"Tristan kami pinjam tunanganmu dulu sebentar." ucap Dini sambil memegang lengan Gea, dia meminta izin kepada Tristan yang sedang asik membaca buku novel.
"Ayo Gea, di butik sebelah ada koleksi tas baru," kata Dewi yang juga ikut memegang dan menarik lengan Gea dengan lembut.
"Iya Gea, sebelum pulang mari kita singgah di butik sebelah, aku yakin tuan pengusaha kuliner Amerika ini akan mengerti, benar kan Tristan?" ucap Fika dengan sedikit mencibir.
Tristan sedikit terkejut melihat perubahan sikap ketiga sahabat Gea kepadanya, Tristan merasa setelah mereka mendapat pesan, ketiga sahabat Gea mulai bersikap aneh kepadanya.
"Tapi Tristan ...," ucap Gea sambil melihat ke arah Tristan.
"Tidak apa-apa, kamu pergi saja dengan mereka bertiga, aku juga masih membaca novel ini," balas Tristan sambil menunjukkan novel yang berada di tangannya ke Gea yang terlihat tidak enak meninggalkan Tristan sendirian.
"Baiklah aku jnji tidak akan lama," ucap Gea sambil tersenyum kepada Tristan.
Beberapa saat setelah Gea dan temannya meninggalkan Cafezoid, Devan kembali bersama kedua orang temannya, orang-orang yang berada di situ tentu saja masih mengingat kejadian tadi, mata mereka kini tertuju kepada ketiga orang yang baru saja masuk, mereka merasa jika kali ini ketiga orang itu pasti akan menghajar Tristan.
"Ohh karena ini," guman Tristan dalam hati ketika melihat Devan dan kedua temannya kembali. Dia bisa menebak jika perubahan sikap ketiga sahabat Gea ada hubungannya dengan Devan.
"Ada apa?" tanya Tristan sambil meletakkan buku novel yang dia baca di meja.
"Kalau kamu memang seorang pria sekarang ikut dengan kami," tantang Devan dengan nada kesal.
"Kalau aku tidak mau?" tanya Tristan sambil menguap dan merenggangkan badannya. Dia mulai merasa mengantuk setelah membaca novel tadi.
Emosi Devan langsung terpancing ketika melihat tingkah Tristan. "Kami akan menghajarmu disini," balas Devan sambil memukul meja di depan Tristan.
"Ahh..merepotkan sekali," gumam Tristan dalam hati, "Baiklah, tunggu aku di depan pintu masuk, aku akan ke kasir terlebih dahulu untuk membayar ini." Tristan menunjuk piring dan gelas kosong yang berada di meja, bekas mereka tadi makan.
"Kamo jangan coba-coba melarikan diri," hardik Devan dengan arogan. Setelah itu dia meninggalkan Tristan dan menunggu di depan pintu masuk.
Tristan berdiri lalu menuju kasir, seorang pria yang duduk sendiri di cafe itu terlihat menghampiri Tristan.
"Tuan Muda, apa perlu kami bereskan?" tanya pria itu sambil berbisik kepada Tristan.
"Tidak usah," balas Tristan kepada orang itu, yang ternyata merupakan anak buah Haris.
"Siap Tuan Muda," jawab pria itu lalu kembali ke tempat duduknya.
Begitu tiba di kasir, Tristan menyerahkan uang kepada gadis yang bekerja sebagai kasir di cafe itu, sambil menunggu kembalian Tristan melipat kedua lengan baju kemeja yang dia kenakan.
"Kak, apa perlu aku menghubungi polisi ?" tanya gadis yang bekerja sebagai kasir di tempat itu.
Tristan sedikit terkejut mendengar ucapan dari gadis itu. "Tidak usah," balas Tristan sambil tersenyum.
"Apa kakak yakin? mereka sepertinya ingin melukai kakak." Gadis itu kembali bertanya sambil menyerahkan uang kembalian kepada Tristan.
"Mereka melukaiku? tidak mungkin, mereka hanya sekumpulan orang bodoh," balas Tristan sambil mengambil uang kembalian dari gadis itu.
Ketika ristan hendak pergi, gadis itu menarik dengan halus kemeja yang digunakan Tristan untuk menahannya. "Kak ...," ucap gadis itu yang terlihat khawatir.
Tristan menoleh ketika gadis itu menarik bajunya, dia dapat melihat jika gadis itu benar-benar mengkhawatirkan keselamatannya.
Tristan lalu berbalik ke arah gadis itu dan tersenyum, Tristan mulai khawatir jika setelah dia pergi, gadis itu benar-benar akan menghubungi polisi, tentu akan semakin merepotkan jika pihak kepolisian ikut terlibat dalam hal sepele seperti ini.
"Siapa namamu?" tanya Tristan kepada gadis itu.
"Namaku Nindya Kak," balasnya dengan ekspresi wajah cemas.
"Aku Tristan, salam kenal Nindya," ucap Tristan memperkenalkan dirinya sambil mencari cara untuk menenangkan Nindya.
Sebuah ide muncul di kepala Tristan.
"Atau begini saja," ucap Tristan sambil mengeluarkan lima lembar pecahan uang seratus ribu dari saku celananya.
"Ayo kita bertaruh, jika aku menang kamu harus menerima uang ini sebagai tips, dan jika aku kalah aku tidak akan pergi bersama mereka dan aku sendiri yang akan menghubungi polisi," ucap Tristan sambil meletakkan uang di atas meja kasir.
Nindya terlihat kebingungan dengan tindakan Tristan.
"Aku bertaruh jika ketiga orang itu hanya sekumpulan orang bodoh," ucap Tristan kepada Nindya.
"Dan bagaimana cara mengetahui jika mereka bodoh?" tanya Nindya yang terlihat semakin bingung.
"Gampang ...," kata Tristan dengan percaya diri, dia lalu berbalik ke arah Devan dan kedua temannya.
"Apa kalian bodoh?" ucap Tristan dengan suara yang tidak terlalu keras.
Letak antara kasir dan pintu masuk cukup jauh, tentu saja Devan tidak mungkin bisa mendengar apa yang dikatakan Tristan, yang bisa mendengar itu hanya Tristan dan Nindya.
Setelah mengatakan itu Tristan menatap Devan dengan gestur menantang, Tristan lalu mengangguk ke arah Devan dan kedua temannya, yang langsung dibalas anggukan oleh ketiga orang itu.
"Benarkan kataku, mereka mengiyakan jika mereka bodoh," ucap Tristan kepada kepada Nindya.
Melihat itu Nindya langsung tertawa, dia tidak menyangka jika cara yang digunakan Tristan seperti itu. Dia juga tertawa karena kebodohan Devan dan dua temannya yang ikut mengangguk secara bersamaan tanpa mengetahui apa yang Tristan katakan.
"Aduh kak ...," ucap Nindya menahan tawanya.
"Jadi kamu harus menerima uang ini karena aku sudah memenangkan taruhan," ucap Tristan sambil menggeser uang yang berada di meja ke arah Nindya.
"Tidak usah Kak," balas Nindya menolak uang yang diserahkan Tristan.
"Hei ... kita sudah janji kan," protes Tristan sambil mengernyitkan dahinya.
"Baiklah, ... jika Kakak kembali lagi di cafe ini aku akan membayar minuman Kakak," balas Nindya sambil mengambil uang di atas meja.
"Aku pasti akan sering datang ke Cafe ini," ucap Tristan, setelah itu dia langsung menuju ke tempat Devan dan kedua temannya menunggu.
"Hati-hati Kak," sahut Nindya.
Tristan membalas dengan mengacungkan jempol sambil terus berjalan ke tempat Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Leny Angie Chavella
mantap kak.
2022-05-15
2
Author yang kece dong
Semangat kakak
2022-05-08
4