“Yah ...,” keluh Dian dengan ekspresi wajah kecewa, hal itu karena saat ini Tristan sudah berganti pakaian, Tristan saat ini menggunakan setelan piyama berwarna biru
, itu artinya Tristan sudah mandi di tempat lain, khayalan Dian tentang melihat tubuh Tristan yang hanya menggunakan handuk sudah sirna.
Sambil mendorong troli makanan, Tristan melihat ekspresi wajah Dian yang kecewa, Tristan sendiri bingung apa yang membuat Dian terlihat kecewa.
“Dian, sebaiknya kamu makan dulu sebelum tidur,”ucap Tristan melihat Dian yang sedang baring di tempat tidur dan telah menggunakan selimut, Tristan berpikir jika Dian sudah bersiap untuk tidur, sedangkan setelah kejadian tadi, Dian belum sempat mengisi perutnya.
Ketika bertemu manajemen hotel, Tristan langsung diajak makan malam bersama, orang-orang itu juga ingin mengundang Dian yang datang bersama Tristan, namun Tristan mengatakan jika Dian sedang tidak enak badan.
Dian tersenyum, dia lalu bangun dan duduk di tempat tidur. “Beginikah rasanya memiliki pasangan yang tampan dan perhatian?” gumamnya dalam hati.
“Setelah makan kamu bisa beristirahat, jika kamu butuh sesuatu kamu bisa menghubungiku, kamarku berada tepat di depan kamar ini,” ucap Tristan.
“Apa ..! di kamar sebelah ?!” sahut Dian dalam hati. Satu persatu khayalan di kepalanya terbang pergi menjauh. Dian segera berpikir keras agar Tristan mau menginap di kamar ini.
Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya, “Saatnya menggunakan itu,” ucapnya dalam hati.
“Aduh ... kepalaku ....” Setelah mengatakan itu Dian menjatuhkan badannya kembali di tempat tidur.
“Dian!” sahut Tristan yang langsung berlari ke arah Dian. “Ada apa?” tanya Tristan sambil menyentuh dahi Dian dengan telapak tangannya.
“Kepalaku terasa sakit," ucap Dian sambil sengaja membuat suaranya terdengar kesakitan.
“Tunggu akan ku panggil kan dokter,” Balas Tristan yang terlihat panik.
Dian langsung menarik tangan Tristan yang hendak keluar kamar. “Tidak usah Pak ... mungkin setelah makan akan sedikit baikan." Dian menahan Tristan karena takut aktingnya akan ketahuan jika dokter benar-benar datang memeriksanya.
Tristan mengangguk, dia mengangkat kepala Dian yang sedang baring dengan lembut, lalu menyusun beberapa bantal di headboard tempat tidur. Setelah itu dia menyandarkan Dian disitu, kini posisi Dian sedang duduk bersandar di bantal yang tadi di susun oleh Tristan.
Dian tidak menyangka Tristan akan melakukan itu, saat ini adegan di salah satu film drama yang pernah dia tonton benar-benar terjadi kepadanya. Dan yang lebih membuatnya bahagia karena setelah itu Tristan mengambil makanan yang berada di Troli, dia lalu duduk di samping Dian, dan mulai menyuapi Dian.
Tristan menyuapi Dian sambil sesekali meletakkan telapak tangannya di dahi Dian.
Sambil disuapi oleh Tristan Dian terus melihat wajah Tristan. Dia terus berusaha menahan ekspresi bahagianya.
“Wanita mana yang tidak akan salah paham jika diperlakukan seperti ini,” ucap Dian dalam hati. Dian juga merasa jika Gea benar-benar sangat beruntung mendapatkan calon suami seperti Tristan.
“Pak Tristan, bisakah kamu tidur disini malam ini?” dengan ekspresi memelas, Dian memegang tangan Tristan dengan kedua tangannya.
Sebenarnya Tristan memang sudah berniat tidur sekamar dengan Dian, karena takut Dian melukai dirinya akibat trauma yang tadi dia alami, namun setelah melihat kondisi Dian yang sudah lebih baik. Tristan pun segera meminta agar disiapkan satu kamar lagi untuk dia tempati.
Mendengar permintaan Dian barusan, Tristan berpikir jika memang Dian sedang butuh seseorang untuk mendampinginya.
“Baiklah,” balas Tristan sambil tersenyum.
Mendengar jawaban Tristan, kini Dian harus berusaha lebih keras menahan dirinya agar tidak tersenyum bahagia, hal itu membuat bibirnya terlihat bergetar karena menahan senyumnya, dan akhirnya membuat ekspresi wajahnya terlihat sedikit aneh. Jika saja Tristan tidak disini, dia pasti saat ini sudah berguling-guling di atas tempat tidur sambil meneriakkan Yes.
Tristan tentu saja dapat melihat ekspresi wajah Dian yang terlihat aneh, namun dia kembali berpikir positif dan terus menyuapi Dian.
Setelah selesai makan, Tristan membantu Dian kembali baring di tempat tidur. Dia juga membungkus badan Dian dengan selimut. Setelah itu dia menuju ke sofa yang berada cukup jauh dari tempat tidur. Sebelum tidur Tristan memutuskan untuk bersantai sambil menonton Televisi.
Di samping televisi terdapat sebuah standing mirror atau cermin berdiri yang mengarah ke tempat tidur. Ketika sedang menonton TV, secara tidak sengaja Tristan melirik Dian dari cermin itu, Tristan sedikit kaget dan tertawa dalam hati ketika melihat Dian.
“Ternyata aku dikerjai,” ucap Tristan dalam hati.
Dian terlihat berguling-guling dengan Bahagia di tempat tidur, sambil sesekali menutup wajahnya dengan selimut. Karena letak sofa cukup jauh dan suara televisi cukup besar, Dian merasa tidak akan ketahuan ketika mengekspresikan rasa bahagianya yang sudah dia tahan sejak tadi. Karena terlalu bahagia Dian tidak menyadari, jika tingkahnya sudah dilihat oleh Tristan.
Tristan tentu saja tidak mempermasalahkan hal tersebut, dengan melihat Dian yang sudah sehat dan merasa baikan, itu juga sudah membuatnya ikut tenang.
“Aduh kepalaku ...,” ucap Dian yang kembali berakting.
Tristan kembali tertawa dalam hati, “Baiklah akan aku kerjai balik”
“Ada apa Dian?” sambil menoleh ke arah Dian Tristan memasang ekspresi wajah panik.
“Uhuk, uhuk ....” Dian batuk sambil memegang kepalanya. Matanya menyipit dan melirik Tristan yang menurutnya sudah kembali terjebak.
“Batuk? Bukankah itu berlebihan, itu tidak ada hubungannya dengan trauma kan?" Tristan hampir tertawa lepas ketika Dian akting batuk, sakit kepala dan demam mungkin masih wajar jika dikaitkan dengan trauma yang baru saja dia alami, tapi batuk yang tiba-tiba ini terdengar sangat lucu bagi Tristan.
“Sepertinya Dian menggunakan referensi film yang salah untuk aktingnya kali ini,” gumam Tristan dalam hati.
Tristan menghampiri Dian di tempat tidur, dia mulai memijat kepala Dian dengan lembut, Tristan memutuskan untuk mengikuti alur cerita drama yang dibuat oleh Dian.
“Pak Tristan … uhuk!” Dian menepuk tempat tidur disisi kirinya meminta Tristan untuk naik di tempat tidur.
Dian tahu jika Tristan tidak akan melakukan hal tidak senonoh kepadanya, Tristan bahkan sudah memesan kamar lain, namun hari ini Dian hanya ingin Tristan tidur di sampingnya, baginya itu akan menjadi kenangan yang paling indah.
Tristan mengikuti instruksi dari Sutradara Dian, dia naik ketempat tidur dan baring sambil menghadap ke arah Dian, begitu pula dengan Dian yang langsung menghadap ke arah Tristan ketika Tristan sudah baring di sampingnya.
“Baiklah akan aku kerjai kamu,” gumam Tristan dalam hati.
Tristan mulai membuka satu-persatu kancing baju piyamanya Dia lalu menatap wajah Dian. “Dian kamu cantik sekali malam ini,” ucap Tristan. Setelah mengucapkan itu Tristan melempar piyamanya ke lantai.
Dian langsung terkejut melihat Tristan yang melakukan itu. Saat ini Dian bisa melihat tubuh atletis Tristan yang tadi dia khayalkan. Wajahnya mulai kemerahan.
Tristan menyentuh dagu Dian dan menatap mata Dian, wajah Tristan mulai mendekat, Dian yang diperlakukan seperti itu langsung melupakan akting sakit kepalanya dan akting batuk ala film drama yang tadi dia mainkan.
Dian terhipnotis, Dian kembali mengingat beberapa adegan film yang pernah dia tonton, apa yang Tristan lakukan saat ini mirip dengan film itu, dan Dian tahu setelah ini akan terjadi hal yang sangat romantis.
Setelah wajah Tristan berada tepat di depan wajah Dian, Tristan berkata. “Dian apakah kamu tahu jika di samping TV ada cermin berdiri yang mengarah ke tempat ini?” tanya Tristan dengan nada lembut.
Dian mengangguk pelan, tanda bahwa dia mengetahui hal tersebut.
“Apakah kamu tahu sewaktu kamu tadi berguling-guling di tempat tidur aku bisa melihatmu dari cermin itu?” tanya Tristan dengan Romantis sambil menatap mata Dian dengan serius.
“eh, ...,” desah Dian.
Dian langsung menutup wajahnya dengan selimut karena terlalu malu, Dian tidak menyangka jika aktingnya sudah ketahuan oleh Tristan.
“Hahahaha, sudah jangan berpikir macam-macam lagi, aku tidak akan marah hanya karena hal itu, mampu melakukan hal seperti itu menandakan bahwa kamu sudah baik-baik saja, dan tentu saja itu membuatku merasa lega,” kata Tristan.
Dian membuka selimut yang menutupi wajahnya lalu berkata. “Pak Tristan, terima kasih untuk hari ini.” Dengan wajah yang menjadi merah karena malu , Dian mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Tristan.
Hari ini Tristan sudah membantunya untuk melakukan Transaksi dengan nilai Fantastis, Tristan juga sudah menolongnya dari Cakra, dan sekarang Tristan bahkan menjaga dan merawatnya ketika dia merasa hancur, bahkan Tristan menerima permintaan egoisnya untuk tinggal menemaninya malam ini.
Tristan tersenyum lalu mengelus rambut Dian, “Itu sudah menjadi tugasku, istirahatlah, hari ini kamu sudah melalui hari yang sulit.“
Dian mengangguk pelan, setelah itu Tristan kembali menuju sofa yang berada di depan TV.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Anggra
wihhhh...cakep bgt Tristan ..pantes pd klepek" tuh cewek" yg dkasih perhatian sm Tristan
2022-05-19
2
Author yang kece dong
aku mampir kakak
2022-05-09
2