Kamala menatap lama kearah Arya. Lelaki itu merasa dirinya ditelanjangi dengan tatapan sedemikian itu. Arya menjadi canggung. Ia tak mengalami hal itu dan ini adalah yang pertama kalinya.
Arya mendehem menghilangkan kecanggungan. Kamala juga memperbaiki sikapnya dan memandang lelaki itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak Presdir?" tanya Kamala dengan santun namun terlihat begitu santai.
"Panggil saja namaku." ujar Arya. "Kau sudah tahu siapa aku, kan?"
Kamala memperbaiki gaya duduknya lagi lebih anggun lalu mengangguk. "Ada yang bisa saya bantu, Pak Arya?" tanya wanita itu dengan lembut.
"Laila merekomendasikan kamu kepadaku. Menurutnya, kamu bisa memahami masalah saya dan dapat memberikan solusi." jawab Arya yang kali ini duduk lebih santai.
Kamala mengangguk-angguk. Arya memajukan punggungnya. "Kamu dapat membantuku?"
"Tergantung masalahnya seperti apa." jawab Kamala. "Setiap masalah memiliki cara tersendiri untuk menyelami dan menemukan titiknya lalu membahasnya untuk menemukan solusi."
Arya mengangguk. "Haruskah aku menceritakannya?" pancingnya.
"Itu memang kewajiban anda, Pak Arya." ujar Kamala. "Bagaimana saya bisa menyelami dan menemukan titik masalahnya jika anda tak membeberkan kisah anda?"
"Tapi..." gumam Arya dengan ragu.
"Saya orang yang profesional, Pak." tandas Kamala dengan wajah agak kesal meski tersembunyi dari raut wajahnya yang masih penuh dengan senyuman. "Rahasia dari klien selalu terjaga dengan baik. Bapak nggak usah kuatir."
"Baiklah... aku percaya kepadamu." ujar Arya pada akhirnya.
"Itu awal yang bagus." ujar Kamala separuh menyindir. "Silahkan duduk disana." pinta Kamala seraya menunjuk pada sebuah kursi panjang yang bisa digunakan kaki untuk berselonjor.
Arya bangkit dari sofa dan duduk dikursi tersebut kemudian merebahkan punggung dan kepalanya pada sandaran kursi yang empuk.
Kamala ikut bangkit dari sofa lalu mengambil sebuah kursi dan meletakkannya di sisi kursi panjang tersebut. Wanita itu juga mengambil beberapa lembar kertas yang ditempelkan pada clipboard. Kamala meletakkan benda itu disebuah nakas dekat kursi duduknya.
"Anda sudah siap, Pak Arya?" tanya Kamala.
"Memang, kamu akan melakukan apa terhadapku?" tanya Arya.
Kamala tersenyum, "Aku akan melakukan terapi hipnosis kepada anda. Hal ini penting untuk mengeluarkan kejujuran dalam setiap keterangan yang anda ucapkan."
"Kamu nggak percaya padaku?" tanya Arya dengan alis berkerut.
Kamala sekali lagi tersenyum. "Selain itu, terapi hipnosis akan membuat anda serasa rileks." jawabnya kemudian menggoda setengah mengolok. "Anda nggak usah kuatir. Saya nggak akan menghipnosis anda dengan tujuan yang negatif. Tolong hilangkan prasangka buruk itu, Pak."
Arya hanya bisa tersenyum masam dan Kamala mengeluarkan sebuah rantai berbandul.
"Silahkan anda menatap bandul ini." ujar Kamala memerintah. "Dan santailah, pak."
Arya mulai memandangi bandul yang bergerak kesana-kemari dengan ritme yang jelas. Perlahan matanya mulai memberat. Makin lama makin berat dan akhirnya Arya merasai matanya mengantuk.
"Tidurlah, Pak.... tidurlah...." ujar Kamala dengan lembut dan kemudian menjentikkan kedua jemarinya.
SNAP!!!!!
Arya tertidur. Kamala tersenyum lalu menyimpan rantai berbandul tersebut. Ia kemudian mengambil lembaran-lembaran catatan dalam clipboard tersebut dan mulai melakukan kegiatan terapis.
"Hari ini anda tidur dengan nyenyak, Pak. Namun anda akan menjawab apapun yang saya tanyakan." ujar Kamala. "Anggukkan kepala anda jika anda mendengar apa yang saya katakan."
Arya menganggukkan kepala dengan pelan. Kamala ikut mengangguk.
"Sekarang.... ceritakanlah apa yang membuat anda galau." pinta Kamala.
Maka meluncurlah kalimat demi kalimat dari bibir Arya. Sesekali Kamala mencatat apa yang dikatakan Arya.[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
anggita
like👍 nancap..
2022-10-22
0