Bab 2 : Aku Sudah Menjadi Bantal Tidurmu

Tisya terus tenggelam dalam kesedihan, air matanya tidak berhenti mengalir, hari ini menjadi hari yang sangat berat untuknya, tanpa sadar kepalanya kini ia sandarkan di dada Tristan, entah mengapa Tisya merasa nyaman dengan hal itu, dia merasakan kehangatan yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

Pria yang jauh lebih muda darinya sangat terlihat dewasa, tutur kata dan sikapnya yang lembut sangat berbeda dengan pria seumuran Tristan yang pernah dia jumpai, jangankan yang seumuran Tristan, bahkan pria yang seumuran dirinya saja sangat jarang ditemui ada yang bisa bersikap seperti Tristan.

Tristan pun tidak terlalu mempermasalahkan ketika Tysa bersandar di dadanya.

Setelah menangis, mata Tisya terasa berat, rasa kantuk datang menghampirinya beberapa saat kemudian Tysa akhirnya tertidur.

"Tysa ... Tysa ...." Sayup-sayup terdengar suara seseorang memanggil namanya.

Ketika Tiysa membuka mata, dia langsung terkejut dan panik, karena saat ini wajah Tristan sangat dekat dengan wajahnya.

Sejak bertemu Tristan, Tisya tidak pernah memperhatikan wajah Tristan dengan baik, baru saat ini dia dapat melihat wajah pria yang sudah menolongnya dengan sangat jelas.

Pupil mata Tristan terlihat sangat indah, berwarna biru gelap bukan berwarna hitam atau coklat gelap seperti pria di Indonesia.

"Tampan sekali ...," puji Tiysa dengan suara berbisik. Tisya tanpa sadar memuji ketampanan Tristan.

"Terima kasih Nona Tisya, aku hanya ingin memberitahu jika kita sudah tiba di Rumah Sakit Cipta." Tristan membalas pujian dari Tisya sambil tersenyum.

Mendengar ucapan dari Tristan, Tisya menunduk malu tak berani menatap wajah Tristan lagi, dia juga baru sadar jika dirinya tadi tertidur dalam dekapan Tristan, Tisya mulai terlihat panik apalagi ketika menyadari ternyata tangan Tristan masih berada di pundaknya.

"Ah ... maaf ...," ucap Tiysa dengan gugup sembari memperbaiki cara duduknya.

Tristan tersenyum melihat tingkah Tisya, dia tidak menyangka jika gadis yang tadi menangis dan berani melawan bosnya ini , kini terlihat seperti anak kecil yang gelagapan karena ketahuan telah berbuat salah.

Tristan lalu membuka pintu dan turun dari mobil, dia juga membantu Tisya yang masih terlihat kesakitan karena insiden tadi.

Mereka berdua bergegas ke resepsionis Rumah Sakit Cipta, Tisya langsung menanyakan keadaan ayahnya kepada petugas yang berjaga.

Petugas menjelaskan jika Ayah Tiysa yang bernama Bimo Harsa saat ini berada di ruang ICU, Petugas tadi menambahkan jika keadaan ayahnya tidak dalam kondisi yang berbahaya.

Mendengar itu akhirnya Tiysa dapat bernafas lega, dia lalu meminta izin kepada Tristan untuk menemui ibunya.

Tristan tersenyum dan mengangguk mempersilahkan Tisya untuk bertemu keluarganya. Baru beberapa langkah berjalan Tisya tampak menyadari sesuatu yang penting.

Tisya langsung berbalik dan kembali ke Tristan, dia lalu mengulurkan tangannya kepada Tristan.

"Umm ... maaf aku belum mengetahui namamu, aku ... aku Tisya Utari Harsa." Tisya memperkenalkan dirinya dengan tersipu malu dan terbata-bata karena tersadar jika dia sama sekali belum mengetahui nama pria yang sudah menolongnya.

Mendengar hal itu Tristan tertawa. "Nona Tisya bukankah ini sedikit terlambat? Kamu bahkan sudah menjadikanku bantal tidur."

Tristan membalas Tisya sambil sedikit bercanda, tentu saja itu membuat Tisya semakin salah tingkah dan semakin tidak berani menatap mata Tristan.

"Aku Tristan Pratama, salam kenal Nona Tisya," ucap Tristan disertai senyuman di wajahnya.

Sambil bersalaman mereka memperkenalkan diri satu sama lain, Tristan juga mengingatkan Tisya untuk memeriksakan kondisinya ke dokter.

Setelah mengetahui nama dari pemuda yang telah menolongnya Tisya kembali izin pamit untuk bertemu dengan Ibunya, tak lupa Tisya juga mohon pamit kepada Haris yang juga ikut turun menemani mereka.

Tisya sudah sampai di depan ruang ICU Rumah Sakit Cipta, di sana Tisya melihat ibunya, Kirana Harsa yang menunggu dengan cemas, wajahnya tampak lelah sudah beberapa hari ini Kirana kurang tidur karena mengurus suaminya yang sakit.

"Ibu ...," ucapnya lirih. Dia mempercepat langkah menuju Ibunya.

Ibu Tisya langsung bangun dari duduknya ketika mendengar suara anak gadisnya memanggil. Tisya memeluk ibunya dan bertanya keadaan ayahnya.

Ibu Tiysa menjelaskan jika ayahnya masih tidak sadar, dan perlahan kondisinya sudah membaik, namun dokter menyarankan jika ayah Tisya secepatnya melakukan operasi cangkok ginjal (transplantasi ginjal), apalagi beberapa hari yang lalu pihak Rumah Sakit mendapat kabar jika ada seorang pendonor yang bersedia mendonorkan ginjalnya.

Keluarga Tisya saat ini berada dalam keadaan yang sulit, semenjak ayahnya sakit, bisnis keluarga mereka berantakan, ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal akut dan itu membuat ayahnya harus melakukan cuci darah secara rutin.

Pagi ini, ayah Tisya tiba-tiba tidak sadarkan diri, yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Walaupun sudah ada pendonor, itu tidak semata-mata menyelesaikan masalah, biaya untuk operasi cangkok ginjal mencapai 250 Juta sampai 400 Juta, dengan kondisi ekonomi keluarga Tisya yang sekarang tentu saja nominal biaya operasi itu sangat besar.

"Ibu tidak usah memikirkan itu, aku akan mencari cara agar ayah dapat dioperasi secepatnya."

Tisya berusaha meyakinkan ibunya yang terlihat lelah dan juga cemas. Walaupun Tisya sendiri bingung di mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu, setidaknya dengan bersikap tenang dia bisa membuat ibunya tidak semakin terbebani.

"Iya nak, aku percaya padamu." Tentu saja Ibu Tisya menyadari jika putrinya hanya berusaha bersikap tenang di hadapannya, Ibu Tisya juga tidak mau terlihat semakin menyedihkan dengan terus cemas dan panik di hadapan putri tercintanya ini.

Mata Ibu Tisya kini tertuju pada perban yang membalut tangan putrinya.

"Tisya kenapa tanganmu ...." Wajah Ibu Tisya terlihat panik setelah melihat perban putih yang membalut tangan putrinya.

"Tidak apa-apa Ibu ini hanya luka kecil." Tisya menjawab pertanyaan ibunya tanpa menyebut kecelakaan yang menimpanya, dia tidak mau menambah beban pikiran Ibunya.

"Kamu yakin? apakah perlu diperiksa ke dokter? bagaimana bisa kamu mengendarai motor dari Jakarta ke Bogor dengan tangan seperti itu?"

Ibu Tisya kembali bertanya, khawatir jika luka yang diderita anaknya lebih parah dari kelihatannya, apalagi ibunya tahu tidak mudah bagi seorang gadis menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan menggunakan sepeda motor.

"Tidak usah ibu... ,tadi di kantor ada sedikit insiden kecil, lagian aku tidak menggunakan motor kesini, aku diantar oleh Tristan." Tanpa sadar Tisya menyebut nama Tristan di depan ibunya.

"Oh, Tristan..., siapa dia?" Dengan sedikit terkejut dan menggunakan nada menggoda, Ibunya bertanya tentang pemuda yang namanya baru saja disebut oleh anaknya.

Kirana sangat mengenal anaknya, dia tahu jika Tisya tidak pernah sama sekali dekat dengan pria, Tisya selalu memikirkan pendidikan dan karir jadi sangat mengejutkan saat Tisya menyebut nama seorang pria.

Tisya sontak kaget ketika ibunya bertanya tentang Tristan, dia tidak sadar sudah menyebut nama Tristan dengan santainya, wajahnya tersipu malu.

"Itu ... umm ... teman, Bu, iya teman ...." Dengan gugup Tisya menjawab pertanyaan ibunya, matanya menatap ke plafon rumah sakit seakan-akan di plafon rumah sakit itu ada jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan ibunya.

Melihat tingkah lucu anaknya Ibu Tisya tertawa. "Ya sudah ... nanti kamu harus mengenalkan Bbu ke temanmu yang bernama Tristan, dia sudah sangat baik mengantar kamu sampai disini."

"Iya Ibu sayang...." Jawab Tisya dengan manja kepada ibunya.

Tisya dan ibunya kembali melanjutkan pembicaraan mereka dengan suasana hati yang sedikit lebih baik.

"Pak Haris." Tristan memanggil Haris yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Iya tuan muda," balas Haris sambil berjalan mendekat ke arah Tristan.

"Coba cari tahu keadaan ayah Tisya ke pihak Rumah Sakit, sekalian titip pesan ke Tisya melalui petugas jaga jika besok malam kita akan kembali ke sini."

"Siap tuan muda," jawab Haris yang langsung melaksanakan perintah dari Tristan.

Setelah menyampaikan itu kepada Haris, Tristan menuju halaman depan rumah sakit, beberapa saat kemudian Haris sudah menyelesaikan tugasnya, Haris segera mengambil mobil yang berada di parkiran dan menjemput Tristan yang menunggu di depan pintu masuk lobi Rumah Sakit, setelah Tristan naik tak berselang lama mobil mereka meninggalkan Rumah Sakit Cipta.

"Jadi informasi apa yang kamu dapat dari Rumah Sakit." Tristan bertanya kepada Haris sambil menatap langit yang sudah terlihat mendung.

"Ayah Nona Tisya menderita gagal ginjal yang sudah cukup parah, dokter mengatakan jika Ayah Nona Tisya harus segera melakukan operasi, kebetulan beberapa hari yang lalu Rumah Sakit Cipta mendapat kabar ada pendonor yang bersedia. Namun sepertinya kondisi ekonomi keluarga Nona Tisya sedang tidak baik, hal itu yang membuat operasi belum dilakukan, jadi apa perintah tuan muda?"

Haris sudah mengerti setelah menyampaikan informasi, Tristan pasti akan langsung meminta Haris untuk bertindak, oleh karena itu dia langsung menanyakan kepada Tristan instruksi selanjutnya.

"Kalau begitu urus semua biaya rumah sakit dan minta dokter untuk segera melakukan operasi, dan untuk masalah Yono tadi, buat dia agar menghormati Tiysa, aku tidak mau kejadian serupa kembali terjadi," balas Tristan.

"Siap Tuan Muda," jawab Haris singkat.

Ketika menoleh ke tempat di mana Tisya tadi duduk, Tristan melihat Jaket biru gelap yang tadi dikenakan Tisya.

Karena tadi terburu-buru dan cemas Tisya lupa mengambil jaketnya, Tristan lalu meraih jaket yang berada di sampingnya.

Tak sengaja tangannya menyentuh saku bagian dalam jaket milik Tisya, dia menyadari ada sesuatu di dalamnya, Tristan mengeluarkan benda yang berada di saku jaket Tiysa, yang ternyata dompet milik Tisya.

"Gadis ceroboh ...." gumam Tristan dalam hati.

Tristan membuka dompet Tisya, di dalamnya ada beberapa lembar pecahan uang seratus ribu, kartu ATM, dan beberapa kartu identitas. Tristan menarik kartu tanda pengenal milik Tisya, dia lalu melihat data yang tertera disitu. j

"2 Februari? bukannya itu besok?" gumam Tristan dalam hati.

Ketika melihat tanggal lahir Tisya terbesit sebuah ide di benak Tristan.

"Pak Haris, besok tolong buka rekening di Bank Dana Cempaka menggunakan identitas ini." Tristan menyerahkan kartu yang berada di tangannya kepada Haris.

"Siap Tuan Muda," balas Haris sambil menerima kartu yang diserahkan Tristan, Haris melihat identitas yang tertera di kartu, lalu memasukkannya ke dalam saku jas yang dia kenakan.

Tristan kembali bersandar dan menatap keluar jendela.

"Pak Haris, bukankah suara Tisya sangat mirip dengan Alyona?"

"Iya Tuan Muda, aku juga terkejut sewaktu pertama kali mendengar suara nona Tisya, dan yang lebih mengejutkan bahkan tanggal lahir mereka juga sama," balas Haris sambil melihat Tristan dari spion tengah mobil.

"Sebuah kebetulan satu berbanding sejuta," ucap Tristan sambil tersenyum dan kembali menatap keluar jendela.

Terpopuler

Comments

Yoon Gi

Yoon Gi

menarik

2022-06-02

0

niki nikita👀

niki nikita👀

suka banget ceritanya kak 👍

2022-05-21

1

niki nikita👀

niki nikita👀

wuhuuu ganteng banget kak. 🤩

2022-05-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Aku Pacarnya!
2 Bab 2 : Aku Sudah Menjadi Bantal Tidurmu
3 Bab 3 : Calon Menantu?
4 Bab 4 : Happy Birthday Tiysa
5 Bab 5 : Bukan 5 Juta melainkan ?
6 Bab 6 : Kencan Resmi Pertama Bersama Gea
7 Bab 7 : Dia Wanitaku !
8 Bab 8 : Rencana Balas Dendam Devan
9 Bab 9 : Gadis Bernama Nindya
10 Bab 10 : Devan Mengeroyok Tristan
11 Bab 11 : Kenangan Buruk Nindya Tentang Devan
12 Bab 12 : Latar Belakang Keluarga Tristan
13 Bab 13 : Manager Marketing Bernama Dian
14 Bab 14 : Transaksi 314 Milyar di hari pertama bekerja
15 Bab 15 : Tristan Yang Murka
16 Bab 16 : Purwadi membela Tindakan Tristan ?
17 Bab 17 : Kamar dengan tarif 42 Juta semalam
18 Bab 18 : Akting Dian Membodohi Tristan
19 Bab 19 : Tiysa Kembali ke Kantor Yono
20 Bab 20 : Yono Minta Ampun dan Tiysa menolak pemberian Haris.
21 Bab 21 : Pria Bernama Hendra
22 Bab 22 : Tristan memukul Hendra
23 Bab 23 : Menghubungi Paman James
24 Bab 24 : Semua akan baik-baik saja
25 Bab 25 : Cakra Berniat Buruk Kepada Tiysa?
26 Bab 26 : Gea berbohong
27 Bab 27 : Gea Mengkhianati Tristan
28 Bab 28 : Tiysa dijebak dengan obat tidur
29 Bab 29 : Menyelamatkan Tiysa
30 Bab 30 : Haris Menyiksa Cakra dan Devan.
31 Bab 31 : Tiysa melepas kerinduan
32 Bab 32 : Tristan dan Tiysa
33 Bab 33 : Purwadi berniat menyingkirkan Tristan
34 Bab 34 : Gea minta maaf ke Tristan
35 35 : Subroto Sakit, Tristan Foto Bersama orang tua Tiysa
36 Bab 36 : Maukah kamu menjadi pacarku
37 Bab 37 : Makan Bersama Orang Tua Tiysa
38 Bab 38 : Tristan dimarahi Ayah Tiysa
39 Bab 39 : Tristan mengajak Bisma dan Damar bertemu subroto
40 Bab 40 : Gea melihat Tristan bersama Tiysa
41 Bab 41 : Subroto Meninggal, Gea menemui Tiysa
42 Bab 42 : Mempermalukan Purwadi dan Istrinya
43 Bab 43 : Tiysa berusaha menjauh dari Tristan.
44 Bab 44 : Gea menemui Tristan
45 Bab 45 : Acara perpisahan Tristan
46 Bab 46 : Gea mendatangi rumah Tristan
47 Bab 47 : Yono dan Janjinya kepada Tristan
48 Bab 48 : Tangisan Memilukan Tiysa
49 Bab 49 : Alasan Haris memberitahu Yono
50 Bab 50 : Hadiah dari Tristan
51 Bab 51 : Dian bertemu Tiysa
52 Bab 52 : Pesan Tersirat dari Tristan
53 Bab 53 : Perasaan Khawatir Tiysa
54 Bab 54 : Deklarasi perang keluarga Yaroslav
55 Bab 55 : Riwayat panggilan masuk dari Tristan
56 Bab 56 : Pria bernama Gino
57 Bab 57 : Tiysa melawan Gea
58 Bab 58 : Gino mengamuk
59 Bab 59 : Gino dan Tristan
60 Bab 60 : Tamu yang dinantikan
61 Bab 61 : Maafkan Aku
62 Bab 62 : Bukan Janji tapi Deklarasi.
63 Bab 63 : Itu artinya?
64 Bab 64 : Pesan beruntun dan Tangisan Damar
65 Bab 65 : Ratu Gengster?
66 Bab 66 : Pengacau Bernama Boby
67 Bab 67 : Penyebab Tiysa terdiam
68 Bab 68 : Menghajar Boby.
69 Bab 69 : Fisik dan mental mereka dirusak
70 Bab 70 : Teori konspirasi tentang keluarga Yaroslav
71 Bab 71 : Saatnya Penghakiman
72 Bab 72 : Gino mempermainkan Boby
73 Bab 73 : Hubungan 21 Wanita dengan Tiysa.
74 Bab 74 : Bukan amanat tapi kutukan
75 Bab 75 : Kamar kita berdua.
76 Bab 76 : 21 Pria bertemu 21 wanita
77 Bab 77 : Ujian dari Tristan
78 Bab 78 : Gino Jatuh Cinta
79 Bab 79 : Pria bernama Ivan
80 Bab 80 : Bertemu Istri Yono
81 Bab 81 : Kesedihan Adelia
82 Bab 82 : Yono bertemu Tristan
83 Bab 83 : Bintang keberuntungan Yono
84 Bab 84 : Showroom Baru untuk Yono
85 Bab 85 : Wakil direktur baru showroom milik Yono.
86 Bab 86 : Wapresdir baru kekasih Tiysa
87 Bab 87 : Vladimir Yaroslav
88 Bab 88 : Karangan Bunga ucapan selamat dan tamu penting
89 Bab 89 : Putri Crazy Rich Baru yang Viral
90 Bab 90 : Gea dan Jacob
91 Bab 91 : Jacob datang ke Showroom Yono.
92 Bab 92 : Perbedaan kekuatan
93 Bab 93 : Jacob bersimbah darah
94 Bab 94 : Aku yang menyerahkannya kepadamu
95 Bab 95 : Video Viral tentang Gea
96 Bab 96 : Hancurnya Showroom milik Jacob
97 Bab 97 : Oscar, Lingga, dan Winata
98 Bab 98 : Kisah Ayah dan Ibu Tristan 26 tahun yang lalu
99 Bab 99 : Undangan Pernikahan dan Perintah Pembunuhan
100 Bab 100 : Mereka berkumpul kembali
101 Bab 101 : Tidak Bisa Menahan Diri?
102 Bab 102 : Tiysa menyerah
103 Bab 103 : Kediaman Keluarga Yaroslav.
104 Bab 104 : Paman dan Bibi Tristan
105 Bab 105 : Sofia
106 Bab 106 : Restu dari Kakek Tristan
107 Bab 107 : Cucu Angkat
108 Bab 108 : Kamar mereka berdua
109 Bab 109 : Keluarga Prabaswara di lengsengserkan
110 Bab 110 : Ampuni Gea
111 Bab 111 : Cakra bertemu Haris
112 Bab 112 : Tiysa kembali ke Indonesia tanpa Tristan
113 Bab 113 : Tiysa tiba di Indonesia
114 Bab 114 : Bisma dan Bimo emosi
115 Bab 115 : Bawahan keluarga Yaroslav di Indonesia
116 Bab 116 : Pimpinan Moneyra Global Trade Tiba
117 Bab 117 : Operasi Pembasmian Ikan Teri
118 118 : Identitas Tristan yang sebenarnya
119 Bab 119 : Pengumuman penting dari Tristan
120 Bab 120 : Aku beruntung karena di cintai olehmu
121 Bab 121 : Kamu masih hidup?
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Bab 1 : Aku Pacarnya!
2
Bab 2 : Aku Sudah Menjadi Bantal Tidurmu
3
Bab 3 : Calon Menantu?
4
Bab 4 : Happy Birthday Tiysa
5
Bab 5 : Bukan 5 Juta melainkan ?
6
Bab 6 : Kencan Resmi Pertama Bersama Gea
7
Bab 7 : Dia Wanitaku !
8
Bab 8 : Rencana Balas Dendam Devan
9
Bab 9 : Gadis Bernama Nindya
10
Bab 10 : Devan Mengeroyok Tristan
11
Bab 11 : Kenangan Buruk Nindya Tentang Devan
12
Bab 12 : Latar Belakang Keluarga Tristan
13
Bab 13 : Manager Marketing Bernama Dian
14
Bab 14 : Transaksi 314 Milyar di hari pertama bekerja
15
Bab 15 : Tristan Yang Murka
16
Bab 16 : Purwadi membela Tindakan Tristan ?
17
Bab 17 : Kamar dengan tarif 42 Juta semalam
18
Bab 18 : Akting Dian Membodohi Tristan
19
Bab 19 : Tiysa Kembali ke Kantor Yono
20
Bab 20 : Yono Minta Ampun dan Tiysa menolak pemberian Haris.
21
Bab 21 : Pria Bernama Hendra
22
Bab 22 : Tristan memukul Hendra
23
Bab 23 : Menghubungi Paman James
24
Bab 24 : Semua akan baik-baik saja
25
Bab 25 : Cakra Berniat Buruk Kepada Tiysa?
26
Bab 26 : Gea berbohong
27
Bab 27 : Gea Mengkhianati Tristan
28
Bab 28 : Tiysa dijebak dengan obat tidur
29
Bab 29 : Menyelamatkan Tiysa
30
Bab 30 : Haris Menyiksa Cakra dan Devan.
31
Bab 31 : Tiysa melepas kerinduan
32
Bab 32 : Tristan dan Tiysa
33
Bab 33 : Purwadi berniat menyingkirkan Tristan
34
Bab 34 : Gea minta maaf ke Tristan
35
35 : Subroto Sakit, Tristan Foto Bersama orang tua Tiysa
36
Bab 36 : Maukah kamu menjadi pacarku
37
Bab 37 : Makan Bersama Orang Tua Tiysa
38
Bab 38 : Tristan dimarahi Ayah Tiysa
39
Bab 39 : Tristan mengajak Bisma dan Damar bertemu subroto
40
Bab 40 : Gea melihat Tristan bersama Tiysa
41
Bab 41 : Subroto Meninggal, Gea menemui Tiysa
42
Bab 42 : Mempermalukan Purwadi dan Istrinya
43
Bab 43 : Tiysa berusaha menjauh dari Tristan.
44
Bab 44 : Gea menemui Tristan
45
Bab 45 : Acara perpisahan Tristan
46
Bab 46 : Gea mendatangi rumah Tristan
47
Bab 47 : Yono dan Janjinya kepada Tristan
48
Bab 48 : Tangisan Memilukan Tiysa
49
Bab 49 : Alasan Haris memberitahu Yono
50
Bab 50 : Hadiah dari Tristan
51
Bab 51 : Dian bertemu Tiysa
52
Bab 52 : Pesan Tersirat dari Tristan
53
Bab 53 : Perasaan Khawatir Tiysa
54
Bab 54 : Deklarasi perang keluarga Yaroslav
55
Bab 55 : Riwayat panggilan masuk dari Tristan
56
Bab 56 : Pria bernama Gino
57
Bab 57 : Tiysa melawan Gea
58
Bab 58 : Gino mengamuk
59
Bab 59 : Gino dan Tristan
60
Bab 60 : Tamu yang dinantikan
61
Bab 61 : Maafkan Aku
62
Bab 62 : Bukan Janji tapi Deklarasi.
63
Bab 63 : Itu artinya?
64
Bab 64 : Pesan beruntun dan Tangisan Damar
65
Bab 65 : Ratu Gengster?
66
Bab 66 : Pengacau Bernama Boby
67
Bab 67 : Penyebab Tiysa terdiam
68
Bab 68 : Menghajar Boby.
69
Bab 69 : Fisik dan mental mereka dirusak
70
Bab 70 : Teori konspirasi tentang keluarga Yaroslav
71
Bab 71 : Saatnya Penghakiman
72
Bab 72 : Gino mempermainkan Boby
73
Bab 73 : Hubungan 21 Wanita dengan Tiysa.
74
Bab 74 : Bukan amanat tapi kutukan
75
Bab 75 : Kamar kita berdua.
76
Bab 76 : 21 Pria bertemu 21 wanita
77
Bab 77 : Ujian dari Tristan
78
Bab 78 : Gino Jatuh Cinta
79
Bab 79 : Pria bernama Ivan
80
Bab 80 : Bertemu Istri Yono
81
Bab 81 : Kesedihan Adelia
82
Bab 82 : Yono bertemu Tristan
83
Bab 83 : Bintang keberuntungan Yono
84
Bab 84 : Showroom Baru untuk Yono
85
Bab 85 : Wakil direktur baru showroom milik Yono.
86
Bab 86 : Wapresdir baru kekasih Tiysa
87
Bab 87 : Vladimir Yaroslav
88
Bab 88 : Karangan Bunga ucapan selamat dan tamu penting
89
Bab 89 : Putri Crazy Rich Baru yang Viral
90
Bab 90 : Gea dan Jacob
91
Bab 91 : Jacob datang ke Showroom Yono.
92
Bab 92 : Perbedaan kekuatan
93
Bab 93 : Jacob bersimbah darah
94
Bab 94 : Aku yang menyerahkannya kepadamu
95
Bab 95 : Video Viral tentang Gea
96
Bab 96 : Hancurnya Showroom milik Jacob
97
Bab 97 : Oscar, Lingga, dan Winata
98
Bab 98 : Kisah Ayah dan Ibu Tristan 26 tahun yang lalu
99
Bab 99 : Undangan Pernikahan dan Perintah Pembunuhan
100
Bab 100 : Mereka berkumpul kembali
101
Bab 101 : Tidak Bisa Menahan Diri?
102
Bab 102 : Tiysa menyerah
103
Bab 103 : Kediaman Keluarga Yaroslav.
104
Bab 104 : Paman dan Bibi Tristan
105
Bab 105 : Sofia
106
Bab 106 : Restu dari Kakek Tristan
107
Bab 107 : Cucu Angkat
108
Bab 108 : Kamar mereka berdua
109
Bab 109 : Keluarga Prabaswara di lengsengserkan
110
Bab 110 : Ampuni Gea
111
Bab 111 : Cakra bertemu Haris
112
Bab 112 : Tiysa kembali ke Indonesia tanpa Tristan
113
Bab 113 : Tiysa tiba di Indonesia
114
Bab 114 : Bisma dan Bimo emosi
115
Bab 115 : Bawahan keluarga Yaroslav di Indonesia
116
Bab 116 : Pimpinan Moneyra Global Trade Tiba
117
Bab 117 : Operasi Pembasmian Ikan Teri
118
118 : Identitas Tristan yang sebenarnya
119
Bab 119 : Pengumuman penting dari Tristan
120
Bab 120 : Aku beruntung karena di cintai olehmu
121
Bab 121 : Kamu masih hidup?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!