat tatapan itu, Rafael seolah berkata diem-Thal-kalo-lo-masih-mau-hidup-tenang!
Sayangnya, Thalia, si gadis polos dengan sejuta keluguan itu, tidak mengerti maksud tatapan Rafael yang terkesan menyeramkan. “Rafa kenapa natap Thalia kayak gitu? Thalia takut..” cicitnya.
Jika Rafael mendengkus kesal, Rania cuma bisa menggeleng pelan, berusaha memaklumi kepolosan akut Thalia yang sudah mendarah daging sejak lahir. “Mau ke kantin?” ajak Rania lembut.
Mendengar alunan suara Rania yang seperti itu membuat Thalia dan Rafael mematung. Keduanya tersenyum canggung, lanjut mengangguk bersama, menerima tawaran Rania.
Rania memilih untuk berdiri di antara Thalia dan Rafael, kemudian merangkul lengan kedua orang itu. Senyum manis masih terpasang di paras Rania. “Bisa jaga rahasia, kan?” ucap Rania pelan yang hanya bisa didengar oleh Thalia dan Rafael. “Mulut kalian lemes, gue robek jadi sebelas! Paham?”
Glek!
Rafael dan Thalia sama-sama meneguk saliva kuat. Ancaman Rania benar-benar membuat mereka tidak berkutik. Pada akhirnya, kedua insan itu hanya diam kecuali jika Rania sendiri yang mengajak bicara. Percayalah, membantah Rania itu sama saja dengan uji nyali!
Sama-sama mempertaruhkan nyawa!
“Ran—”
“Kakak! Panggil gue kakak,” pinta Rania pelan pada Thalia dengan penuh penekanan.
“Eum.. Kak Rania mau pesan apa?” tanya Thalia geli—soalnya, ini pertama kalinya dia nyebut kata kakak, lho. Saat ini, mereka bertiga sudah sampai di kantin dan tengah berdiri di jajaran stan makanan.
Mendengar permintaan bernada perintahnya dituruti, Rania tersenyum senang. “Biar Kakak yang pesen. Kamu cari tempat duduk, ya,” katanya mengusap kepala Thalia pelan.
“Iya, Kak.” Buru-buru Thalia berlari kecil, meninggalkan Rafael yang tampak memelas karena ditinggal berdua dengan Rania. Tapi, Thalia tidak peduli! Ini jantungnya udah hampir meledak, lho, gara-gara degupannya terlalu cepat.
Huaa... Rania versi kalem, kok, malah serem?
...🔫🗡️🔫...
Rania dan Rafael membawa nampan berisikan makanan usai mengantre lumayan lama. Keduanya berjalan menghampiri Thalia yang hingga detik ini masih berdiri seraya celingukan ke sana ke sini. Sudah bisa ditebak, gadis itu pasti belum mendapatkan tempat duduk.
“Kok, lo masih di sini, sih, Thal?” heran Rafael.
Bibir Thalia mengerucut. “Nggak ada kursi yang kosong, Kakak! Thalia bingung!” adunya dengan nada setengah merengek. Ia bahkan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Rafael dan Rania sama-sama menghela napas. Butuh kesabaran tingkat tinggi jika ingin menghadapi Thalia. Gadis itu benar-benar bisa membuat orang normal mendadak masuk rumah sakit karena hipertensi.
Mau tak mau, Rania dan Rafael-lah yang mencari tempat duduk. Thalia mengekor saja layaknya anak ayam mengikuti induknya. Ketiganya mengitari kantin dengan nampan di tangan.
“Rania!”
Merasa namanya dipanggil, Rania menengok ke asal suara. Ternyata itu suara gadis yang parasnya tidak terdaftar di memori Rania. Namun, gadis itu terlihat antusias dengan tangan melambai-lambai.
Siapa, sih?
Demi mempertahankan image ramah, Rania berjalan ke arah gadis itu. Rafael dan Thalia mah ikut-ikut saja.
“Halo,” sapa Rania.
“Hai, Ran!” sapa gadis tadi. “Gue Lana.”
“Salam kenal, Lana.”
“Lo... beneran saudara kembarnya Aron?”
Pertanyaan yang terlontar barusan sukses membuat seluruh penghuni kantin terdiam dan memasang telinga kuat-kuat. Mereka sangat penasaran dengan jawaban konfirmasi dari Rania.
Rania menoleh ke sebelah Lana. Ia baru sadar jika Aron berada di meja yang sama. Lelaki itu tampak menundukkan kepala dalam, tidak berani menatap Rania.
“Aku nggak tau,” jawab Rania dingin.
Deg!
Aron mendongak cepat dan menyorot Rania tak percaya. “Nggak tau..?” lirihnya sendu.
^^^To be continue...^^^
...🔫🗡️🔫...
Halohalohalohaloooo!
Ay datang dengan cerita baru!
Gila! Ay nekat buat ini karena terinspirasi dari event yang ada di NovelToon. Hehe, jangan hujat Ay, ya.
See you di chapter selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Sun_Lee
Maaf dek, baru mampir🤗 udah fav dan gift walau sedikit.. baca nyicil ya dek..
2022-05-14
1
Sui Ika
hai kk aku mapir, ceritanya seru kk
2022-05-13
1
°•Anne's chaa•°
Mampir, semangat
2022-05-06
1