Mama Linda pergi ke gudang rumah yang sepi dan jauh dari jangkauan orang-orang. Mama Linda akan menelpon seseorang yang sudah membuat hatinya senang karena hasil kinerja atas perintahnya yang berhasil dilakukan.
"Halo, Jarot?"
"Halo bu Linda?"
"Saya puas sekali dengan hasil kinerja kamu, kamu adalah penembak bayaran yang jitu, yang sudah berhasil menghabisi nyawa menantu kere yang tidak berguna itu dalam sekali sentuhan, saya akan segera melunasi semua bayaran kamu setelah uang muka kemarin dan juga bonus besar buat kamu akan saya transfef. Kamu pergi sejauh-jauh mungkin dari Jakarta! Saya tidak ingin kejahatan kita terbongkar, mengerti!"
"Siap bu bos."
Mama Linda menutup teleponnya disertai tatapan licik dan senyuman serigala. Ternyata penembak itu adalah orang suruhannya yang dibayar buat menghabisi nyawa Zahra.
7 Bulan Setelah Kematian Zahra
Alzam menyuruh polisi untuk terus mengusut kasus penembakan istrinya,dalang dibalik tragedi memgerikan pada malam yang kelam itu harus segera terungkapkan.
Disisi lain Alzam sudah bisa merelakan kepergian istrinya meski hatinya belum siap untuk terbuka menerima perempuan lain menjadi kekasihnya, sampai kapanpun Alzam selalu berpikir bahwa tidak akan ada perempuan yang bisa menggantikan posisi Zahra di hatinya, mau secantik dan semanis apapun dia. Zahra tetap yang terbaik.
Termasuk calon tunangan Alzam yang belum juga Alzam tahu wajah dan sifatnya seperti apa. Mama Linda sengaja merahasiakan itu sampai Alzam siap diajak ketemu sama perempuan itu dan tujuh bulan adalah waktu yang cukup lama buat mama Linda dan wanita misterius itu menunggu, menanti Alzam mau melakukan pertemuan.
Sebenarnya sangat bete mereka berdua menunggu selama tujuh bulan, namun mereka tidak tahu kalau Alzam punya rencana manis, akan menggagalkan rencana perjodohan mamanya! Kecuali kalau perempuan yang akan dijodohkan dengannya punya sifat yang sesuai kriterianya, mungkin Alzam akan mempertimbangkan itu.
Semua tergantung Alzam, kalau perempuan yang akan dijodohkan dengannya itu tidak masuk kriteria yang ia inginkan, maka dengan mudah Alzam akan menolak perjodohan itu.
Hari ini, hari Selasa, Alzam, mama Linda, dan Daffa akan pergi ke rumah orang tua dari si calon tunangan Alzam. Mereka pergi bertiga dan Alzam yang menyetir mobilnya.
Satu jam berlalu akhirnya mereka sampai ke rumah yang mereka sambangi menjadi tempat tujuan mereka hari ini. Di depan rumah, mereka disambut dengan baik oleh laki-laki berperawakan tinggi dan berkumis lebat, beserta seorang wanita berambut pirang.
"Ini calon ibu mertua aku? Kok mukanya serem juga ya, jangan-jangan dia adalah orang yang licik dan kejam?" batin Alzam saat berdiri di depan calon ibu mertuanya.
Alzam belum melihat anak dari mereka, yang akan dijodohkan dengan dirinya.
"Come on Alzam, jangan lihat orang dari penampilan luarnya, belum tentu dia sejahat yang kau pikirkan." Alzam lanjut membatin.
Alzam menyalami bapak dan ibu calon mertuanya dengan rasa yang tidak nyaman, jelas begitu karena Alzam belum tahu seperti apa perempuan yang akan dijodohkan dengannya. Yang sering digembar gemborkan oleh mamanya adalah, perempuan itu secantik bidadari. Alzam pasti akan langsung klepek-klepek pada pandangan pertama.
"Selamat datang oh kalian wahai keluarga besar yang terhormat? Senang sekali jika kami berhasil besanan dengan anda jeng Linda. Oh iya, ini kah yang namanya Alzam? Tampan sekali kamu nak? Mirip banget sama almarhum ayah kamu, gagah, tampan, dan pastinya jago berbisnis,hehehe." tanya ibu-ibu berambut pirang itu seraya menepuk pelan bahu Alzam.
Alzam mengangguk disertai senyuman kecil.
"Kenalin nak Alzam, nama saya adalah Ratih, dan ini laki-laki yang berada di samping saya namanya Wijaya. Kami adalah calon mertua kamu nak." ucap bu Ratih memperkenalkan diri dengan percaya diri.
"Senang berkenalan dengan kalian." jawab Alzam singkat.
"Yaudah kalau begitu mari masuk kedalam, calon istri kamu sudah menanti kamu tuh di ruang tamu. Saya yakin pasti kamu nggak akan menolak sama perjodohan yang udah kita atur, kan jeng Linda? Setelah kamu melihat secantik apa anak saya. Hehehe, maaf ya bukannya kami kepedean," tutur bu Ratih dengan pedenya.
"Aku heran, pede banget ya ibu-ibu serem dan norak yang ada di depanku ini? Emang secantik apa sih anaknya? Apa dia secantik Monalisa atau Cleopatra?" lagi-lagi Alzam membatin dengan rasa yang malas untuk masuk kedalam rumah calon mertuanya.
Diikuti mama Linda dan juga Daffa di belakang Alzam, mama Linda terus tersenyum senang sedari tadi. Mereka bertiga diantar masuk oleh sang tuan rumah sampai ke dalam rumah yang megah, tidak kalah megah dari rumah yang biasa ditempati olehnya.
Saat sampai di ruang tamu, Alzam netranya terfokus melihat seorang wanita cantik berambut kecoklatan muda yang sedang duduk dengan sangat anggun di salah satu kursi. Wanita itu memberikan senyuman yang sangat manis untuk Alzam. Gaun putih transparan menunjukan lekuk tubuhnya. Daleman yang dipakai perempuan itu juga sedikit terlihat. Bagi Alzam, wanita itu terlihat seperti wanita penggoda.
Memang benar apa yang dikatakan oleh bu Ratih bahwa anaknya yang akan dijodohkan dengan Alzam itu cantik bak bidadari. Bahkan anaknya bu Ratih berkali-kali lipat jauh lebih cantik dari almarhumah Zahra.
"Ternyata benar apa yang dikatakan oleh ibu-ibu norak ini kalau anaknya itu cantik. Tapi aku lihat kok gaya berpakaian dia seperti gadis-gadis yang kebaratan? Lalu, apakah aku akan tertarik kepadanya? Apakah hati dia secantik wajahnya?" ucap Alzam bermonolog di dalam hatinya terus.
Pak Wijaya mempersilahkan semua orang untuk duduk, jamuan makanan dan minuman yang lezat sudah tersaji diatas meja menggugah nafsu makan manusia yang melihatnya.
"Semuanya, kita makan siang dulu ya?" titah pak Wijaya.
Untuk menghormati tuan rumah meski Alzam belum merasa lapar, namun Alzam tetap mau menyantap dan menikmati jamuan yang sudah disiapkan.
"Gimana nak, enak kan rasa masakan anak saya?" tanya bu Ratih ceria.
Alzam mengangguk setuju, Alzam terkejut ternyata makanan yang baru ia makan buatan anak bu Ratih. Tapi Alzam tidak menjawab dengan kata-kata karena Alzam itu orang yang tidak suka banyak bicara dan berbasa-basi, Alzam adalah tipikal pria yang sangat cool dan berwibawa tentunya.
"Syukurlah kalau kamu suka, calon istri kamu pandai masak loh. Bahkan jauh lebih lezat rasanya dari rasa masakan pembantu di rumah ini. Bukan begitu Amel?" ujar bu Ratih sembari melirik manja kearah anaknya.
Nama dari anak mereka adalah Amel. Amel tersenyum dengan malu-malu kearah ibunya dan juga kearah Alzam calon suaminya. Alzam terus memperhatikan Amel dengan seksama, kedua bola matanya begitu tajam saat menatap Amel yang duduk tepat diseberangnya. Seorang pembantu sedang mengintip mereka, pembantu itu kesal karena masakan yang sudah ia buat dengan susah payah diklaim buatan Amel.
"Tante Ratih, aku mau izin boleh? Aku mau membawa anak tante pergi jalan-jalan, hari ini juga?" ucap Alzam.
Mama Linda dan mama Ratih tampak terkejut ketika Alzam langsung ingin mengajak Amel jalan, apalagi Amel, yang ekspresinya seolah ingin berteriak senang namun malu-malu ingin menunjukannya.
"Ya jelas boleh dong nak, kamu bawa gih anak tante jalan-jalan. Kalian harus saling mengenal," jawab mama Ratih.
"Yaudah kalau begitu, nggak usah menunggu lama lagi, Amel ayo jalan denganku?" ajak Alzam manis.
"Baik mas." jawab Amel seraya tersenyum senang sembari melirik dengan penuh kebahagiaan kearah ibunya.
"Oh my God, ternyata secepat ini Alzam luluh? Emang ya, laki-laki kalau dikasih lihat perempuan cantik pasti dia ga bisa menolaknya!" ucap mama Linda dengan ekspresi penuh kejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments