Setelah itu Cakra mulai bercerita kepada Tristan alasan dibalik pemecatan Bisma Kuncoro yang juga adalah Kakak dari Calon Ayah mertua Tristan. Mulai dari penggelapan Dana, sampai dengan kehebatan Purwadi mengungkap kejahatan CEO sebelumnya.
Cakra juga beberapa kali menyombongkan diri dengan mengatakan jika dia juga ikut mengumpulkan bukti kejahatan dari Bisma Kuncoro. Tentu saja cerita yang di sampaikan adalah versi Cakra dan Purwadi menjadi pahlawan.
Tristan bisa mengambil kesimpulan jika ada sesuatu yang salah, bahkan tanpa melihat bukti, dengan analisa sederhana saja, Tristan menyimpulkan jika CEO lama itu sengaja dilengserkan dari jabatannya.
Apalagi dari cerita yang disampaikan Cakra, setelah dipecat, Bisma Kuncoro juga dihapus dari keluarga Kuncoro, dan Kakek Subroto sendiri yang melakukan itu.
"Tristan tidak usah membahas itu lagi, kita bahas karyawan disini saja," ucap Cakra, "Apakah ada karyawan wanita disini yang membuatmu tertarik?" sambung Cakra sambil tersenyum.
"Hoo ... ini menarik," gumam Tristan dalam hati, "Apa maksud dari Pak Cakra?" sambil tersenyum Tristan pura-pura bertanya dengan lugu.
"Hahaha, kita berdua laki-laki, tentu saja kamu mengerti maksudku, jika ada yang kamu suka, aku akan mengaturnya," balas Cakra yang lagi-lagi terlihat menyombongkan diri.
Tristan kembali tersenyum mendengar jawaban dari Cakra.
"Kalau begitu, aku sekarang mau bertemu dengan Dian, Jika Pak Cakra keluar tolong sampaikan kepada Dian untuk datang ke ruanganku," balas Tristan menyebut nama dari marketing manager yang bekerja di tempat itu.
"Oh, jadi tipe yang kamu suka itu seperti Dian, hahaha ..., gampang diatur, kalau begitu aku sekalian permisi," ucap cakra sambil meninggalkan ruangan Tristan.
Saat ini Tristan terlalu malas menjelaskan, alasan dia memanggil manager marketing tentu saja untuk membicarakan tentang pekerjaan, namun dia kembali membiarkan pikiran Cakra bergerak sesuka hatinya.
Beberapa saat kemudian, Dian yang menjabat sebagai manager marketing sudah menghadap Tristan. Setelah mempersilakan Dian duduk, Tristan mencari beberapa dokumen di lemari yang berada di ruangan kerjanya.
"Pak Tristan, bukankah ini masih jam kantor?" tanya Dian dengan sedikit canggung.
"Iya, terus?" Tristan menjawab Dian sambil mencari beberapa dokumen Transaksi penjualan.
"Bukankah sebaiknya setelah jam kantor saja?" Dian kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Setelah jam kantor?" Tristan sedikit heran dengan apa yang diucapkan oleh Dian.
"Ah, ... si Cakra berengsek itu," Tristan mengumpat dalam hati.
Tristan sudah mengerti ke mana arah pembicaraan mereka.
"Apakah kamu tidak menyukaiku? apakah aku kurang tampan di matamu?" Tristan bertanya kepada Dian yang masih terlihat menunduk. Saat ini Tristan memutuskan untuk ikut arus pembicaraan, Tristan ingin tahu seperti apa karakter Dian terlebih dahulu.
"Tentu saja aku menyukai Pak Tristan," balas Dian.
Menurut Dian Tristan sangat tampan, dan tentu saja wanita manapun yang berstatus lajang sepertinya pasti akan tergoda jika melihat ketampanan Tristan, namun dia juga adalah wanita baik-baik, yang tentu tidak sudi dipermainkan oleh bos-bos kaya seperti Tristan.
Jika bukan karena kondisi ekonomi yang sulit, tentu dia akan lebih memilih pindah kerja ke tempat lain. Namun dia sendiri sadar jika tidak mudah untuk bisa masuk ke perusahaan besar seperti Tirta Wira Perkasa, tempatnya bekerja saat ini.
Dian Sendiri sudah siap jika harus di cap jelek demi meraih ambisinya membuat kehidupan keluarganya menjadi lebih baik.
"Apa kamu sudah tidur dengan Cakra? maaf saja aku tidak menerima barang bekas pakai orang lain," sindir Tristan dengan nada sedikit merendahkan, tentu saja ini semua adalah akting yang dipersiapkan oleh Tristan untuk menguji Dian.
Mendengar ucapan Tristan, Dian langsung berdiri.
"Pak Tristan! apa kamu pikir aku ini wanita murahan ! Pak Tristan memang kaya dan juga adalah atasanku, tapi apa yang baru saja pak Tristan katakan sudah keterlaluan," seru Dian dengan mata berkaca-kaca.
Setelah melihat respon dari Dian, Tristan lalu menghubungi salah satu karyawan menggunakan pesawat telepon yang berada di mejanya, dia mengatakan untuk tidak diganggu oleh siapa pun karena sedang meeting. Setelah itu Tristan menuju ke pintu ruang kerjanya lalu menguncinya dari dalam.
Dian masih berdiri sambil menahan air matanya, saat ini dia sudah pasrah, setelah Tristan mengunci pintu dan meminta untuk tidak diganggu, Dian sudah dapat menduga apa yang akan dilakukan oleh Tristan.
Tristan kembali ke tempat duduknya, dia lalu bertanya kepada Dian. "Menurutmu apa alasanku memanggilmu kesini?" tanya Tristan.
"Tentu saja untuk ...." Belum sempat Dian menyelesaikan kalimatnya, matanya melihat ke arah dokumen yang berada di atas meja.
Sewaktu Dian baru saja masuk ruangan, Dian melihat Tristan sedang mengambil beberapa dokumen di lemari, dan dokumen itu yang saat ini berada di atas meja.
Sebagai Marketing Manager Dian tentu saja mengenali dokumen itu, dia juga sudah beberapa kali melihat dokumen itu.
Dokumen itu adalah dokumen penjualan beberapa tahun terakhir, juga beberapa data tentang transaksi penjualan yang belum berhasil diselesaikan.
"Tapi bukankah Pak Cakra mengatakan ...."
"Itu perkataan Pak Cakra, dan bukan perkataan ku, tadi aku hanya mengikuti arus pembicaraanmu," balas Tristan.
Dian akhirnya mulai menyadari tindakannya, ketika dia baru masuk, dia langsung mengatakan jika ini masih jam kerja, pantas saja jawaban Tristan tadi seperti itu. Dian mulai merasa malu akan tindakannya.
"Dian duduklah," ucap Tristan dengan lembut.
Dian lalu mengikuti perintah dari bosnya itu. Dia duduk sambil tetap menunduk tidak berani menatap wajah Tristan.
"Sebelumnya aku meminta maaf atas ucapanku yang merendahkanmu, tapi jujur aku harus melakukan itu untuk mengetahui, seperti apa dirimu," ucap Tristan.
"Jika tadi kamu tidak bereaksi seperti ini, dan mencoba menggodaku, yakinlah besok aku akan memecatmu, saat ini aku CEO di tempat ini, aku berhak menentukan orang-orang yang akan bekerja bersamaku," sambung Tristan yang mulai menjelaskan alasannya bertindak seperti itu.
Dian semakin merasa malu mengingat apa yang baru saja dia katakan kepada atasannya.
"Aku tidak tahu apa yang disampaikan Cakra kepadamu tentangku, namun percayalah jika aku bukan pria mesum," ucap Tristan.
"Apakah kamu melihat ini?" Tristan menunjukkan cincin yang berada di jari manisnya kepada Dian.
Dian mengangkat kepalanya dan melihat cincin di jari manis Tristan.
"Aku sudah bertunangan dengan Gea, anak dari Purwadi Kuncoro, dan aku tipe orang yang menghargai suatu hubungan."
"Dan aku berjanji selama aku memimpin perusahaan ini, aku akan menghargai kamu sebagai wanita, begitu juga dengan karyawan wanita lainnya yang bekerja di perusahaan ini."
Mendengar penjelasan Tristan, Dian akhirnya tidak mampu lagi membendung air matanya, dia mulai menangis, beberapa bulan bekerja di tempat ini, Dian selalu mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari Cakra, namun dia harus bersabar, dan itu menjadi hari-hari yang berat baginya.
Walaupun Cakra masih belum mengajaknya tidur bersama, Dian yakin dengan berjalannya waktu, suatu saat nanti Cakra akan meminta hal itu, dan jika itu terjadi Dian akan pasrah demi menaikkan status keluarganya yang sedang sulit.
Tristan lalu memberikan tisu kepada Dian. "Tenangkan dirimu, setelah itu mari kita bekerja," ucap Tristan.
Beberapa saat berlalu, Dian sudah terlihat baikan, kini Tristan sedang meminta Dian untuk menjelaskan Dokumen yang berada di atas meja. Mereka berdua terlihat sangat serius, beberapa permasalahan mulai mereka bahas, dari penjualan yang menurun drastis, sampai dengan pelanggan yang berhenti menggunakan produk mereka.
Tristan sudah dapat mengetahui kemampuan dari Dian, menurutnya Dian memang bagus, namun hanya untuk ukuran lulusan baru atau fresh graduate, sayangnya dalam dunia marketing, selain ilmu secara Teori, pengalaman atau jam terbang juga turut memberikan peran yang besar.
Tristan saat ini sudah tidak mengenakan jasnya, itu karena saat ini, dia sibuk bolak-balik mencari data untuk membuat rencana kerja. Dia juga terlihat membantu Dian yang sedikit kesulitan.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.15.
"Dian lebih baik kita istirahat dulu," ucap Tristan sambil meletakkan tumpukan dokumen di mejanya.
"Tapi masih banyak yang harus dikerjakan Pak," balas Dian sambil menunjuk tumpukan dokumen di sisi meja lainnya.
"Untuk menghemat waktu, bagaimana jika kita makan disini saja, kita bisa pesan makanan dari luar, begitu selesai kita bisa melanjutkan pekerjaan," sambung Dian.
Tristan tersenyum mendengar ucapan Dian, Tristan bisa melihat jika Dian memang seorang pekerja keras.
"Baiklah aku akan menyetujui idemu, silahkan lanjutkan pekerjaanmu, biar aku yang memberitahu karyawan di luar untuk memesan makanan," ucap Tristan yang dibalas anggukan oleh Dian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
kak masun
makin banyak peran wanitanya thor.apakah Tristan akan bertemu lagi dengan tiysa
2022-05-15
2
Author yang kece dong
Bagus kakak 👍💪
2022-05-08
1