"Gue emang benar-benar seorang adik yang bodoh banget! Gue nggak pernah mau mengerti hati kak Zahra. Hampir semua orang juga punya rasa cinta dihatinya, malah sekarang gue mau menikah dengan laki-laki yang dari dulu gue nggak suka." ucap Adiva seraya terisak.
Adiva bangun kemudian mengambil album kenangan foto yang tersimpan diatas lemari pakaian. Adiva membuka lembar demi lembar album. Semua foto kenangan bersama kak Zahra masih tersimpan di dalam album itu. Adiva menyentuh wajah kakaknya sembari menangis.
Adiva begitu sedih saat memandang momen-momen indah lucu bersama dengan kakaknya semasa ia masih ada dulu.
Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Gedung termegah sudah dipenuhi oleh tamu-tamu undangan Alzam. Para perias pengantin sedang sibuk mempercantik wajah Adiva.
Ini adalah kali pertama Adiva dirias, sebelumnya Adiva sangat benci dirias. Adiva tidak suka memakai bedak, lipstik, pensil alis, dan alat make up lainnya.
Setelah selesai merias gadis tomboy itu, para perias merasa bangga karena sudah berhasil menjalankan perintah tuan muda Alzam. Mereka menyulap Adiva seorang gadis yang tomboy dan tidak terlalu mempedulikan penampilan menjadi seorang putri kerajaan yang akan segera melangsungkan pernikahannya.
"Nona Adiva terlihat anggun sekali, nona pasti akan merasa puas dengan hasil riasan kami. Silahkan bercermin nona?"
Adiva berdiri di depan cermin menetra seorang perempuan yang memakai gaun pengantin indah namun perempuan itu tampak asing baginya. Seperti bukan jati dirinya.
"Ini siapa? Apa ini gue?" tanya Adiva seraya memandang bayangan dirinya di cermin.
"Mempelai wanita silahkan memasuki ruangan tempat para tamu undangan sudah berkumpul, karena prosesi ijab kabul akan dilaksanakan sesaat lagi." kabar seorang MC masuk kedalam ruangan rias.
Adiva menoleh kearah MC itu kemudian bergegas mengikuti perintah yang dikatakan oleh MC itu. Adiva membuka tirai, akan segera berjalan ditengah kerumunan orang-orang kaya. Diiringi oleh 4 teman kuliahnya juga.
Adiva memakai sepatu heels dimana dirinya masih agak kesulitan dalam memakai sepatu itu. Dengan agak gerogi Adiva mulai melangkah kan kakinya diatas red carpet.
Adiva terus melangkah dengan gaya melangkah yang tidak cukup untuk dibilang anggun, seperti asal jalan saja karena sikap cueknya itu, Adiva malah hampir terpeleset, untung empat temannya yang sedang berjalan mengiringi Adiva bergegas menangkap Adiva yang hampir saja akan menjadi bahan tertawaan ratusan orang yang hadir. Wajah Adiva tampak malu dan gugup karena kecerobohannya itu, untung teman-teman bergegas menangkap Adiva dengan sigap.
"Guys... makasih? Kalian udah menyelamatkan gue dari ratusan tawa manusia yang siap menghujani gue barusan?"
"Sudah seharusnya, tugas kita sekarang adalah menjaga dan melindungi kamu. Kamu jalan yang santai saja ya biar nggak hampir jatuh lagi. Sekarang kita sama-sama pergi ke depan pak penghulu yang sedang menunggu kamu itu." ajak seorang teman seraya menetra ke seorang laki-laki tua yang sedang duduk memandangi mereka.
Kemudian mereka sama-sama berjalan dengan saling bergandengan tangan menuju pak penghulu yang sedang menanti mereka dengan senyuman manis.
Banyak dari tamu undangan yang hadir kebanyakan menyayangkan pernikahan Alzam dengan seorang gadis yang biasa saja seperti Adiva.
"Hmm, kenapa ya seorang laki-laki tampan dan sukses seperti Pak Alzam itu mau menikah dengan cewek yang muka pasaran, dan miskin seperti si mempelai wanita itu." nyinyir salah seorang dari karyawati Alzam yang diundang, nyinyir secara berbisik.
"Daripada mempelai wanita itu mendingan gue kemana-mana kan? Gue udah cantik, baik, seksi, berkelas, kenapa pak Alzam nggak tertarik dan malah lebih memilih cewek norak itu ya? Apa dia pakai pelet?" sahut sekertaris Alzam yang duduk disamping karyawati nyinyir.
"Halah, lu mah ngarep! Muka kaya pantat panci aja nggak usah belagu wahai sekertaris ganjen. Pak Alzam mana mau sama sekertaris kecentilan kek lo! Hmm, lihat saja, bahkan ibunya Pak Alzam nggak mau hadir dalam akad dan resepsi pernikahan anaknya hari ini."
"Jaga tuh mulut lo yang bau sampah itu? Pasti ibunya merasa malas lah buat hadir di acara pernikahan dari menantu yang tidak ia inginkan. Yaudah sih lo juga kecentilan kali, dasar karyawati centil bekasan gadun!" balas si sekertaris tidak terima dikatain sebagai sekertaris kecentilan.
Prosesi ijab kabul dimulai, ini adalah kali kedua Alzam melakukan prosesi ijab kabul. Untuk yang kali kedua ini, Alzam menirukan kata-kata bapak penghulu dengan fasih dan cepat dan sekarang mereka berdua sudah sah menjadi sepasang suami istri.
Adiva mencium tangan Alzam kemudian Alzam mencium kening Adiva dengan lembut tetapi hatinya tidak benar-benar merasa suka melakukan itu melainkan karena terpaksa. Berbeda dengan Adiva yang merasa nyaman mendapat kecupan dari laki-laki yang sekarang sudah sah menjadi pasangannya. Dari kecil, ia sudah kehilangan figur seorang laki-laki dalam hidupnya (ayah).
Usai sudah prosesi ijab kabul mereka dan sekarang adalah saatnya untuk para hadirin untuk menyalami kedua mempelai, dan kemudian baru deh menikmati jamuan lezat yang udah dihidangkan.
Alzam melihat dari red carpet luar kedatangan Daffa dan Amel, perempuan matre yang dijodohkan dengan Alzam. Amel masuk kedalam langsung tampak sinis, sirik saat melihat istri Alzam yang ternyata wajahnya tidak jauh lebih cantik darinya.
Amel pura-pura datang ke pernikahan mereka meski tidak diundang hanya untuk mengetahui seperti apa sih wajah istri Alzam. Daffa dan Amel berjalan beriringan menyalami Alzam dan Adiva satu persatu.
"Selamat ya kak atas pernikahannya, semoga pernikahan kalian tidak langgeng karena kakak udah menyakiti hati mama. Makannya mama tidak sudi untuk datang ke acara pernikahan kalian." bisik Daffa yang membuat hati Alzam menjadi geram. Ingin memukul Daffa namun sedang banyak orang, Alzam tidak ingin acara pernikahannya yang diliput berbagai media menjadi kacau balau.
"Awas saja kalau sudah dirumah nanti, kakak akan membuatmu menjadi perkedel manusia!" balas Alzam mengancam adiknya.
Daffa hanya terkekeh licik kemudian lanjut berjalan menuju kumpulan para tamu. Giliran Amel yang akan menyalami dan memberikan ucapan untuk sepasang pengantin baru itu. Sebelum bersalaman Alzam dan Amel saling berhadapan muka. Amel memberikan senyuman yang manis untuk Alzam namun sebaliknya Alzam memberikan tatapan yang tidak menyenangkan untuk Amel.
"Selamat ya sayang atas pernikahan kamu dengan perempuan ini," ucap Amel seraya melirik ke Adiva.
"Semoga kamu cepat bercerai deh sama dia dan habis itu, kamu bersatu denganku. " lanjut Amel nekat berbicara seperti itu di depan Alzam dan Adiva.
Gaya bicara Amel dan juga ekspresi wajah Amel terkesan santai namun berhasil membuat emosi Alzam semakin membara.
"Untung saya nggak jadi nikah sama kamu, kalau sampai saya jadi menikah dengan kamu, sia-sia saja hidup saya menikah dengan seorang wanita ular seperti kamu Amel!" geram Alzam sembari menatap nyalang wajah Amel.
"Oke, kalau kamu bicara begitu terserah aja kamu mau bicara apa tentang aku, tapi yang jelas sampai kapanpun aku akan selalu naksir dengan sepenuh hati aku sayang." lanjut Amel tersenyum kemudian melangkah satu langkah, kini Amel saling berhadap-hadapan dengan Adiva.
"Selamat ya, kamu berhasil merebut mas Alzam dari aku, kamu harus tahu, karma itu ada sayang! Alzam adalah laki-laki yang udah dijodohkan dengan aku dan seenaknya saja kamu merebut jodoh saya!" ucap Amel pelan kemudian berjalan pergi menyusul Daffa yang sedang duduk dikursi undangan.
Adiva menghela nafasnya, cukup sedih karena dibilang sebagai perebut cinta. Namun, Adiva tahu kalau Amel itu bukanlah wanita baik-baik seperti yang pernah diceritakan oleh Alzam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments