Chapter 14 | Masalah Selesai [Revisi]

“Wah, wah, wah, coba tebak siapa, nih, yang lagi ketawa?”

“Calon mantan siswa BHS, kah?”

Leon memutar bola mata jengah. Desia benar-benar sosok yang memuakkan. Lelaki itu sampai heran, bagaimana bisa Nadine dan Divya setahan itu dengan karakter Desia yang begitu arogan?

Kecuali, kalau dua gadis itu satu frekuensi dengan Desia.

“Ngapain kamu ke sini?” tanya Leon jengah.

Desia memicing sinis. “Ngapain? Ya terserah gue-lah. Ini sekolah bukan punya lo, kan?” ejeknya.

Karena malas meladeni gadis tidak berperikemanusiaan ini, Leon memilih untuk melangkah pergi. Ia tidak ingin mendengar kalimat penuh hasutan itu. Baru saja dirinya melewati Desia, gadis itu mengatakan kalimat telak yang sukses membekukan tubuh Leon.

“Gimana rasanya, Le? Gue udah minta baik-baik sama lo buat ngerjain tugas gue, tapi lo malah nolak.” Tersenyum miring. “Apa lo pikir selama ini gue cuma ngancem? Nggak, Le. Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue,” sambung Desia.

Leon menghela napas sejenak. Ia memantapkan hati untuk tidak mengindahkan dan mengayunkan kaki meninggalkan Desia beserta kedua temannya. Hingga detik ini, Leon masih berusaha mempercayai Raniya. Ia yakin, sahabatnya itu tidak akan membohonginya.

Raniya bilang, semuanya akan baik-baik aja, kok. Iya, pasti gitu.

“Woi, Bocah Miskuiiiinnnn!! Mau ke mana lo? Kolong jembatan? Hahahahaaa..” Lagi-lagi Desia tertawa kencang, mengejek nasib Leon yang akan segera menjadi gelandangan, pikir gadis itu. Nadine dan Divya pun tidak kalah kencang suara tawanya.

“Siapa yang kamu panggil miskin?”

Atensi Leon, Desia, Divya, dan Nadine teralihkan pada sosok yang barusan bersuara. Itu Raniya dengan senyum cantiknya. Gadis itu berdiri di samping Leon, bertingkah biasa saja seolah tidak pernah terjadi apa pun.

Desia menunjuk Leon. “Temen lo ini sekarang jadi miskin. Paling bentar lagi jadi gelandangan. Jadi, cocok banget, kan, sama sebutan gue barusan?” ucapnya mengejek Leon.

“Nggak usah sok tau kamu,” sindir Raniya balik. “Bisa aja, kan, situasi keluarga Leon berubah tiba-tiba?”

“Dih, mana bisa? Kalo miskin, ya tetep miskin. Nggak usah sok mimpi jadi kaya.” Desia menatap Raniya sinis. “Lo itu juga salah di sini.”

Raniya menunjuk dirinya sendiri dengan linglung. “Aku?”

“Ya! Lo, kan, yang provokatorin Leon buat ngelawan gue? Jadi, ini salah lo juga!” sentak Desia.

Raniya berdecak keras. Jujur, dirinya sangat tidak habis pikir dengan isi otak Desia maupun hatinya. Gadis itu sama sekali tidak merasa bersalah! Padahal, semua ini berawal dari Desia sendiri. Heran, sih.

“Nggak ada orang tua yang mau anaknya ditindas, Des. Mereka mau yang terbaik buat anaknya. Kalau papa sama mama Leon tau soal ini, mereka pasti nggak akan terima juga,” bela Raniya.

Desia mendesis sinis. “Halah.. kalo salah, ya bilang salah! Nggak usah sok bijak, deh, lo. Pengen jadi pahlawan? Nggak cocok!”

Ting!

Raniya baru saja ingin membalas, dentingan ponselnya menginterupsi. Ia merogoh saku, meraih benda pipih tersebut dan mengaktifkannya.

..._____________________...

...Zahra...

...online...

• Ran

• Tugas udah selesai☺️

^^^Udh? ✓^^^

• Udah, Ran

• Kasus Tuan Justin udah diproses

• Ada yg mecat dia tanpa alasan jelas

^^^Terus? ✓^^^

• Udah gw hukum dong😌

^^^👍 ✓^^^

• sent sticker 👇

• sent sticker 👇

..._____________________...

Raniya menyimpan ponselnya kembali. Lanjut tersenyum senang ke arah Leon. “Udah, Leon. Coba lihat ponsel kamu.”

Leon mengernyit bingung. Namun, tangannya tetap bergerak meraih ponsel di saku celana. Selepas dicek, tidak ada yang spesial. Tapi...

Drrtt.. drrtt...

...Mama is calling......

Leon melirik Raniya sekilas. Keraguan menyelimuti hatinya.

Raniya mengangguk pelan, kode agar lelaki itu menjawab telepon.

“Halo, Ma,” ucap Leon usai menggeser tombol hijau.

“Leon, hiks.. Papa kamu nggak jadi dipecat, Sayang.”

Deg!

Sontak Leon menatap Raniya tak percaya. Kata-kata Raniya benar-benar menjadi realita. Lengkungan bibir lelaki itu melebar, membentuk senyum manis yang tampan. “B–beneran, Ma?”

“Iya, Nak. Kamu jangan keluar dari sekolah itu, ya. Belajar yang bener, biar jadi sukses nanti.”

Leon mengangguk-angguk, terus berulang sampai matanya mengembun. “Iya, Ma. Leon janji akan belajar yang benar.”

Desia yang masih berada di sana melotot. Walaupun tidak mendengar keseluruhan pembicaraan, gadis itu bisa menebak jika kondisi keluarga Leon membaik dalam sekejap. Kok bisa, sih? Gue, kan, udah minta papa pecat papa Leon!

Ting!

Desia mengambil ponsel dan terkejut.

..._____________________...

...Mama❤️...

...online...

• Desia!!

• Kamu minta apa sama Papa?!!

• Papa sekarang turun jabatan gara-gara kamu!!

..._____________________...

“What?!!” pekik Desia. Nadine dan Divya yang berada di kedua sisi Desia sampai terlonjak saking kagetnya.

Desia menyorot Leon tajam. “Lo apa-apaan, sih, Le?!! Lo apain papa gue?!!”

Dahi Leon mengerut. Ia tidak paham. Memangnya ada apa dengan papa Desia? Dia, kan, tidak tahu apa-apa. Tapi, mungkin.. Raniya tahu sesuatu.

“Ran?” bisik Leon penasaran.

Raniya cengengesan. Gadis itu mengedikkan bahu tak acuh. Namun, Leon mengerti jika apa yang terjadi kepada papa Desia adalah ulah Raniya, sahabatnya.

“Bukan aku,” cetus Leon dengan senyumnya.

“Kalo bukan lo, siapa lagi, hah?!!” geram Desia. Sumpah, ya, ia benar-benar ingin mencabik-cabik wajah Leon hingga penuh cakaran.

“Saya!”

Desia, Nadine, dan Divya menoleh ke belakang. Sosok gadis dewasa dengan setelan kerja formal—kemeja putih berbalut jas dan rok selutut—berdiri di belakang Desia. Di belakang gadis dewasa itu terdapat beberapa bodyguard yang mengekor.

“Saya yang menurunkan jabatan papa kamu,” kata gadis itu dengan senyum manisnya.

Sekalipun Desia diberi fakta baru yang mengejutkan, gadis itu tidak menghiraukan. Ketakutan menguasai tubuhnya, tampang pria berbadan kekar dan besar di belakang gadis itu sangat menyeramkan. Me–mereka siapa?

“Saya Alaykha Zahra Millard, COO Mill Group.” Zahra memperkenalkan diri dengan senang hati, tepat sekali dengan seruan gugup di hati Desia. Ia sangat menikmati raut speechless dari Desia. Bahkan, kaki siswi SMA ini sampai gemetaran.

Bukan cuma Desia yang terkejut. Leon pun tidak menyangka jika saat ini sosok berwibawa di hadapannya adalah COO tempat papanya bekerja. Termasuk para siswa-siswi yang berkerumun karena penasaran.

“Nona Muda, Anda diminta untuk datang ke perusahaan sekarang juga,” pinta Zahra menundukkan kepala pada sosok Raniya.

Desia dan Leon membelalak. Refleks keduanya menyorot Raniya horor. Apa maksudnya dengan sebutan nona muda barusan?

Raniya mendesis sinis. “Berhenti manggil aku kayak gitu, Kak.”

Zahra terkekeh. “Iya, Adikku yang bawel. Ayo ikut dulu.”

Raniya mengangguk. Lantas dirinya berjalan beriringan dengan Zahra. Seluruh murid saling berbisik-bisik, bergosip mengenai hubungan Raniya dengan COO Mill Group.

Tiba di parkiran, salah satu bodyguard membukakan pintu mobil untuk Raniya juga Zahra.

“TUNGGU!!”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

NR..

NR..

yess tebakanku 🤭🤭

2022-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!