Beberapa saat kemudian Tristan telah tiba di sebuah taman yang terletak tidak begitu jauh dari Cafezoid. Taman itu terlihat sepi, tidak ada satu pun orang yang terlihat. Karena keadaan itulah Devan dan kedua temannya memilih taman ini sebagai tempat eksekusi Tristan.
"Kamu sangat lama ketika berbicara dengan gadis kasir tadi, apa kamu mencoba kabur," ejek Devan dengan angkuh kepada Tristan.
"Sudahlah aku sedang terburu-buru, ayo kita selesaikan ini dengan cepat, aku tidak ingin membuat tunanganku yang cantik menunggu lama," balas Tristan dengan tenang sambil memprovokasi balik ucapan Devan.
"Kurang ajar!" Devan terlihat semakin marah mendengar jawaban dari Tristan.
"Sudah biar kuselesaikan bocah ini." Austin maju kehadapan Tristan, dia lalu mulai mengambil sikap seseorang yang paham bela diri ketika bertarung.
"Oh, Tae Kwon Do," gumam Tristan dalam hati, dia bisa langsung menebak bela diri yang di kuasai oleh Austin dari sikap yang diambil ketika berhadapan.
Austin bergerak maju dengan cepat, lalu melakukan tendangan Dwi Chagi , teknik tendangan belakang Tae Kwon Do dengan memutar badan dan langsung menyasar perut Tristan.
Tristan dapat melihat itu dengan jelas, Tristan mundur satu langkah kebelakang lalu melakukan serangan balik cepat dengan tendangan Dwi Hurigi , teknik tendangan putar Tae Kwon Do yang dilakukan dengan melompat sambil berputar.
Dalam Tae Kwon Do teknik tendangan ini memang sering di gunakan para praktisi Tae Kwon Do untuk melakukan serangan balik mematikan. Serangan yang dilakukan Tristan juga lebih cepat dari Austin dan langsung dengan telak mengenai rahang Austin.
Bukk... !!
Dengan sekali serang, Austin terhempas ke tanah dan tidak sadarkan diri.
Melihat orang ang mereka andalkan terhempas dengan sekali serang, Devan dan Irvin terlihat kaget. Mereka berdua tidak menyangka jika mantan juara Tae Kwon do di kampus mereka dulu dapat dikalahkan dengan mudah.
Apa yang Irvin khawatirkan menjadi kenyataan, dari awal dia merasa jika Tristan mampu menghadapi mereka bertiga. Menurut Irvin, biasanya orang yang mahir dalam bela diri akan memilih diam pada saat ada masalah, namun pada saat mereka diganggu orang itu akan menunjukkan kehebatannya.
Dan pada saat terjadi masalah tadi, Irvin dapat melihat hal itu pada diri Tristan. Tristan diam saat Devan dan Gea bertengkar, namun saat Devan berusaha menyentuh Gea, Tristan menganggap hal itu sudah mengganggunya, karena itu Tristan akhirnya bertindak.
"Ayo kita serang bocah ini bersama," kata Devan sambil menepuk dada Irvin yang dibalas Irvin dengan mengangguk tanda bahwa dia setuju dengan usulan dari Devan.
Mereka berdua secara bersamaan menyerang Tristan.
Melihat itu, Tristan dengan cepat langsung menyerang Irvin yang berada di sebelah kanan Devan, dengan teknik sikuan pencak silat dia menyerang rahang Irvin yang sudah tidak bisa bereaksi ketika Tristan dengan cepat menghampirinya.
Bukk .....!!
Irvin juga langsung terhempas ketika serangan Tristan mendarat.
Begitu Irvin tumbang, Devan langsung menyerang wajah Tristan dengan tinjunya, namun Tristan menghindar dengan cara berputar dan langsung melakukan serangan Spinning back Elbow, atau serangan siku berputar yang biasa dilakukan oleh praktisi Muay Thai.
Serangan dari Tristan tepat mendarat di pelipis sebelah kanan Devan, dia terjatuh tepat di atas tubuh Irvin yang sudah tersungkur lebih dulu.
Tristan lalu menatap Devan yang terlihat merintih kesakitan.
"Hanya segini? bahkan aku membutuhkan waktu lebih banyak ketika berbicara dengan gadis kasir tadi dari pada menghadapi kalian," sindir Tristan dengan nada merendahkan.
Tristan lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Devan dan kedua temannya.
"Tunggu bocah!!" Teriak Devan memanggil Tristan yang sudah mulai menjauh. Dia berdiri sambil memegang pisau lipat di tangannya.
Tristan menoleh ke arah Devan yang sedang memegang pisau lipat, dia lalu berbalik dan menatap Devan dengan tatapan dingin.
"Ada tiga hal penting yang akan aku katakan kepada kamu," ucap Tristan.
"Yang Pertama, aku menganggap dengan kamu memegang pisau itu, berarti kamu sudah siap membunuhku."
"Yang kedua, jika sekali saja kamu mengayunkan pisau itu di hadapanku, aku akan menganggap itu sebagai percobaan pembunuhan, dan menurut hukum aku berhak untuk membela diri."
"Jika sampai aku berhasil merebut pisau itu, yang tentu saja aku dapat dengan mudah melakukannya, yakinlah aku tidak akan segan untuk membunuhmu, aku akan menusuk bagian leher ataupun jantungmu, dengan begitu, kamu akan mati dengan cepat," sambung Tristan sambil menunjuk bagian tubuh yang tadi dia sebutkan.
"Yang ketiga, di belakangku ada tiang listrik yang dipasangi kamera CCTV, dan kamera itu mengarah ke taman ini, jadi kalaupun aku membunuhmu aku tidak akan pernah ditangkap oleh pihak berwajib, dengan bantuan kamera itu sebagai bukti, akan menguatkan pernyataanku jika aku terpaksa membunuhmu karena kamu yang terlebih dahulu menyerangku bersama teman-temanmu."
Mendengar ucapan dari Tristan kini Devan mulai ketakutan.
Irvin yang sedang terbaring di dekatnya mulai menarik-narik bagian bawah ujung celana Devan, Irvin sadar jika Tristan tidak menggertak, dia meminta Devan untuk membuang pisaunya dan menyerah.
Devan sendiri masih tidak bergerak, dia masih berdiri sambil memegang pisau, bukan karena dia tidak mau membuang pisau di tangannya, namun saat ini dia sudah terlalu takut, sampai membuatnya tidak dapat menggerakkan tubuhnya.
Tristan berjalan mendekati Devan, sambil berjalan, Tristan merapikan lengan bajunya yang tadi terlipat, dia berjalan tanpa melihat ke arah Devan sama sekali.
Tristan tidak takut jika Devan tiba-tiba menyerangnya, bukan karena percaya diri berlebihan, itu karena dia yakin, saat ini beberapa orang suruhan Haris sedang mengawasinya dari tempat yang tidak terlihat, dan begitu nyawa Tristan dalam bahaya, orang-orang ini akan segera bertindak tanpa diperintah.
Setelah memasang kancing baju kemeja yang terletak di bagian lengan. Tirstan lalu menatap Devan yang sedang berdiri ketakutan.
Saat ini Tristan sudah berada tepat di depan Devan, dan Devan sendiri sama sekali tidak pernah mengayunkan pisau lipat itu, padahal Tristan sejak tadi sibuk merapikan lengan bajunya yang terlipat.
Tristan lalu mengambil pisau lipat yang dipegang oleh Devan, tidak ada perlawanan sama sekali, Tristan dapat mengambil pisau itu dengan mudah.
Tristan lalu melipat pisau yang dia pegang, dan memasukkannya kembali ke dalam saku celana Devan, tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Devan, dia masih diam membatu tak bergerak.
Setelah melakukan itu Tristan berbalik dan pergi meninggalkan ketiga pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Tari Vhz
sampai di bab ini lagi, anda pasti tau kan penulis saya sudah baca nover ini berulang hampir 4 kali??
sungguh keterlaluan anda membuat saya jatuh cinta dengan karakter tristan 😭😭😭
2022-07-06
1
Endang Winarsih
lanjut
2022-05-20
3
Sari Aja
Assalamualaikum Wr. Wb aku sudah mampir dan boom like cerita kakak ya
mampir yuk keceritaku Dia Untukku dan Di Jodohkan Mama.
Jangan lupa, like, komen dan vote. Terimah Kasih
2022-05-18
2