Mirnawati Datunsolang, adalah seorang wanita berdikari sejak ia menjajaki masa keemasannya. Sejak muda ia memilih jalan politik dan bergabung dengan sebuah partai politik, menyuarakan isu-isu yang membuat rakyat mempercayakan masa depan kehidupannya dibahu wanita enerjik itu.
Mirnawati memang bukan wanita sempurna, namun ia berupaya membawakan aspirasi pendukungnya dan sebagian lain dari oposisinya menjadi kenyataan sehingga mereka mengetahui sehebat apa kapasitas wanita itu.
Hingga saat ini, sebagai seorang anggota legislatif dalam komisi bidang ekonomi, berhasil menekan harga-harga barang kebutuhan rakyat yang dimainkan para spekulan di pasar-pasar sehingga makin menaikkan prestisenya.
Banyak rakyat yang menggadang-gadangkan dia sebagai calon walikota menggantikan walikota saat ini yang sedikit lagi berakhir masa pemerintahannya. Namun Mirnawati hanya merespon reaksi masyarakat dengan senyum dan kata-kata diplomatis. Wanita itu memang pandai memainkan kartunya.
Dalam rumah tangga, ia adalah seorang ibu yang berdedikasi tinggi melayani suami dan anak-anaknya. Suaminya, adalah seorang pensiunan pegawai pertanian dan memanfaatkan kehidupan purnatugasnya mendalami pengelolaan perkebunan holtikultura yang menjadi gairahnya selama ini. Dengan uang pesangon yang besar, sebab ia seorang berpangkat Pembina Ahli saat mengajukan permohonan pensiun, digunakannya membeli beberapa bidang tanah di wilayah Boalemo dan Pohuwato kemudian mengolahnya menjadi perkebunan. Dengan kegemarannya itu menjadikan sang suami banyak menghabiskan waktunya di dua wilayah itu, mengurusi perkebunannya.
Mirnawati tak begitu mempermasalahkannya. Sang suami memang seorang pekerja keras yang pantang dihinggapi post power syndrome dan dia juga seorang sosok yang setia pada pasangannya. Waktu telah membuktikannya.
Kedua anaknya, Arya dan Anya kini meniti karir dan sukses dibidangnya masing-masing. Arya menekuni sebuah bidang enterpreneurship yang bergerak dibidang jasa konsultan, sebab ia lulusan sebuah universitas yang membidangi salah satunya bidang arsitektur dan teknik sipil. Adapun Anya tidak keberatan mengenyam ilmu di sekolah kedinasan. Alih-alih mengenyam pendidikan di sekolah kedinasan yang umum diincar oleh kalangan muda, dia malah memutuskan menuntut ilmu di Politeknik Siber dan Sandi Negara yang berlokasi di Kota Bogor.
Perempuan itu sudah memasuki tingkat akhir dan sedikit lagi akan menjalani magang di Depok sebagai seorang aparat pengamanan sandi negara. Sesekali ia menghubungi orang tuanya via ponsel untuk memberikan kabar terbaru dalam kesehariannya.
...*****...
Arya lagi-lagi pusing sendirian. Tawaran ibunya untuk melakukan kencan buta berdenging lagi diruangan itu.
"Mama cuma nggak mau kamu telat nikah." ungkap Mirnawati yang masih menatap Arya yang duduk menunduk di sofa keluarga itu. "Usiamu itu sudah kelewat. Sebentar lagi mau kadaluarsa. Kamu nggak malu, diusia setua ini baru dapat istri?"
Arya menegakkan wajahnya dan memberikan senyum teduh. "Ya, nggak maulah, Ma..."
"Ya, makanya ikut saja keinginan Mama." pungkas Mirnawati menekankan katanya. "Mama punya kolega, anaknya perempuan, cantik. Nanti Mama hubungi dia untuk memperkenalkan anaknya sama kamu."
"Ma... jangan bikin Arya jadi seperti barang undian dong." rajuk Arya. "Arya masih bisa cari perempuan kok."
"Mana? Mana buktinya?" tantang Mirnawati.
"Ini Arya lagi sementara nyari, Ma." tandas Arya.
"Alah!!! Mama nggak percaya!" tukas Mirnawati menyela putranya. Tak lama kemudian ponselnya berbunyi. Wanita itu melihat layar gawainya dan sejenak senyumnya terbit.
"Dari Papa ya?" tebak Arya juga dengan senyum.
"Urus saja urusanmu itu!" tukas Mirnawati sembari menekan tombol penjawab.
📲 "Halo? Assalamualaikum...." sapa Mirnawati dengan lembut.
📲 "Wa alaikum salam." terdengar balasan dari seberang sana. Nada bariton seorang lelaki sejati. "Wololo habari Mama liyo?"
📲 "Alhamdulillah, seha-sehati. Waw ti Papa liyo olo seha-sehati tetomola to?" tanya Mirnawati lafi sambil duduk di sofa.
📲 "Alhamdulillah... watiya bo mo ngohi habari, lapata'o mo beresi urusani to Duhiada'a, watiya mam hualingo ti bele ami dulota." ujar lelaki itu.
📲 "Alhamdulillah wonu odito keputusan olando. Po huwalingolo lapata'o mongurusani huta teto ma'o." jawab Mirnawati dengan senyum.
📲 "Waw te Utu? Wololo? ma lo tapu hialo tiyo ti?" tanya lelaki itu.
📲 "De pobisala to oliyo." pinta Mirnawati, "Mungkin bo kata-kata li Papa liyo o dungoheliyo."
Wanita itu kemudian menyodorkan ponsel itu ke arah Arya yang memasang senyum masam karena pasti, sang ayah pun akan menjadi meminta hal yang sama dan ia bingung untuk menjawabnya.
Arya menerima ponsel itu dan memulai percakapan.
📲 "Halo..." sapa Arya.
📲 "Arya... kamu sudah perhitungkan tawaran Mama, nak?" tanya lelaki itu.
📲 "Sedikit lagi, Pa. Sedikit lagi." ujar Arya.
📲 "Tidak ada lagi kata sedikit lagi." pungkas lelaki itu membuat Arya tanpa sadar mengencangkan rahangnya dan itu tak lepas dari pengamatan ibunya.
📲 "Besok Papa pulang." tandas lelaki itu. "Berarti kamu punya waktu sehari untuk mencari calon mantu keluarga kita. Lusa, kalian berdua menghadap kesini."
📲 "Tapi Pa..." protes Arya.
📲 "Lakukan tugasmu, nak!" ujar lelaki itu. "Serahkan ponselnya ke Mama."
Arya menyerahkan gawai itu ke tangan ibunya. Mirnawati mengambilnya.
📲 "Sudah kuberikan dia dua hari mulai saat ini, untuk menemukan calon mantu kita." ujar lelaki itu. "Mama tak usah kuatir lagi. Jika dalam dua hari ini, dia tak mampu menjalankan tugasnya, dia harus menerima calon istri yang kita ajukan."
Mirnawati sengaja mengeraskan volume gawai itu agar Arya mendengarnya. Lelaki itu hanya bisa mengencangkan kembali rahangnya mendengar keputusan yang diambil ayahnya secara sepihak.
📲 "Ya, Mama setuju dengan hal itu, Pa." respon Mirnawati membuat Arya makin terlihat kesal, namun tak bisa mengemukakan protesnya lagi.
📲 "Oke, Mama tunggu Papa besok." ujar Mirnawati kemudian menyudahi pembicaraan seluler itu lalu tersenyum puas.
"Nah, kau dengar itu Arya?" ujar Mirnawati, "Lusa, Mama sudah harus lihat siapa calon mantu Mama."
Wanita itu meninggalkan Arya di ruang keluarga, sedang lelaki berusia dua puluh delapan tahun itu hanya bisa menggeram karena tak mampu menyanggah perintah ibunya.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments