MAMA MERTUA JAHAT
Happy Reading Teman-Teman Pembaca Novel. Semoga kalian suka dengan ceritanya.
Bab 1
***
Kehidupan ini adakalanya tidak mudah untuk merasakan atau menjalani status sebagai seorang menantu. Didera luka dan tekanan batin setiap hari, permainan licik dari seorang mama mertuanya yang kejam. Ini adalah kisah awal, kisah derita dari seorang istri berwajah pas-pasan dan miskin bernama Zahra.
Malam itu, aura sunyi menyelimuti kediaman seorang wanita sosialita bernama Linda. Ada seorang perempuan dengan wajah khas Indonesia yang lumayan baik, bermata belo dia sedang mengaduk secangkir minuman di ruang santai.
Perempuan itu mengaduk secangkir teh hijau dengan lembut dan sangat teratur, berputar mengitari cangkir diiringi semburat senyumnya yang manis.
Minuman yang ia persiapkan untuk sang nahkoda dalam bangunan mewah yang ia tempati setahun terakhir.
Zahra Safina adalah nama panjangnya. Zahra tengah mengandung janin dalam usia kandungan yang masih muda, yaitu tiga bulan.
Zahra yang sebelumnya tinggal di rumah sederhana, sekarang semenjak menikah dia tinggal di rumah yang megah yang penuh dengan kenyamanan dan kebanggaan bagi siapa saja yang menetap di dalamnya.
Usai mengaduk teh yang lebih baik kandungannya dari teh daun melati tersebut, ia membawa segelas teh hijau yang sudah siap diseduh itu dengan sebuah piring kecil sebagai alas untuk menghalau hawa panas dari gelas itu.
"Mas, ini teh hijaunya udah siap, silahkan diminum dulu, tunggu agak hangat dulu ya?" ucap Zahra seraya meletakkan piring kecil itu diatas meja, didekat laki-laki gagah yang sedang sibuk mengetik sesuatu yang penting dalam sebuah laptop berwarna hitam.
Sang nahkoda alias sang suami, laki-laki yang gagah perkasa dengan kumis tipis dan brewok tipis di dagunya. Wajahnya sangat tampan dan berkharisma, memberikan kesan teduh bagi Zahra yang selalu berada didekatnya. Nama dia adalah Alzam Pradipta.
Berprofesi sebagai seorang CEO yang terkenal berkat ketampanan dan kepiawaiannya dalam menangani perusahaan yang dikelola. Atalaric Corp nama dari perusahaan yang ia pimpin. Perusahaan turun temurun yang sangat besar dan disegani oleh banyak pebisnis.
Atalaric nama perusahaan yang ia kelola adalah perusahaan warisan yang diturunkan oleh seorang laki-laki perkasa sukses pada zamannya, zaman dulu yaitu Atalaric Abian, ayah kandung Alzam. Terkenal pada era 80-90an.
Alzam adalah anak pertama, dia tipikal suami yang baik, cerdas, sangat menyanyangi ibu, istri, dan juga anggota keluarganya yang lain. Tapi tak jarang juga Alzam bermain tangan dengan orang-orang yang berani membuatnya kesal.
Menikah dengan laki-laki seperti Alzam adalah salah satu anugerah terindah impian semua kaum hawa, yang Zahra rasakan dan juga banggakan.
Zahra sering menceritakan kebahagiaannya dalam pernikahannya dengan Alzam kepada adiknya yang tomboy yaitu Adiva Puspita. Semenjak Zahra menikah dengan Alzam, Adiva jadi tinggal sendirian di rumah petak yang sederhana.
Ayah dan ibu kandung mereka, sudah lama meninggal. Adiva selalu merasa dunia ini tak adil baginya, Adiva membenci suami kakaknya, menganggap Alzam telah mengambil sang kakak darinya.
Dahulu semenjak kematian ayah dan ibu, Zahra bekerja keras untuk memenuhi biaya kehidupan Zahra dan juga biaya hidup Adiva. Semua biaya sekolah Adiva, yang menanggungnya adalah Zahra. Zahra adalah sosok kakak yang baik dan inspiratif untuk adiknya, bagi Adiva, Zahra adalah wanita terbaik nomor dua setelah almarhumah ibunya.
"Makasih sayang, mas akan meminumnya sebentar lagi. Istriku yaitu kamu, bidadari jelita yang selalu terukir dalam relung hati ini. Selalu membuatku, merasa nyaman dan bahagia. Kamu tidak pernah mengecewakan sama sekali." jawab Alzam seraya tersenyum manis untuk bidadari hatinya. Lalu bangkit dan mencium manja pipi Zahra. Meski tidak terlalu cantik parasnya, tapi Alzam benaran tulus mencintai Zahra.
Siapa yang tidak bahagia sih ketika ditakdirkan mendapatkan jodoh suami yang tampan, mapan, gagah perkasa,dan dihatinya penuh dengan kelembutan dan kesetiaan cinta. Setiap hari, Zahra selalu mengucapkan rasa syukur atas anugerah kehidupan yang indah ini dalam sholatnya.
Namun di setiap kebahagiaan rumah tangga, bisa saja ada kejahatan atau kebencian yang sedang mengintai. Sepasang mata nyalang nan sinis sedang melihat kemesraan pasutri itu. Sepasang mata itu mengintai dari balik pintu.
Seorang wanita yang jahat, licik, usianya sudah paruh baya penuh dengan sejuta dramanya yang berstatus sebagai ibu kandung dari Alzam, tampak tidak suka melihat romantisme pasutri itu.
Setelah meminum teh hijau hangat yang melegakan dahaganya, Alzam bergegas mengambil kunci mobil di dalam laci kamar, karena Alzam akan pergi, ada janjian ketemuan dengan partner bisnis disebuah cafe eksklusif.
Setelah mengambil kunci mobilnya, Zahra mengikuti suaminya berjalan menuju ke depan rumah, Zahra selalu setia mengantar suaminya ke depan rumah jika suaminya sedang akan pergi keluar untuk sebuah urusan, entah itu pekerjaan, ataupun hal yang lainnya.
Mereka berdua terus berjalan bersama hingga sampai di ruang koridor dalam rumah, dekat dengan tangga. Netra Zahra ketika melewati tempat yang sepanjang lorong ini selalu menatap ke samping kiri, dimana di bagian dinding terjejer epic lukisan-lukisan seluruh anggota keluarga.
Ada empat lukisan orang yang berjejer dengan aesthetic di dinding.
Pertama lukisan seorang wanita yang usianya terlihat sudah paruh baya, dia adalah bu Linda Ningsih, beliau adalah ibunda dari Alzam yang sebenarnya tidak menyukai kehadiran Zahra sebagai menantunya selama ini. Wanita judes yang barusan diam-diam mengintip dan melotot sinis itu.
Lukisan berikutnya di urutan kedua setelah bu Linda adalah lukisan yang menggambarkan sosok lelaki berwibawa dan kharismatik, dialah Alzam, anak pertama bu Linda yang selalu membanggakan dan membawa harum nama keluarga Atalaric, banyak prestasi yang selalu Alzam torehkan dari waktu ia menjadi seorang pelajar hingga sekarang sukses menjadi seorang yang punya karir besar sebagai CEO.
Setelah Alzam di urutan ketiga adalah Zahra sendiri, ratu nomor dua dalam rumah yang megah ini. Yang terakhir nomor empat disamping Zahra adalah Daffa, adik dari Alzam yang sebentar lagi lulus kuliah dan akan mengikuti jejak kakaknya menjadi seorang CEO di salah satu anak perusahaan Atalaric corp.
Sampailah mereka berdua di depan rumah, ketika melihat ke depan rumah kala gulita datang, deretan lampu taman berbentuk bulat menghiasi taman yang luasnya cukup untuk menampung ribuan orang.
Hiasan taman bukan cuman lampu taman saja, tapi tentu saja banyak juga bunga-bunga yang cantik memanjakan netra manusia, yang kebanyakan bunga itu adalah tanaman-tanaman bunga khas benua Eropa, membuat nuansa di taman ini seolah-olah sedang berlibur di Eropa. Sangat wow dan memanjakan mata.
Sungguh hunian yang mewah dan menjadi impian banyak orang. Tiba-tiba, saat Alzam sedang mencium kening istrinya sebelum beranjak pergi, terdengar suara teriakan sang mama dari dalam rumah. Secepat kilat Alzam bergegas berlari ke dalam meninggalkan Zahra sendirian di depan rumah, namun saat Zahra mau berlari menyusul suaminya, tiba-tiba Zahra melihat seorang bertopeng seram yang sedang mengamatinya dari bawah pohon rindang di samping rumah.
Zahra tidak tahu dia siapa, apakah dia orang yang sedang berniat jahat? Pasti iya. Topengnya aja seperti setan.
"Siapa kamu?!" tanya Zahra takut, wajahnya terlihat penasaran namun bercampur takut, Zahra sendirian ditinggal suaminya yang sedang menemui mama mertuanya didalam, yang tiba-tiba berteriak entah karena apa.
Orang bertopeng itu tampak menyeramkan, aura psikopatnya benar-benar kental. Orang itu mengambil sesuatu dari balik jasnya, senjata api ia keluarkan, entah apa maksud tujuannya mengeluarkan pistol, yang jelas Zahra yakin orang bertopeng itu sedang berniat merencanakan sesuatu yang bisa membuatnya celaka. Oh tidak! Zahra harus segera masuk kedalam rumah dan mengunci pintu.
Zahra berlari mundur akan kembali masuk ke dalam rumah namun timah panas keburu melesat menembus jantungnya.
"Doooor."
Suara ledakan senjata api terdengar hingga ke telinga Alzam, bu Linda, dan beberapa asisten rumah tangga yang sedang memasak didalam dapur. Salah satu dari asisten rumah tangga yang sedang beraktifitas di dalam dapur itu tak sengaja menjatuhkan piring berisi makanan karena terkejut. Namun Daffa adik Alzam sedang tak ada dirumah.
"Suara tembakan?" tanya Alzam dengan wajah yang kaget di dalam kamar ibunya. Alzam sedang mencari tikus yang membuat mama Linda tadi berteriak panik. Ada juga seorang pembantu yang ikut mencari tikus itu.
"Alzam, apa yang terjadi nak? Siapa yang menembakan peluru? Mama takut," tanya mama Linda penasaran, barusan mama Linda menjerit karena katanya ada seekor tikus menjijikkan yang berlarian di lantai kamarnya, sungguh lebay sekali mama Linda.
Alzam bergegas berlari ke depan rumah karena Alzam teringat, sang permaisuri masih tertinggal disana, Alzam berlari dengan begitu pelik, jantungnya berdegup semakin kencang, takut sesuatu yang buruk terjadi kepada istrinya karena Alzam sama sekali tidak mendengar jeritan istrinya setelah mendengar suara tembakan.
Alzam berlari cepat lalu terhenti di depan pintu, dirinya berdiam mematung manakala melihat wanita yang ia cintai sekarang sedang berbaring dengan memejamkan mata, bersimbah darah diatas lantai.
Dengan langkah yang lesu Alzam melanjutkan berjalan menghampiri istrinya, yang entah masih hidup atau sudah meninggal. Darah segar mengalir dibaju Zahra. Katakan ini adalah mimpi buruk! Alzam mencubit pipinya tapi ternyata rasanya sakit.
"Zahra? Zahra sayang? Bangun sayang?" lirih Alzam seraya bersimpuh menggoyangkan bahu istrinya.
Alzam terus berusaha membangunkan istrinya yang masih saja memejamkan mata. Memberanikan diri mencoba mengecek denyut nadi dan hembusan nafas sang istri, meski Alzam takut kemungkinan terburuk yang akan terjadi kepada istrinya, hal yang sama sekali tak pernah ia harapkan, semoga saja tidak benar pikirannya, Zahra tidak akan mungkin pergi meninggalkan dirinya secepat ini.
Alzam memegang tangan kiri Zahra, Alzam berusaha merasakan denyut nadi istrinya, semoga denyut kehidupan itu masih ada.
Tapi harapannya tidak terkabul,
Kepanikan semakin melanda diri Alzam, wajahnya tampak semakin cemas, Alzam lanjut dengan menempelkan jari telunjuk diatas dua lubang hidung Zahra, tidak ada hembusan nafas yang keluar. Alzam tak kuasa menahan kesedihan, air mata mengalir dari kedua netra Alzam yang tajam dan indah.
Malam ini adalah malam tragedi, entah siapa pelaku yang menembak mati kekasihnya, pembunuh bertopeng itu sudah kabur. Wanita yang sangat ia kasihi, sudah pergi menghadap kepada Tuhan.
Alzam memeluk jasad Zahra istrinya dengan sangat erat sembari menangis sedih, menghadap kearah atas, Alzam memejamkan mata dan berteriak
"Zahraaa! Kembali!!"
Tidak dinyana malam ini menjadi malam terakhirnya bersama sang istri tercinta.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
𝗺𝗮𝘂𝗹𝘆ᵈᵉʷⁱ
tu pembunuh suruhan mertuanya zahra pastinya
2022-08-28
0