"Arghh! Sialan! Kenapa kamu kasih ingus wajah saya! Menantu jorok kurang ajar!"
mama Linda menjambak rambut Adiva keras tapi untung saja Alzam segera melerai.
"Ma hentikan! Adiva ga sengaja."
"Iya ma, ampun, gue ga sengaja kali."
Adiva melangkah mundur dua kali, takut dijambak lagi.
"Awas kamu ya! Kenapa kamu ngumpet di belakang anak saya? Kamu takut sama saya ya! Hahaha, macan betina jangan berani kau lawan gembel!" tanya mama Linda lantang dan sombong.
Adiva menggangguk bohong, dirinya sebenarnya nggak takut sama emak-emak galak seperti mama Linda ini contohnya.
"Katakan sama saya, siapa dukun itu?" tanya mama Linda membuat Adiva dan Alzam jadi bingung.
"Dukun apaan sih ma?" balas Alzam bertanya.
"Diam kamu! Mama bertanya sama si gembel ini, bukan bertanya sama kamu sayang!" lantang mama Linda seraya menunjuk wajah Alzam.
Adiva gelagapan bingung didepan ibu mertua galaknya.
"Jawab pertanyaan saya, kere!" gertak mama Linda lebih kencang lagi, sampai teriakannya terdengar di seluruh penjuru rumah. Bahkan bi Turi sedang menutup kupingnya karena merasa terganggu.
Adiva sampai berjingkut kaget, rasanya menyesal sudah menerima lamaran Alzam kalau tahu ibu mertuanya tidak suka dan segalak ini kepadanya? Kalau marah nyeremin juga.
"Dukun apa sih tante? Gue nggak pernah pakai dukun kali, gue kan orang yang anti sama gitu-gituan," jawab Adiva jujur.
"Alah bohong kamu! Mana ada maling yang mau ngaku! Kalau ngaku pasti penjara udah penuh dengan maling! Masa iya sih kamu itu nggak pakai jampi? Mana mungkin anak saya yang tampan dan berkelas ini jatuh cinta sama perempuan busuk seperti kamu!" geram mama Linda dan tega menoyor jidat Adiva.
"Mama hentikan! Jangan hina istri Alzam atau Alzam akan pergi dari rumah orang gila ini!" ancam Alzam.
Mama Linda membuka mulutnya tidak percaya melihat Alzam yang berani mengancam mau pergi dari hunian yang selalu ia tempati dengan nyaman selama ini?
"Baru kali ini kamu berani mengancam mama! Kamu sudah berubah menjadi anak yang durhaka! Kurang ajar kalian berdua! Daripada saya mati jantungan, lebih baik kalian enyah dari hadapan saya!" usir mama Linda dari kamarnya, jari telunjuknya menunjuk kearah lain.
"Baiklah, kami akan pergi dari hadapan mama. Semoga mama lekas sembuh ya?" harap Alzam.
"Apa maksud kamu bilang semoga lekas sembuh? Memangnya mama sedang sakit ya? Dasar aneh kamu seperti perempuan nggak jelas ini!" ucap mama Linda kesal.
"Maksud Alzam adalah semoga mama lekas sembuh, nggak sakit hati lagi lihat pernikahan kita. Udah dulu ya ma, Alzam ga sabar malam pertama sama istri aku, hehehehe." tutur Alzam bergairah.
Ekspresi wajah nyalang keluar dari raut wajah sang mama, kalau mereka melakukan malam pertama maka Adiva bisa hamil, kalau Adiva hamil artinya dirinya akan punya cucu dari seorang perempuan miskin. Dirinya tidak mau punya cucu dari garis keturunan orang miskin.
"Ini nggak bisa dibiarkan! Saya harus menggagalkan malam pertama mereka! Saya tidak mau punya keturunan dari ibu jelata!" batin mama Linda seraya melotot.
Alzam menuntun Adiva ke kamar, benarkah Alzam akan melakukannya sekarang? Bukankah pernikahan ini dengan Alzam cuma pernikahan yang tidak didasari rasa cinta? Tapi mengapa Alzam mau mengajak dirinya melakukan malam pertama?
Di dalam kamar, Alzam menyuruh Adiva untuk duduk diatas kasur, sementara Alzam mulai membuka bajunya dan kini Alzam tidak mengenakan baju.
Adiva tampak gugup melihatnya. Malam ini Adiva merasa dirinya bukanlah ia yang seperti biasa. Adiva tidak mengerti dimana dia sekarang? Benarkah status perawan akan berakhir pada malam ini?
"Kak, katanya lo nggak cinta sama gue dan gue cuma istri pura-pura aja? Ingat kak, pernikahan kita ini pernikahan tanpa rasa suka! Nggak ada rasa cinta diantara kita! Lalu kenapa lo mau mengajak gue melakukan hubungan intim?"
"Dasar bodoh, kalau saya tidak ngomongin itu didepan mama tadi maka mama akan curiga, cuih geer! Lagipula saya juga tidak sudi kali menyentuh gadis jorok dan blangsak seperti kamu!"
"Ih terus ngapain kakak buka baju?"
"Emang kamu pikir saya mau melakukan apa? Saya mah cuma mau ganti baju yang lain, piyama tidur saya, saya ngantuk, capek dan juga mau tidur."
Ternyata Alzam membuka bajunya karena mau berganti pakaian, Adiva merasa lega lalu menghela nafas nyaman. Diam-diam setelah Alzam selesai ganti baju dan mulai rebahan diatas kasur, mama Linda sedang mengintip mereka dari celah jendela kamar dimana tirai belum ditutup dari dalam.
Mama Linda sedikit bisa melihat Adiva yang masih duduk resah diatas kasur, Adiva celingukan lalu tak sengaja melirik kearah jendela, Adiva melihat ada sepasang netra yang sedang memindai keadaan kamar mereka.
"Mata siapa tuh yang lagi ngintip? Kurang ajar banget sih kaya nggak ada kerjaan, semoga matanya bintitan. Bentar deh, ternyata itu seperti mata si mama mertua galak, gue harus segera matiin lampu kamar nih!" sadar Adiva berbicara di dalam hatinya.
Setelah Adiva selesai mematikan lampu, Adiva bergegas kembali ke kasur. Mama Linda sangat kesal karena lampu kamar dimatikan oleh Adiva.
"Menantu sialan! Lancang!" maki mama Linda pelan.
Kemudian mama Linda memutuskan untuk pergi ke dapur saja mengambil makanan-makanan enak di dalam kulkas. Perutnya terasa lapar sekali.
Terkadang kegelapan adalah suatu hal yang tidak disukai oleh manusia. Alzam membuka matanya lalu berteriak karena suasana didalam kamar yang begitu gelap.
"Gelaap! Gelap! Mana lilin, mana lilin!" teriak Alzam panik.
Semburat sinar flashlight dari ponsel Adiva menerangi ruangan dalam kamar. Alzam tampak marah karena Adiva berani sekali mematikan lampu kamar. Adiva belum tahu kalau Alzam benci gelap. Alzam punya phobia dengan kegelapan.
"Ngapain kamu mematikan lampu segala? Kamu belum tahu ya kalau saya itu sangat membenci kegelapan!"
"Ya maaf kak, gue kan nggak tahu. Tadi gue matiin lampu karena mama lo ngintip tuh di jendela! Lagian lo jadi cowok kok cemen banget sih, sama gelap aja takut, malu dong sama istri lo yang pemberani ini, hehehe,"
"Alah, diam kamu! Buruan nyalain lagi lampunya! Biar saya bisa tidur. Lagian mama rese ngapain sih pakai ngintip segala, kepo amat jadi orang tua." gerutu Alzam kemudian menyembunyikan kepalanya dibalik bantal.
Adiva menepuk kaki Alzam dengan rasa malas kemudian bergegas menyalakan lampu kamar. Adiva juga merasa ngantuk tapi dirinya agak canggung sih kalau tidur disamping suaminya.
"Kak, gue tidur dimana sih?"
Alzam membanting bantalnya kemudian menatap kesal kearah istrinya, karena Alzam baru saja hampir tertidur tapi bangun gara-gara mendengar suara Adiva.
"Ya tidur disamping saya lah! Kamu kan istri saya, ya kali kamu tidur diatas genteng,"
"Hmm... Hmm... Tapi gue gerogi kak, gue baru kali ini tidur satu ranjang dengan laki-laki."
"Ah yaudah, biar saya tidur di sofa, kamu tidur di kasur." jawab Alzam dengan nada mesra lalu membawa bantal dan selimutnya ke sofa.
"Nah gitu dong mengalah sama istri, hmm makin cinta deh sama ayang," girang Adiva menggoda.
Adiva melemparkan dirinya diatas kasur yang empuk. Sekarang cuma dirinya sang penguasa kasur pada malam pertama ini. Adiva akan bergegas tidur dengan nyenyak sedangkan Alzam merelakan dirinya tidur diatas sofa saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments