"Merawat kuku-kuku cantik saya adalah kesenangan yang asyik dalam hidup saya. Uuh, kuku-kuku indah ini..." lirih mama Linda sembari memuji satu per satu dari kuku-kuku jarinya yang cantik.
Netra mama Linda teralihkan dengan datangnya mobil sang anak yang mulai memasukki area depan pagar.
"Dia sudah pulang, habis darimana saja ya dia? Hari ini kan dia ambil cuti kerja, apakah dia sedari tadi bersenang-senang bersama dengan teman-temannya?" terka mama Linda di dalam hatinya.
Mama Linda melotot tatkala menetra anak pertama keluar dari dalam mobil dengan seorang perempuan berpenampilan blangsak bak preman muda.
"What? Alzam keluar dengan seorang perempuan? Apa dia akan jadi pembantu baru? Tapi sepertinya saya tidak sedang mencari atau membutuhkan pembantu baru lagi deh, eh bentar! Itu seperti adiknya si menantu nggak berguna yang udah masuk kedalam liang lahat itu." gerutunya.
Alzam dan Adiva sama-sama menoleh kearah mama Linda yang sedang selonjoran santai diatas kursi taman. Mama Linda menatap tajam mereka, membuat Adiva sedikit gerogi. Adiva yakin, pasti dirinya akan dimarah-marahi sama wanita galak itu.
Lalu mereka berdua sama-sama berjalan menghampiri mama Linda. Setelah mereka sampai di depan Mama Linda, sang mama menatap nyalang ke area tubuh Adiva dari atas rambut hingga ke ujung kaki, penampilan Adiva benar-benar semrawut dan nggak jelas menurut mama Linda.
"Ngapain kamu bawa preman kesini nak? Mau kamu suruh mengacau di rumah mama? Karena kamu nggak terima dijodohin terus sama Amel?" tanya mama Linda sembari menatap tajam ke anaknya.
Baru datang saja Adiva langsung disambut dengan sambutan yang tidak menyenangkan oleh calon mama mertuanya, apalagi kedepan kalau tahu bahwa dirinya adalah calon istri dari anaknya.
"Dia adalah calon istriku ma."
Jawaban Alzam langsung membuat wajah mama Linda terkejut nyalang.
"Alzam mau bilang bahwa kita akan menikah seminggu lagi. Mama siap-siap ya bantuin aku sebar undangan ke teman-teman mama." jawab Alzam langsung membuat mama Linda bangkit dan akan marah!
"Apa! Perempuan seperti ini akan menjadi istri kamu?" geram mama Linda, menujuk kasar ke wajah Adiva.
"Alzam kamu masih waras kan nak? Masa kamu mau jadiin perempuan macam dia sebagai istri kamu? Saya tidak sudi ya nyebar undangan, itu adalah aib bagi saya! Heh!"
Mama Linda membentak kasar sembari mendorong Adiva sampai Adiva terdorong, bokongnya menghujam batu berukuran sedang diatas rumput.
"Kamu pasti pelet anak saya ya gadis kere?!" tanya mama Linda dengan nada tinggi sambil menunjuk wajah Adiva.
Adiva menggeleng pelan, bokongnya agak nyeri.
Apa itu pelet? Sama sekali dirinya tidak tahu apa itu pelet, satu kata yang diucapkan oleh calon mama mertuanya? Adiva pernah mendengar kata itu tapi belum pernah ia cari tahu.
"Pelet itu apa sih mas?" tanya Adiva polos karena memang benar-benar tidak tahu.
"Udah nggak usah dibahas. Mama, aku jatuh cinta sama Adiva tulus dari hatiku yang paling dalam! Kalau aku sudah resmi menjadi suami Adiva nanti, mama nggak berhak lagi buat menjodohkan aku dengan Amel. Setuju atau tidak setuju, aku nggak peduli, aku akan tetap menikahi Adiva. Menjadi ayah dari anak-anak kita. Terpenting adalah, aku menikah dengan gadis yang benar-benar aku suka, bukan dipaksa karena perjodohan." tutur Alzam seraya tersenyum manis.
Adiva rada kesal karena Alzam tak peduli padanya yang masih terduduk nyeri diatas rumput.
"Drama kamu bagus juga ya kak." batin Adiva kagum melihat akting pura-pura Alzam.
Mama Linda bertambah murka mendengar apa yang dijelaskan oleh Alzam barusan, mama Linda mengepalkan salah satu tangannya, rasanya ingin menonjok wajah Alzam dan Adiva saat ini juga, tetapi mama Linda memutuskan untuk masuk saja kedalam rumah. Dirinya tidak punya kuasa untuk melarang pernikahan Alzam dan Adiva.
Mama Linda masuk kedalam kamarnya kemudian duduk dengan perasaan yang sangat kesal sekali. Memeluk guling yang ia jadikan sebagai topangan nyaman. Dirinya tidak habis pikir mengapa Alzam lebih memilih untuk menikah dengan cewek blangsak seperti Adiva ketimbang menikah dengan gadis kaya nan anggun seperti Amel itu?
"Apa ada masalah dengan otak anak saya? Dipilihin gadis yang cantik, mulus, seksi, malah milih gadis kampungan yang jelek, semrawut, dan norak! Heran sama Alzam deh!" gerutu mama Linda terheran.
Di depan rumah, Adiva dan Alzam masih bersama. Adiva merasa tidak enak hati karena gara-gara dirinya, calon mertuanya jadi marah.
"Kak, yakin nih mau lanjutin pernikahan kita?" tanya Adiva ragu.
"Yakin lah! Ngapain nggak yakin sih! Ingat ya, kamu udah janji mau nikah sama saya! Awas saja kalau sampai kamu mengingkari janjimu itu lalu kabur saat hari pernikahan kita! Kamu bakalan saya cari sampai ketemu! Keujung dunia sekalipun akan terus saya cari! terus kalau udah ketemu, saya akan hidangkan langsung kepada buaya."
"Sadis amat lu kak. Psikopat ya?"
"Tenang saja, mama saya cuma marah pasti sebentar lagi hilang. Dia hanya sedang kaget saja,"
"Idih, serem amat sih ancaman kakak! Yaudah kalau gitu antar gue pulang aja deh sekarang?"
"Iya saya antar, tapi sebelum pulang saya mau kasih sesuatu lagi sama kamu."
"Apa tuh?" kepo Adiva.
"Jaga diri kamu baik-baik ya, saya nggak mau kamu sampai jatuh sakit terus hari pernikahan kita tertunda dari jadwal yang udah ditentukan. Besok kita mendaftar ke KUA. Kalau boleh saya mau minta nomor rekening kamu?"
Adiva merasa bingung mau jawab apa, betapa malunya dia karena belum punya nomor rekening. Semua uang selalu dia simpan didalam lemari baju.
"Tapi..."
"Tapi apa?"
"Gue belum punya nomor rekening Kak!"
"Ya ampun, benar-benar malang, ketinggalan zaman ya kamu! Yaudah tunggu sebentar!"
Alzam mengambil uang lima juta rupiah dari dalam dompet mahalnya kemudian Alzam memberikan uang kes itu untuk Adiva.
"Uang untuk apa ini kak?"
"Untuk kamu beli baju, celana, yang lebih bagus dari yang kamu pakai sekarang. Saya tidak akan membiarkan penampilan kamu acak-acakan seperti itu! Bisa juga kamu gunakan untuk biaya isi bensin dan lain-lain, sebenarnya saya ingin transfer lima puluh juta untuk kamu tapi sepertinya kita harus bikin rekening dulu untuk kamu besok."
"Hah, lima puluh juta?"
"Nggak usah kaget gitu deh, uang segitu mah receh bagi saya. Ini sebagai bentuk rasa terimakasih saya karena kamu mau jadi istri saya."
Adiva menatap tidak percaya, dirinya akan dikasih uang sebanyak itu? Kaya mendadak! Sungguh rezeki nomplok pikir Adiva.
Adiva merasa terharu dengan kepedulian Alzam, Alzam peduli dan mau membantu banyak hal yang berarti. Ternyata dibalik sikap dinginnya itu, Alzam adalah laki-laki yang perhatian dan baik. Adiva yakin pasti kakaknya dulu sangat bahagia saat pernah menjadi istri dari seorang yang baik seperti Alzam ini.
"Kok diem aja? Yakin nih nggak mau terima uangnya?"
Adiva tersadar dari pikiran kagumnya lalu bergegas merebut uang lima juta yang diberikan Alzam.
"Kalau giliran uang aja gercep banget ya kamu?"
"Ya iyalah kak, uang gitu loh. Semua orang mah butuh uang kali."
Alzam justru merasa senang meski hanya di dalam hatinya saja, melihat si Adiva bukan orang yang jaim nggak mau menerima pemberian uang darinya padahal sejatinya dia membutuhkan karena keterbatasan ekonomi. Alzam suka tipe orang yang apa adanya seperti Adiva ini, meski dirinya tidak akan mungkin bisa mencintai Adiva, almarhumah Zahra tetaplah cinta sejatinya, selamanya.
Pernikahan yang akan ia lakukan dengan Adiva hanyalah pernikahan diatas kertas, tidak didasari rasa cinta sama sekali, hanya pernikahan untuk mencegah pernikahan lain yang tidak diinginkan.
"Adiva, sekali lagi saya mau bilang terimakasih ya karena kamu mau bantuin saya? Saya janji, selagi saya bekerja, saya akan berusaha selalu memenuhi kebutuhan hidup kamu selama saya mampu menghasilkan uang."
"Iya, beres ah," sahut Adiva sembari menghitung lembar demi lembar uang seratus ribuan.
"Yaudah, buruan antar gue pulang kak? Gue harus cuci baju-baju gue nih banyak banget yang numpuk dirumah!"
Dengan senang hati Alzam akan mengantarkan gadis berpenampilan semrawut itu pulang, bahkan dengan penuh perhatian Alzam membukakan pintu mobil untuk Adiva.
"Apaan sih kak gue bisa buka sendiri kali."
"Ya gak apa-apa, karena saya merasa sangat berterimakasih sekali sama kamu,ga ada salahnya saya manjain kamu."
"Awas loh nanti lama-lama baper, naksir aku beneran."
"Jangan geer kamu ya." kesal Alzam dan lagi-lagi mengacak rambut Adiva.
Adiva hanya bisa pasrah dan setelah itu giliran Alzam yang masuk kedalam mobil kemudian pergi melajukan mobilnya menuju ke rumah Adiva.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments