Saat malam datang namun sudah tidak lagi bersama dengan sang istri tercinta, rasanya sangat aneh dan asing bagi Alzam yang masih sangatlah berduka. Alzam sedang terbaring lemas diatas tempat tidurnya, kesedihan menghiasi harinya. Ketika dirinya melihat ke samping sudah tidak ada lagi sosok cantik nan lembut yang selalu ada untuknya.
Pikiran Alzam sedang sangat kalut sekali, orang-orang yang sedang dirundung duka dan terpuruk seperti Alzam sangat butuh diberikan dukungan penuh dan motivasi yang membangun oleh orang-orang yang berada disekitarnya. Namun mama Linda seolah tidak peduli akan kematian Zahra dan tidak mengerti akan kesedihan berat yang sedang dialami oleh Alzam.
Tadi sore mama Linda masuk ke kamar Alzam, pun mama Linda hanya menyuruh Alzam untuk segera melupakan Zahra, mewanti Alzam agar bergegas bangkit dari kesedihan, dan memulai kembali kehidupannya yang baru,tanpa Zahra. Tentu saja kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Mama Linda hanya membuat Alzam menjadi bertambah sedih saja. Dirinya tidak mudah, tidak mungkin bisa dengan begitu saja melupakan Zahra.
Tiba-tiba saat Alzam kembali menoleh ke samping, Alzam melihat sosok yang dirindukan itu sudah ada di sampingnya, seorang wanita yang wajahnya biasa saja, tidak terlalu cantik namun ia cintai dengan tulus yang sedang tersenyum dengan sangat lembut sekali kearahnya, Zahra sedang berbaring disisinya. Menatap sendu menoleh dengan penuh kejutan kearah Alzam,membuat Alzam menjadi sumringah dan kembali bersemangat.
"Zahra?" ucap Alzam tersenyum senang. Seolah tidak percaya akan apa yang ia lihat. Istrinya masih hidup?
Zahra semakin menambah tingkat manisnya senyuman untuk suaminya, menambah intensitas kecantikannya , membuat Alzam menjadi bahagia setelah kesedihannya seharian ini, namun ketika Alzam akan memegang tubuh Zahra, Zahra tiba-tiba menghilang begitu saja. Ternyata Zahra berada disampingnya itu hanya ada dalam ilusinya saja. Sungguh menyedihkan sekali.
"Zahra..." lanjut Alzam terisak pilu, menjadi bertambah sedih hatinya.
Alzam belum makan sedari pagi, dirinya merasa tidak membutuhkan asupan makanan, karena rasanya hidup ini sudah tak ada artinya lagi baginya, tanpa adanya sang istri yang selalu setia menemani.
Para ART sudah selesai menyiapkan makanan lezat di meja makan untuk hidangan malam majikan mereka, juga masakan kesukaan Alzam sudah tersedia di meja makan. Mama Linda dan Daffa sudah duduk di kursi menunggu Alzam keluar untuk ikut melakukan makan malam bersama, namun Alzam masih saja berdiam diri di dalam kamarnya.
Mama Linda tampak kesal melihat sikap Alzam yang terus menerus seperti itu. Tidak mau makan, tidak mau mandi.
"Daffa, panggil kakakmu, suruh dia keluar dan makan malam bersama kita. Mama tidak mau melihat dia jatuh sakit hanya gara-gara terus mememikirkan istrinya yang sudah mati itu."
"Baik mama."
Daffa bergegas berdiri kemudian pergi menuju kamar kakaknya. Daffa mengetuk pintu kamar kakaknya, tidak ada jawaban,kemudian Daffa mencoba membukanya saja karena tidak kunjung ada jawaban dari kakaknya. Daffa membuka pintu, netranya langsung dibuat terkejut dengan aktifitas kakaknya yang ia lihat, kakaknya tengah menggantung sebuah tali diatas, seperti orang yang mau bunuh diri.
"Kakak, apa yang mau kamu lakukan? Bunuh diri?" pekik Daffa dari pintu kamar, Alzam tidak menjawab pertanyaan dari adiknya dan terus mengikat tali hingga membentuk bulatan yang akan ia gunakan untuk mengakhiri hidupnya.
"Kakak hentikan! Bunuh diri tidak akan menyelesaikan masalah! Justru bunuh diri hanya akan menambah masalah yang baru saja kak!" kata Daffa terus memekik.
Alzam sama sekali tidak peduli dengan kata-kata yang diucapkan oleh adiknya, Alzam kemudian menggeser sebuah kursi yang berada di dekat meja rias almarhumah istrinya. Alzam menggesernya sampai ke bawah tali yang sudah digantung dimana bagian bawah tali yang sudah berbentuk bulat itu.
Alzam akan segera menggantung diri dengan menaiki kursi lalu mencekik lehernya sendiri dengan bulatan tali itu! Tidak boleh terjadi! Daffa berteriak panik memanggil mamanya yang masih menunggu mereka di meja makan.
Teriakan dari Daffa membuat mama Linda terkejut, mama Linda segera pergi menuju sumber suara teriakan.
"Ada apa sih kamu Daffa pakai teriak segala? Apa yang terjadi nak?" tanya mama Linda yang sedang berjalan kearah Daffa.
"Itu mah, itu kakak!" jawab Daffa seraya menunjuk kedalam kamar Alzam.
Mama Linda menengok ke dalam kamar langsung disambut dengan pemandangan yang membuatnya cemas bercampur marah, anak pertamanya mau bunuh diri?
"Alzam hentikan sayang! Turun dari sana!" teriak mama Linda berlari panik sampai berdiri dibawah Alzam, yang sedang berdiri diatas kursi sembari memegang bulatan tali yang siap ia kalungkan di lehernya.
"Alzam kamu jangan bodoh sayang, bunuh diri itu adalah perbuatan yang sia-sia saja nak! Dengar kata mama! Batalkan niat buruk kamu itu! Kamu mau masuk neraka hanya gara-gara hal yang bodoh ini? Perjalanan kamu itu masih panjang sayang." Pekik mama Linda panik sampai membuat para ART berdatangan ke kamar Alzam.
"Aku ingin menyusul istriku ma, ingin bersatu dengannya." sahut Alzam dengan tatapan kosong.
"Ya Allah, den Alzam jangan lakukan itu den, dosa den," teriak salah satu ART yang tampak panik melihat Alzam mau mengakhiri kehidupannya.
"Maafin Alzam ma, tapi Alzam tidak mau hidup tanpa Zahra. Kalau Zahra mati, maka Alzam juga ikut mati." kata Alzam yang membuat semua orang bertambah cemas.
Alzam mulai mengalungkan bulatan tali yang ia pegang di area lehernya.
"Jangan sayang! Hentikan, hentikan nak," isak mama Linda sembari menggeleng kepalanya dan memegangi kaki Alzam.
"Kak hentikan!" teriak Daffa sembari memegang kepalanya cemas.
Alzam akan segera melompat namun kepala Alzam tiba-tiba terasa pening, itu terjadi karena Alzam belum makan dari tadi pagi, juga rasa stress berat yang sedang Alzam alami. Alzam pingsan tetapi bulatan tali itu mengikat lehernya. Kalau dibiarkan bisa-bisa Alzam mati tercekik, Daffa dan beberapa ART bergegas menyelamatkan Alzam yang sedang tidak sadarkan diri itu.
Dua jam berlalu, akhirnya Alzam tersadar dari pingsan. Alzam melihat disisinya ada mama Linda yang sedang duduk sedih sembari mengusap rambutnya, ada juga dokter pribadi keluarga yang barusan menangani Alzam.
"Alzam, akhirnya kamu sadar sayang, anak mama..." lirih mama Linda sembari mengecup kening Alzam.
"Saya sudah memberikan mas Alzam suntikan vitamin bu Linda, supaya tubuhnya kembali kuat. Jangan lupa mas Alzam harus makan yang teratur biar kembali sehat lagi ya mas? Jangan terlalu larut dalam kesedihan, pasti almarhumah Zahra juga akan sedih kalau melihat mas yang terus terpuruk seperti ini. Bangkitlah mas, kamu kuat!" motivasi dari pak dokter yang penuh kharisma dalam wajah dewasanya.
Alzam hanya terdiam sembari merenungkan kata-kata motivasi dari dokter pribadinya. Sembari memandang ke langit-langit kamar, ketika sekarang dirasa pikirannya sudah agak jernih, memang benar kalau bunuh diri hanya akan membuat masalah baru saja dan pasti Zahra disana akan kecewa jika Alzam melakukan bunuh diri.
Keesokan harinya, di balkon lantai dua rumah, Alzam sedang membuka album foto kenangan bersama dengan almarhumah Zahra. Di dalam album foto itu banyak sekali kenangan indah bersama dengan Zahra. Foto-foto waktu berbulan madu, berlibur keluar negeri, banyak terabadikan dalam album bersampul berwarna hijau muda tersebut.
"Zahra, aku yakin kamu pasti kecewa melihat sikap aku semalam, yang mau bunuh diri, sungguh aku adalah seorang manusia bodoh jika semalam, aku jadi menjalankan niatku itu." ucap Alzam merasa menyesal dan bertekad tidak akan berniat bunuh diri lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments