Chapter 15 | Sang Pemimpin [Revisi]

“TUNGGU!!”

Raniya dan Zahra berbalik bersamaan, melihat sosok lelaki berparas mirip dengan Raniya melangkah mendekat. Zahra melirik Raniya dan berbisik, “Itu kembaran lo?”

”Ya,” jawab Raniya singkat. “Kenapa, Aron?”

Aron menyipitkan manik, memicing curiga ke arah Zahra. “Kakak mau ke mana? Ini siapa?”

“Oh, ini Kak Zahra, kakak angkatnya Kakak. Kakak ada urusan di luar, Aron.” Raniya menjawab dengan tenang. Padahal, gadis itu tahu arti perubahan air muka sang adik.

Kalau tidak salah, Aron sedang cemburu sekarang.

Kakak angkat?—batin Aron memandang Zahra yang tersenyum manis.

“Hai, aku Zahra. Kamu Aron, kan? Raniya sering cerita, lho, soal kamu.” Mengulurkan tangan meminta perjabatan. Zahra mengembangkan senyum. Ternyata Raniya versi cowok sangat tampan.

Sebelum membalas tangan Zahra, Aron menghela napas berat. Ia menarik paksa kedua sudut bibirnya supaya melengkung tipis. Ternyata, sekarang bukan hanya dirinya saja yang berstatus sebagai saudara Raniya. Gadis itu memiliki lebih dari satu saudara angkat—yang artinya kasih sayang Raniya akan terbagi-bagi, bukan hanya untuk dirinya.

Kemarin Thalia sama Rafael, sekarang Zahra. Habis itu siapa lagi?

“Kakak beneran harus pergi sekarang? Nggak bisa nanti aja?” Aron menyorot Raniya sendu. Baru semalam mereka menghabiskan waktu bersama, disambung paginya dengan berceloteh ria, namun siang ini Raniya kembali sibuk.

Sibuk bersama saudara-saudara angkatnya. Melupakan dirinya.

Jujur, Aron sangat terpengaruhi karena ucapan Rafael pagi tadi. Ia takut, posisinya sebagai saudara kesayangan akan tersingkirkan karena kesalahan masa silam.

“Iya, Kakak harus pergi. Kamu sekolah yang bener, ya,” nasihat Raniya mengusap kepala Aron gemas. Mimik wajah Aron seperti anak yang tidak rela ditinggal ibunya.

Raniya dan Zahra masuk ke dalam mobil. Dengan salah bodyguard menjadi supir, mobil hitam elegan itu melaju meninggalkan pekarangan sekolah. Disusul mobil lain yang sebelumnya harus membenahi barang-barang Raniya di kelas.

Aron bergeming di posisi. Lelaki itu menghela napas berat. Apa sekarang posisi gue bener-bener udah digantiin sama orang lain?

Apa itu artinya.. gue bukan lagi saudara kesayangan lo, Kak..?

...🔫🗡️🔫...

“Leon itu siapanya lo, Ran?” tanya Zahra penasaran. Ia bingung mengenai satu hal, mengapa Raniya sampai repot-repot membantu lelaki yang tidak ada hubungan dengannya? Atau jangan-jangan—!

“Temen,” jawab Raniya singkat, padat, dan jelas.

“Cuma temen? Yakin?” Zahra memicing curiga.

Raniya melirik Zahra. “Nggak percaya?” serunya bernada dingin.

Zahra nyengir. Gadis itu mengangguk berkali-kali. “Percaya, kok, Ran. Gue percaya.”

Raniya melengos. Ia tahu, Zahra hanya pura-pura. Gadis berusia 21 tahun itu masih curiga dengan hubungannya dan Leon.

Tapi, bukan salah Zahra dong, kan? Sulit sekali menciptakan hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang benar-benar murni. Pasti ada salah satu dari kedua insan itu yang menaruh rasa. Entah itu pihak cowok ataupun cewek.

Tidak ada lagi suara yang tercipta. Hanya deru kendaraan saja yang memenuhi suasana hingga menjadi bising. Zahra yang duduk di sebelah Raniya di jok tengah sampai berkeringat dingin. Tubuhnya kaku, tidak berani bergerak kecuali mendapat perintah.

Sifat asli Raniya itu berbanding terbalik dengan apa yang dideskripsikan. Bukan sosok pemurah senyum yang manis, melain pribadi dingin nan kejam.

Percayalah, Zahra, Anna, Alice, Jayden, dan Rafael mempercayai jika Raniya memiliki kepribadian ganda. Hanya Thalia saja yang tidak menyadari. Gadis paling muda itu terlalu polos otaknya.

Raniya, si cantik yang murah senyum, dan Shyclore, gadis berdarah dingin.

“Selamat datang, Nona,” sambut para karyawan kala Raniya dan Zahra masuk ke dalam bangunan berlambang Mill Group. Langkah keduanya yang beriringan dan tegap berdampak besar pada atmosfer sekitar.

Pokoknya semua langsung tegang.

Eh, apanya yang tegang😭

Raniya menapakkan kaki ke dalam ruangan bertuliskan CEO’s room. Sepuluh menit kemudian, gadis itu keluar dengan outfit berbeda. Bukan lagi seragam putih-abu, melainkan setelan putih resmi khusus untuk bekerja.

Sepanjang kaki jenjang Raniya mengayun, Zahra dan beberapa petinggi perusahaan mengikuti dengan sigap tanpa diminta. Para karyawan yang melihat langsung menunduk, takut sekaligus menghormati sosok pemimpin perusahaan. Mereka kagum dengan pemimpin perusahaan ini.

“Nona Raniya hebat sekali, ya.”

“Iya. Masih sangat muda, tapi bisa memimpin perusahaan dengan baik.”

“Seandainya orang-orang di luar tau, pasti Nona Raniya akan langsung dapat predikat pengusaha termuda paling berjaya.”

“Sangat genius.”

Raniya masuk ke dalam ruang rapat. “Kita mulai meeting-nya!” titah Raniya seraya duduk di kursi kebesaran paling ujung. Zahra duduk di sampingnya. Sementara anggota meeting lainnya duduk di bagian masing-masing.

Di salah satu tempat, seorang pria duduk dengan posisi tegang. Ia menatap Raniya lekat selama beberapa menit. Hingga tanpa sengaja, keduanya bersitatap. Raniya tersenyum tipis dan menganggukkan kepala pelan, kode kalau gadis itu menyapa si pria dengan sopan.

Raniya.. pemimpin Mill Group?

“Tuan,” bisik sang sekretaris pria itu. “Meeting sudah dimulai, Tuan.”

Pria itu menghembuskan napas kasar. Sial, di kepalanya ada banyak sekali pertanyaan!

...🔫🗡️🔫...

“Maaf, Nona, ada perwakilan perusahaan lain yang ingin bertemu dengan Anda,” ucap seorang karyawati yang berperan sebagai sekretaris Raniya.

Raniya mendongak dari berkas. Gadis itu tengah duduk manis di ruangannya sendiri. Ruangan yang luas dan nyaman. “Kenapa harus dengan saya? Suruh saja bertemu dengan COO,” balas Raniya tidak minat.

“Maaf, Nona. Beliau secara langsung meminta untuk bertemu dengan Anda. Saya sudah mengatakan jika Anda tidak ingin diganggu. Tapi, beliau memaksa ingin berjumpa,” papar sekretaris Raniya seruntut mungkin.

“Siapa?”

“Tuan Rinaldy dari Lycett Group.”

“Rinaldy?” ulang Raniya merasa kurang yakin dengan telinganya sendiri. Daddy mau ketemu sama aku?

Wanita itu mengangguk. “Benar, Nona.”

Raniya mengulum bibir, menahan senyum yang ingin mengembang. “Di mana dia?”

“Beliau berada di ruang tunggu, Nona.”

“Suruh kemari!” perintah Raniya. Sekretarisnya mengangguk patuh, lanjut melangkah keluar untuk menunaikan tugas.

Sepeninggalan karyawati itu, Raniya tersenyum kecil. Bahkan, gadis itu sampai terkikik, tidak sabar berjumpa dengan sang daddy yang dirindukan. Ia memperhatikan pakaian, membenahi diri agar terlihat lebih rapi.

Ceklekk...

“Silakan masuk, Tuan-Tuan.”

Dua pria paruh baya memasuki ruangan. Ketika tatapan ketiga insan itu bertemu, kedua pria tersebut bergeming di tempat. Sedangkan Raniya tersenyum lebar.

“Nona Raniya, mereka perwakilan dari perusahaan Lycett Group. Tuan Rinaldy dan Tuan Joe,” ucap sekretaris Raniya memperkenalkan klien mereka. Karena tahun ini, Lycett Group terdaftar sebagai salah satu pihak yang bekerja sama dalam proyek besar Mill Group.

Raniya berdiri dan menghampiri hingga berada tepat di hadapan kedua pria tadi. “Selamat datang di perusahaanku, Daddy, Uncle Joe.”

^^^To be continue...^^^

Terpopuler

Comments

Sun_Lee

Sun_Lee

Next Ay...

2022-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!