Dince melihat celana yang dipakai oleh Adiva adalah celana jeans yang robek pada bagian dengkul, benar-benar tidak sopan dan Adiva terlihat seperti cewek-cewek preman atau cewek brekele yang sering bergentayangan di pinggir jalanan.
"Maaf beribu maaf pak. Pak Alzam ini kan idola saya, pak Alzam apa nggak salah pilih orang yang modelan tikar robek nan lusuh begini buat dijadiin istri? Masa pak Alzam mau sih kawin sama orang-orangan sawah ini?" protes Dince tidak terima jika idola gantengnya menikah dengan cewek yang nggak jelas seperti Adiva.
"Sudahlah, jangan banyak bicara Dince. Adiva, cepat kamu ikut Dince memilih gaun pengantin yang terbaik, pokoknya saya mau lihat kamu tampil sempurna!" titah Alzam seraya bersedekap dada.
"Baik kak." sahut Adiva lesu.
Adiva memutar bola mata malas karena harus satu ruangan dengan si kemayu rese ini, saat fitting gaun pengantin sesaat lagi. Beberapa saat kemudian saat mereka memasuki ruang fitting gaun, Adiva dipilihkan tiga macam gaun terbaik oleh Dince, semuanya adalah gaun pengantin yang mahal dan berkelas. Seperti yang biasa dipakai oleh perempuan-perempuan bangsawan saat momen sakralnya.
"Gimana kil, kamu mau pilih gaun pengantin yang mana?" tanya Dince malas, menatap Adiva saja ogah.
"Kil maksud lo apa?" tanya Adiva dari belakang Dince.
"Dekil dong, hehehe."
"Woy! Satu pukulan mendarat di muka lo yang sok cantik itu, mau!" sahut Adiva kesal.
Dince menggigit syal yang ia kenakan karena kaget dibentak sama Adiva
"Pakaian kamu kan seperti pakaian orang-orangan sawah, udah gitu bau keringet. Eh, yei nggak usah sok berani sama Dince! Jangan ngebentak Dince! Dince biar gini juga pemilik butik ini. Mama dari calon suami yei juga langganan sini. Yei tuh bukan levelnya Dince dan Dince jauh lebih layak bersanding dengan mas Alzam daripada yei! Huuh, baru kali ini ada preman masuk butik akika."
Dince berlagak sok karena merasa jauh lebih kaya daripada Adiva.
"Tapi calon suami gue bisa aja ratakan butik lo kapanpun dia mau! Tinggal gue ngadu pasti dia akan marah besar melihat calon istrinya ini diperlakukan sinis sama lo! Ngerti!"
Dince jadi gemetar ketakutan mendapat ancaman dari Adiva, Dince tidak ingin ladang penghasilan hancur. Kemudian Dince memutuskan akan bersikap berpura-pura manis saja di depan Adiva.
"Eh maafin Dince ya? Ampun, Dince janji ga julit lagi. Silahkan mbak yang cantik mau pilih gaun yang mana, tapi mbak buat ukur-ukur badan dulu yuk?"
"Jangan bilang gue cantik! Gue itu nggak suka dibilang cantik, ngerti lo!"
"Aduh, jadi serba salah deh Dince! Ini salah, itu salah. Capek deh..." keluh Dince seraya menepuk jidatnya.
Adiva melihat-lihat tiga gaun yang terpajang di sebuah manequin, sepertinya diantara ketiga gaun itu, sama sekali tidak ada yang membuat Adiva kepincut untuk memilihnya.
"Nggak mau tiga yang ini, gaunnya lebay semua!" tolak Adiva.
Dince mangap tidak terima karena karya besarnya dibilang lebay oleh Adiva? Karena kesal Dince berani menoyor kepala Adiva sampai Adiva hampir tersungkur ke belakang.
"Berani sekali yei bilang gaun buatan eyke lebay! Baru kali ini ada pengunjung yang bilang begitu! Memangnya yei mau gaun yang seperti apa hah? Gaun yang lebar sampai menutupi semua lantai ruangan kah? Dince carikan sekarang juga! Hellouw, Dince kesel, nggak betah kali lama-lama melayani situ!" sinis Dince.
"Idih, lo pikir gue juga mau kali ya fitting gaun pengantin disini? Masih banyak butik yang lebih berkelas kali! Kalau bukan kak Alzam yang ngajak, gue juga males kali."
Dince menjambak pelan rambut Adiva karena saking geramnya mendapati pengunjung yang rese seperti Adiva.
"Maunya apa sih!"
"Gue mau gaun pengantin yang simple, yang nggak ada rufflenya, bukan selera gue tahu nggak sih! Kalau perlu gue nikahan nanti pakai celana aja ya."
"OMG hello? Mana ada gaun pengantin buatan dince yang nggak ada rufflenya. Itu tuh tujuannya buat mempercantik gaun, gimana sih!"
"Yaudah gue pilih yang itu aja deh, yang bukan opsi dari lo! Yang rufflenya paling simple. Buruan ah jangan lama-lama!" pinta Adiva memilih gaun yang tidak disodorkan oleh Dince.
"Kenapa bukan pilihan Dince saja? Kan itu tiga gaun yang terbaik? Tapi pilihan yei juga terbaik sih. Semua karya Dince terbaik!"
"Yaudah buruan!"
Perlahan Dince mulai mencopot gaun di manequin itu lalu memberikannya kepada Adiva, namun Dince menyuruh Adiva untuk mengukur badan terlebih dulu apakah gaun itu akan pas, kebesaran, atau kesempitan jika dipakai oleh Adiva.
Adiva tidak mau badannya diukur dulu, ribet! Adiva ingin langsung memakai gaunnya saat ini juga karena Adiva sudah tidak tahan di dalam butik terus satu ruangan dengan Dince. Adiva pergi kedalam ruangan ganti baju, akan segera berganti pakaian, Dince menunggu diluar tampak khawatir terjadi apa-apa dengan gaunnya karena sepertinya gaun itu terlalu mini jika dipasang di badan Adiva. Ukuran gaun itu cocoknya dipakai sama perempuan berbadan mungil.
Tak lama berselang Adiva keluar dari dalam ruangan ganti baju lalu menunjukkan penampilan terbarunya kepada Dince dengan ekspresi wajah yang malas.
"Nih udah gue pake! Ukurannya pas dan gue akan bilang ke kak Alzam kalau gue udah klop sama gaun yang ini, Dince!"
"Yakin ukurannya udah pas mbak?"
"Yakin dong!"
Adiva memutar badannya dengan gaya cantik lalu Adiva melebarkan kedua tangannya seolah membentuk sayap tapi tiba-tiba...
"Prepeeet..."
"Gaun kesayangankuuuuuu!" teriak Dince shock, sangat kencang sampai Alzam yang sedang menunggu diluar masuk kedalam ruangan fitting gaun.
"Ada apa sih? Teriakanmu kaya pakai mikrofon loh Dince!" tanya Alzam dengan nada tinggi.
"Itu sayang, gaun desain akika yang terbaik jadi robek gara-gara calon istri gila itu! Udah aku bilang jangan pakai gaun itu eh dia masih saja ngeyel, gimana dong sayang!!! Dince nggak mau rugi, hiks..." isak Dince manja di bahu Alzam.
Adiva menutup kupingnya karena tidak tahan mendengar bisingnya tangis Dince sementara itu Alzam tengah menatap nyalang kearah Adiva, kemudian Alzam menjanjikan kepada Dince akan segera mengganti biaya kerugian gaun yang robek gara-gara Adiva sebesar tiga kali lipat.
Satu jam kemudian Alzam dan Adiva keluar dari dalam butik Dince, mereka berdua sama-sama cemberut namun Adiva sudah mendapatkan gaun pengantin buat hari pernikahannya seminggu lagi.
Alzam dan Adiva lalu masuk kedalam mobil, ingin rasanya Adiva pulang saja ke rumah sekarang karena banyak pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan, tapi Alzam belum mengizinkan Adiva untuk pulang saat ini.
"Jangan sekarang."
"Memangnya kakak mau mengajak gue kemana lagi?"
"Tentu saja saya akan memperkenalkan kamu ke mama dan adik saya Daffa."
"Hah? Tapi bukannya mereka sudah kenal gue ya kak?"
"Memperkenalkan kamu sebagai calon permaisuri, saya penasaran bagaimana tanggapan mereka ketika tahu kalau saya sudah punya pilihan sendiri."
Merasa deg degan? Itulah yang dirasakan oleh Adiva sekarang kala Alzam ingin memperkenalkannya kepada calon mertua dan adik ipar. Alzam bergegas melajukan mobilnya menuju hunian yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.
***
Mama Linda sedang sibuk mewarnai kuku-kuku cantiknya di taman depan rumah, sembari duduk di kursi taman yang empuk, ditemani segelas jus alpukat yang menyegarkan dahaga.
Kehidupan mama Linda selalu bergelimang harta dari ia kecil, dirinya tidak pernah merasakan hidup serba kekurangan dan baginya, harta adalah nomor satu di dunia ini. Menjodohkan Alzam dengan wanita kaya adalah tujuan utamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments