Alzam menyuruh Amel untuk menunggu disini sementara. Alzam mau membeli banyak roti yang lezat dulu. Didekat sini ada tempat toko roti premium yang enak.
"Tapi aku nggak mau kamu tinggalin aku disini mas? Aku takut sama mereka!" rengek Amel sembari memegang lengan kekar Alzam.
"Loh, ngapain kamu takut sama anak kecil? Aku cuma sebentar kok. Aku mau beli makanan untuk mereka semua. Kasihan mereka, pasti mereka belum pada makan. Sementara kamu tunggu mereka disini ya? Kalau perlu kamu harus sapa mereka, hibur mereka, kasihani mereka." titah Alzam kepada Amel.
Alzam menaikan salah satu alisnya, Alzam ingin Amel menuruti perintahnya dan terpaksa, demi mendapatkan hati Alzam maka Amel pun mau menuruti titah Alzam untuk menunggu disini. Meski dirinya sendiri merasa super malas.
"Baiklah mas, tapi kamu jangan lama-lama ya?"
Alzam mengangguk kemudian kembali lagi ke dalam mobilnya. Alzam meninggalkan Amel bersama anak-anak jalanan untuk sementara waktu.
Dua anak jalanan perempuan terlihat sangat dekil dan miris berjalan menghampiri Amel. Amel merasa risih ketika di dekatnya ada dua anak yang berpakaian kotor dengan bau tidak sedap. Amel menatap jijik kepada mereka berdua.
"Jangan dekat-dekat dong! Kalian bau banget deh. Pasti kalian nggak pernah mandi ya?" tanya Amel sembari menutup hidungnya.
"Kita habis bekerja mencari sampah kak, makannya badan kita jadi bau." jawab salah satu dari anak yang menghampiri Amel.
"Hah,sampah?" tanya Amel.
"Iya kak, kakak cantik sekali, kami pengin cantik kaya kakak." harap anak jalanan yang satu lagi.
"Kalian jangan ngimpi ya! Jangan dekat-dekat dong, hush! Minggir sana!" pekik Amel seraya berjalan mundur namun dirinya sendiri malah terpeleset bebatuan, sehingga Amel jatuh ke debu yang kotor.
"Aaaaa, aku jadi kotor dan penuh kuman! ini semua gara-gara kalian!" bentak Amel marah.
Dua anak jalanan itu menjadi sedih kala Amel tidak menghargai keberadaan mereka.
"Dasar kakak sombong!" teriak anak jalanan yang lain.
"Diam kamu! Kalian mau saya lempar pakai sepatu mahal saya hah! Dasar anak-anak gembel menjijikkan!" marah Amel lagi.
***
Alzam membeli banyak roti di toko roti terdekat, yang menjual roti dengan kualitas yang bagus dan tentu saja teksturnya empuk dan lezat. Alzam akan membagikan roti-roti itu untuk anak jalanan yang kelaparan. Biar bagaimanapun mereka, biar tubuh mereka dipenuhi dengan kuman, mereka adalah anak-anak yang pastinya harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Alzam lah salah satu dari orang-orang yang mau memberi perhatian kepada mereka.
Alzam juga akan membagikan uang untuk bekal mereka selama seminggu kedepan. Dulu semasa Zahra masih hidup, Alzam selalu datang ke tempat itu setiap minggunya bersama dengan Zahra. Mereka selalu kompak berdua bersama berbagi rezeki kepada anak-anak jalanan itu. Kegembiraan mereka bukan cuma dengan foya-foya saja, tapi berbagi pula kepada sesama manusia.
"Zahra, sungguh aku sangat merindukanmu. Aku merindukan kala kita pergi berdua untuk berbagi kebahagiaan dengan anak-anak yang kurang beruntung itu. Sayang, engkau jauh disana tapi disini aku, akan selalu berhubungan denganmu lewat doa yang selalu aku panjatkan kepada Tuhan. Semoga kamu bahagia disana sayang." harap Alzam didalam mobil setelah membeli banyak roti.
Alzam kembali menyetir mobil menuju tempat Amel dan anak-anak jalanan. Di tempat itu Amel masih marah-marah kepada anak jalanan disana, kemarahan Amel membuat mereka menjadi gemetar dan ketakutan. Bahkan ada yang menangis karena saking takutnya.
"Kalian itu cuma sampah yang nggak berguna tahu nggak! Masa depan kalian suram, sesuram malam! Kalau mau, aku lebih baik menjual kalian ke mafia penjualan organ dalam! Daripada kalian hidup cuma jadi pemandangan yang bikin sepet mata aja! Lebih baik kalian dijual saja!" lantang Amel. Sifat aslinya keluar tatkala Alzam sedang pergi membeli roti.
Mobil Alzam mulai melintas memasuki tempat itu, sebuah kebun gersang yang amat luas di pinggir jembatan. Tempat berkumpulnya anak-anak jalanan yang malang. Alzam sangat geram melihat Amel sedang memarahi-marahi anak-anak jalanan itu, hingga membuat mereka sampai ketakutan?
"Amel!" pekik Alzam seraya membuka pintu mobil dengan cepat.
Amel menoleh ke belakang, jadi sangat terkejut karena ternyata Alzam sudah kembali. Amel khawatir Alzam melihat kejadian yang barusan, dikala dirinya marah-marah kepada anak kecil.
"Mas Alzam? Kamu sejak kapan ada disini?" tanya Amel dengan wajah gugup.
"Jadi gini ya sifat asli kamu kalau berada di belakang aku? Kamu memarahi anak kecil yang nggak tahu apa-apa! Lantas bagaimana kamu akan jadi ibu yang baik buat anak-anak kita nanti kalau kita menikah? Aku nggak mau ya punya istri yang hanya akan menjadi contoh buruk buat anak nanti!"
"Nggak seperti yang kamu kira mas! Kamu itu cuma salah paham, aku begini karena tadi mereka nakal sama aku. Jadi ya wajar dong kalau aku memarahi mereka!"
"Nggak! Mereka bukan anak-anak yang nakal apalagi nakal sama wanita dewasa seperti kamu! Aku sudah mengenal watak mereka dari dulu. Mereka pasti segan buat melakukan kenakalan dan kamu jangan berani-beraninya mengarang cerita di depan aku ya! Kamu tahu aku ini siapa! Aku ini seorang CEO bertangan dingin! Dalam sekejap aku bisa saja menghancurkan karir perusahaan ayah kamu!" gertak Alzam yang membuat Amel langsung menunduk gemetar. Ketika tadi bertaring seperti serigala betina, sekarang Amel lesu nan pucat seperti orang penyakitan.
Alzam kemudian berjalan menghampiri anak-anak jalanan yang sedang ketakutan itu. Alzam bersimpuh dengan satu kaki di depan mereka, menyuruh mereka semua untuk memeluk dirinya.
Dekapan nyaman mereka dapatkan dari seorang laki-laki kaya yang baik dan perhatian. Sementara Amel sedang melihati sinis sembari nyinyir didalam hatinya.
"What? Mas Alzam kok mau-maunya pelukan sama kuman-kuman raksasa?"
Selepas memeluk hangat anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari figur orang dewasa, Alzam membagi-bagikan roti lezat yang sudah ia beli untuk mereka semua. Mereka mengambil jatah mereka masing-masing lalu memakan makanan yang diberikan Alzam dengan lahap, Alzam sangat senang, salah satu kebahagiaan dalam hidupnya adalah ketika dirinya berhasil menjadi orang yang berguna untuk orang lain. Alzam menunggu mereka semua makan sampai habis lalu baru memberikan uang dan pergi dari tempat ini.
Amel di jarak yang cukup jauh tampak sedang badmood, cemberut bete, duduk sendiri diatas sebuah batu. Amel merasa boring dan ingin cepat-cepat pergi dari sini.
"Kenapa sih mas Alzam ngajak aku ke tempat ini? Mana barusan marah-marahin aku pula, baru kali ini ada cowok yang berani memarahi cewek secantik dan se seksi aku? Biasanya aku selalu jadi pujaan laki-laki, jadi rebutan yang mahal dan berkelas. " gerutu Amel memanyunkan bibirnya.
Alzam melihat Amel dari kejauhan dengan sinis, Alzam tidak menyukai perempuan seperti Amel karena Amel sangat jauh dari tipe wanita yang bisa ia jadikan sebagai seorang istri. Lagipula, Alzam belum ada rencana untuk menikah lagi, belum kepikiran untuk melakukan pernikahan lagi, Alzam belum bisa melupakan Zahra begitu saja.
Sepulangnya nanti Alzam akan langsung mengatakan kepada pak Wijaya dan bu Ratih bahwa dirinya menolak perjodohan dengan Amel sombong.
"Wanita yang tidak baik seperti kamu Amel, yang hanya memandang harta sebagai tujuan dalam pernikahan sakral, yang sombong dan tidak menghargai keberadaan manusia-manusia miskin dan lemah. Sama sekali bukan tipe wanita yang aku dambakan, jauh banget dari Zahra almarhumah istriku, mungkin kamu memang jauh lebih cantik dari Zahra, tapi Zahra jauh lebih baik daripada kamu." ucap Alzam di dalam hatinya terus menatap tajam kearah Amel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments