"Oke, saya janji akan membela dan melindungimu, di manapun kamu kalau ada yang mengganggu kamu, pasti kamu akan saya bela. Lagian siapa sih yang akan gangguin kamu? Yang ada mungkin kamu kali yang akan menjadi pengganggu nanti dalam rumah mama saya. Kamu pasti akan usil ke semua pembantu-pembantu mama saya dirumah. Kamu kan cewek barbar, hehehe"
"Hadeh, udah tahu barbar diajak nikah segala! Yaudah, gajadi nikah ka!"
Adiva ngambek dong juga berkacak pinggang. Alzam jadi merasa ceroboh dan bersalah karena sudah ngomong gitu didepan Adiva, padahal sebenarnya itu cuma candaan. Alzam harus merayu Adiva nih supaya nggak ngambek lagi. Alzam memejamkan mata penyesalan sejenak kemudian menyiapkan, Alzam akan mengeluarkan kata-kata yang manis untuk Adiva, siapa tahu Adiva jadi luluh kembali.
"Adivaku yang cantik? Maafin kakanda ya? Kakanda janji nggak akan nyinyirin Adiva lagi? Kamu adalah salah satu perempuan tercantik di dunia, yang pernah kakanda lihat loh. Siapapun pria yang menjadi suami kamu, dia adalah pria yang beruntung, termasuk juga kakanda." ucap Alzam berusaha merayu Adiva, namun aslinya Alzam sangat tidak ikhlas bilang begitu untuk Adiva.
"Sumpah lebay banget! Kakanda, kakanda, cuih." batin Adiva jijik.
Adiva terus berkacak pinggang sambil melirik sinis ke samping, ia yakin Alzam cuma pura-pura merayunya.
"Berhenti merayu gue! Apa yang kamu bilang itu hoax banget! Mana ada gue cantik, yang ada gue itu bertampang pas-pasan, jorok, dan juga bar bar. Tapi kalau soal kesetian, kakak ga usah meragukan gue deh, hehehe."
"Yaudah buruan kita fitting gaun pengantin! Nggak usah banyak ngoceh ya! Awas kalau nanti kamu berbuat ulah di tempat kamu akan fitting gaun, butik yang akan kita datangi nanti adalah butik nomor satu di Indonesia. Paling bergengsi!"
Adiva melotot kesal karena Alzam terus memarahi dan mengancamnya.
"Iya kakak bawel!" sahut Adiva kesal.
Alzam mengajak Adiva masuk kedalam mobilnya, akan segera pergi melaju menuju butik yang akan didatangi oleh Alzam. Sepanjang perjalanan menuju butik mereka berdua tampak terlihat canggung. Tidak ada obrolan sama sekali.
Adiva juga sedang memegang buket bunga dan coklat yang diberikan Alzam. Baru kali ini dirinya mendapat bunga dan coklat dari seorang laki-laki. Entah mengapa hatinya menjadi senang dan moodnya menjadi makin semangat karena pemberian kecil dari Alzam ini.
Adiva terus memandangi coklat dan buket bunga yang ia pegang dengan tatapan haru. Meski dirinya tomboy tapi naluri cewek tetaplah ada. Bunga yang indah ini sangat Adiva sukai hingga tak sadar Adiva menghirup aromanya dengan begitu menikmati.
"Katanya cewek tomboy, tapi suka bunga juga ya?" sindir Alzam mengejutkan Adiva.
"Hah?" sahut Adiva langsung melempar bunga itu ke jok belakang.
"Emang kenapa sih? Emang salah ya kalau gue cium-cium bunga?"
"Ya nggak salah sih, tapi ya heran aja lihat kamu cium-cium bunga. Kaya cewek feminim pada umumnya yang rata-rata suka sama bunga."
"Idih, cowok juga ada kali yang suka cium-cium bunga. Lagian lo segala hal tentang gue selalu aja lo bahas kak, kaya nggak ada bahasan lain gitu? CEO populer kok kepo bahas hal-hal receh sih."
"Diam deh, cuma kamu sepertinya perempuan yang berani ngoceh dan protes terus di depan saya! Diam atau kamu akan..."
"Akan apa ya kak!"
Alzam menepikan mobilnya sejenak kemudian Alzam menatap wajah Adiva tanpa berkedip. Dua detik kemudian Alzam mendekatkan wajahnya ke wajah Adiva yang tampak gugup karena perbuatan Alzam itu.
"Mau apa kamu kak?!" tanya Adiva sedikit membentak tapi juga takut, semakin gugup.
Alzam terus mendekat, wajah maskulin Alzam membuat Adiva bertambah gugup. Apakah hari ini, laki-laki didepannya yang akan mendapatkan ciuman pertamanya? Adiva memejamkan mata pasrah lalu...
"Mau lepasin shift bell kamu, kan kita udah sampai di butiknya."
Adiva menghembuskan nafas lega
"Hadeeh, kirain lu mau nodain kesucian bibir gue kak!"
"Geer banget ya kamu! Siapa juga yang tertarik sama bibir kering pecah-pecah itu!"
Bibir Adiva memang terlihat tidak merona dan cenderung pecah-pecah, karena Adiva adalah orang yang jarang minum, juga tidak suka memakai lipstik.
Alzam mencopot shift bell yang mengikat ditubuh Adiva kemudian menyuruh Adiva untuk segera keluar dari dalam mobil. Adiva melihat sebuah bangunan yang besar dan keren sekali. Itu adalah butik yang menyiapkan gaun pengantin. Baru kali ini dirinya akan masuk ke tempat yang semewah ini menjual pakaian. Yang Adiva tahu dulu kakaknya juga pernah diajak ke butik mewah. Zahra pernah menceritakan waktu ia akan menikah dengan Alzam dulu.
Alzam dan Adiva berdiri berjejeran sebelum masuk kedalam butik, Adiva bertanya...
"Kak, apakah ini butik yang sama waktu dulu kak Zahra fitting gaun pengantin?"
Alzam diam saja, wajahnya malah tampak sedih. Adiva melihat ke wajah laki-laki gagah yang berada di sampingnya itu, air mata mengalir di wajah tampannya.
"Maafin gue ya kak? Gue udah membuka ingatan akan kenangan indah bersama kak Zahra dulu, maafin gue?" lirih Adiva merasa bersalah sembari memegang bahu Alzam. Adiva juga merasa sedih kalau ingat kakaknya.
Alzam tidak menjawab lirih Adiva, Alzam malah berjalan masuk duluan ke dalam butik. Melihat Adiva yang masih saja berdiri mematung disisi mobil, Alzam kesal melirik ke Adiva, kode buat dirinya untuk segera mengikuti langkahnya menuju kedalam butik.
Adiva dan Alzam sama-sama masuk kedalam butik, sebelum masuk tadi mereka sudah disambut dengan ramah oleh satpam penjaga, Adiva heran bahkan satpam itu tadi sempat-sempatnya mau minta foto sama CEO Alzam.
"Wah, keren banget butiknya!" teriak Adiva yang membuat semua pengunjung jadi menoleh ke Alzam dan Adiva. Bahkan sebagian dari mereka ada yang tersenyum mungkin mereka berpikir sikap Adiva yang norak, seperti baru pertama kali masuk kedalam butik mahal.
"Jangan malu-maluin saya ya! Kamu harus elegan, mengerti! Jangan bersikap norak!" bisik Alzam di kuping Adiva, Adiva merasa geli karena hal itu.
Adiva memanyunkan wajahnya kemudian Alzam membawa Adiva bertemu sang pemilik butik.
"Selamat siang Dince?" sapa Alzam.
Dince sang pemilik butik yang melambai dan sok cantik itu terkesima melihat Alzam datang.
"Wah, suatu kebanggaan bagi butik kecil saya kedatangan calon suami, eh maksudnya pak Alzam. Seorang yang luar biasa sekali seperti Pak Alzam ini? Ada perlu apa ya pak datang kesini, hmm apa mau lamar dince? Hehehe,"
"Dince, saya ingin penampilan dan gaun yang terbaik buat calon istri saya ini?" titah Alzam seraya merangkul bahu Adiva. Adiva merasa risih dibuatnya.
Namanya Dince, tapi itu bukanlah nama aslinya. Dince memperhatikan dengan seksama penampilan Adiva dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
"Mungut mbak ini dimana ya pak Alzam? Penampilannya si mbak terlihat tidak sopan dipandang mata. Mbak namanya siapa?" nyinyir Dince lanjut bertanya.
Dince tampak ilfil melihat penampilan Adiva yang sangat semrawut. Tapi Adiva lebih ilfil lagi lihat Dince.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments