Hati Tiysa sedang berbunga-bunga, di kepalanya Tiysa terus memutar adegan di taman tadi berulang-ulang, adegan ketika Tristan menciumnya.
Bagi Tiysa ini adalah pertama kali baginya menyukai seorang pria, sejak ayahnya jatuh sakit dan bisnis keluarga mereka semakin memburuk, Tiysa bertekad untuk fokus pada pendidikan dan karir untuk membantu ekonomi keluarganya.
Tiysa sudah sampai di depan ruangan tempat ayahnya dirawat, ketika Tiysa hendak membuka pintu, seorang dokter terlihat keluar dari ruangan itu, Tiysa berpikir mungkin hanya pengecekan rutin, namun ketika masuk dia mendapati kedua orang tuanya yang terlihat kaget.
"Ibu ... Ayah ada apa ?" tanya Tiysa kepada orang tuanya sambil menutup pintu.
"Anakku ...," jawab ibu Tiysa, suaranya bergetar, ibu Tiysa terlihat tidak dapat menyelesaikan kata-katanya.
"Ibu ada apa?" Tiysa yang baru saja tiba juga mulai panik melihat sikap ibunya yang seperti itu.
"Duduklah dulu Tiysa, biar ayah yang memberitahumu," ucap ayah Tiysa sambil menunjuk kursi yang berada di samping tempat tidurnya.
Tiysa pun mengikuti ucapan ayahnya, sambil tetap memegang jaketnya dia lalu duduk di kursi yang tadi ditunjuk oleh ayahnya.
"Dokter tadi menyampaikan jika ayah besok akan menjalani operasi cangkok ginjal, pendonor juga sudah diberitahu hal tersebut," ucap ayah Tiysa lirih.
Tiysa tentu saja juga ikut kaget mendengar kabar yang disampaikan ayahnya. "Terus bagaimana dengan biayanya ayah?"
"Dokter tadi mengatakan jika kita tidak perlu untuk memikirkan biaya, tujuannya datang hanya agar ayah mempersiapkan diri untuk operasi besok," balasnya kepada Tiysa.
Tiysa bingung apakah harus senang atau sedih mendengar kabar ini, dia tentu saja senang mendengar kabar jika operasi ayahnya akan segera dilakukan, namun jika memikirkan biaya yang harus dibayar tentu saja itu membuat Tiysa kembali kurang nyaman, apalagi dokter tidak menjelaskan secara detail terkait masalah biaya operasi.
Tiysa sebenarnya ingin kembali bertanya, namun ibunya masih terlihat cemas, Tiysa pun mengurungkan niatnya, Tiysa lalu menghampiri ibunya yang terlihat sangat cemas, dia memeluk ibunya dari belakang yang saat ini sedang duduk di tempat tidur ayahnya.
"Ibu tidak usah cemas, sebentar aku akan menemui dokter tadi untuk meminta penjelasan lebih detail terkait masalah biaya operasi," kata Tiysa kepada Ibunya.
Ibu Tiysa memegang tangan anaknya. "Iya nak aku percaya padamu," balas ibu Tiysa.
Setelah menyampaikan itu kepada ibunya, Tiysa lalu berjalan menuju kursi sofa berwarna putih yang terletak tidak begitu jauh dari tempat tidur pasien.
Tiysa lalu duduk di sofa itu, ibu dan ayahnya kini hanya saling menatap, sambil ibunya sesekali terlihat membelai rambut ayah Tiysa yang sudah memutih. Suasana ruangan itu sangat berbeda ketika Tiysa tadi meninggalkannya.
Ketika dia hendak meletakkan jaketnya di kursi, tangannya menyentuh bagian saku jaket, dia baru ingat jika kemarin jaketnya ketinggalan di dalam mobil Tristan, dia juga mengingat jika dompetnya berada di dalam jaket itu.
Kini pikirannya sedang mencari cara untuk mengatasi masalah biaya operasi ayahnya, berbagai kemungkinan kini ada di kepalanya, salah satu yang terpikir olehnya adalah mungkin Rumah Sakit memiliki program cicilan biaya operasi untuk memudahkan pasien.
Tangan Tiysa merogoh saku bagian dalam jaket dan mengeluarkan dompetnya, dia lalu mengecek isi di dalam dompetnya, walaupun tangannya sedang memeriksa dompet, pikirannya sama sekali tidak tertuju pada dompet itu.
"Apa ini?" gumamnya dalam hati, Tiysa menarik kartu ATM berwarna merah yang berada di dalam dompetnya. Seingat Tiysa tidak ada kartu ATM-nya yang berwarna merah.
"Bank Dana Cempaka?" Dia kembali terlihat berbicara sendiri, Tiysa lalu melihat nama yang tertera di kartu itu, Tiysa Utari Harsa, yang ditulis dengan menggunakan font berwarna emas.
Ketika dia membalik kartu ATM itu, di belakangnya ada secarik kertas terlipat yang direkatkan menggunakan selotip. Tiysa lalu melepas kertas itu dan membukanya.
Halo Nona Tiysa, sebelumnya aku ingin meminta maaf terlebih dahulu, karena sudah melakukan hal yang tidak kamu sukai tanpa sepengetahuanmu.
"Ini dari Tristan ?" gumam Tiysa dalam hati, dia lalu kembali melanjutkan membaca.
Jika kamu membaca ini berarti kamu sudah menemukan kartu yang kuselipkan di dalam dompetmu, dan aku yakin kamu tidak menyukai itu, sebenarnya aku ingin menyerahkan kartu ini kepadamu, namun jika itu kulakukan, aku percaya kamu akan bersikeras menolaknya.
Dan setelah itu aku akan kembali mencoba memberikan kartu ini kepadamu, lalu kamu akan menolaknya lagi, dan menurut prediksiku, itu akan terus berulang dan berlangsung selama 3 hari 3 malam dan jujur aku tidak punya waktu luang sebanyak itu karena hari ini aku harus kembali ke Jakarta :D :D
Tiysa tertawa membaca isi dalam surat itu, suara tertawanya cukup keras, membuat kedua orang tuanya sontak menoleh kepadanya dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya.
Di dalam kartu ini ada sedikit uang yang telah aku transfer, jumlahnya
tidak banyak hanya sebesar : Rp. 5.000.000 -
gunakanlah uang yang berada didalam kartu ini untuk membiayai pengobatan ayahmu. Sekali lagi aku tahu kamu tidak menyukai hal ini, untuk itu aku akan meminta maaf lagi dan lagi.
Tiysa kembali tersenyum.
Oh, dan mungkin ketika kamu membaca ini ayah dan ibumu sudah bertemu dengan dokter terkait masalah operasi ?
Ekspresi wajah Tiysa terlihat kaget ketika membaca kalimat ini, dia merasa tidak pernah memberi tahu Tristan apapun tentang masalah operasi.
Aku sudah menyelesaikan biaya operasi jadi kamu tidak perlu merasa cemas, dan kamu tidak perlu bertemu dengan dokter tua itu untuk meminta penjelasan, aku yakin dengan karaktermu, jika aku tidak meninggalkan surat ini, kamu akan meneror dokter tua itu dengan beribu-ribu pertanyaan yang bisa menyebabkan dokter itu terkena serangan jantung :D :D
Tiysa kembali tertawa dengan suara yang cukup keras. Ayah dan ibunya juga kembali menatap Tiysa dengan penuh tanda tanya.
Dan yang terakhir, Tiysa Terima kasih atas dua hari yang indah ini, walaupun sebentar itu sudah sangat mengobati luka di dalam hatiku.
"Luka ?" gumam tiysa dalam hati.
Sekali lagi aku minta maaf karena tidak meminta izin dari mu terlebih dahulu, dan Happy Birthday Tiysa, Kuharap kamu menyukai Kado pemberian ku.
~Tristan~
Setelah membaca surat itu mata Tiysa tampak berkaca-kaca.
"Tristan bodoh ... untuk apa kamu meminta maaf, akulah yang seharusnya berterima kasih kepadamu, kamu tidak hanya menolongku, kini kamu juga menyelamatkan keluargaku," gumamnya dalam hati sambil meneteskan air mata.
Kedua orang tua Tiysa semakin cemas melihat anaknya.
"Ibu ada apa dengan anak kita, dia tertawa, tersenyum, lalu tertawa lagi dan kini dia menangis?" tanya ayah Tiysa kepada istrinya.
Ibu Tiysa menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia juga tidak tahu apa yang terjadi.
Setelah membaca itu Tiysa langsung berdiri dan menghampiri ibu dan ayahnya yang terlihat sangat cemas.
"Ayah ... Ibu ...." Sambil mengusap air matanya dia lalu berkata. "Itu Tristan ... Tristan yang telah membayar biaya operasi Ayah," ucap Tiysa sambil menunjukkan surat kepada ibunya yang sedang berdiri di samping tempat tidur.
Ibu Tristan lalu melihat surat yang ditunjukkan anaknya "Astaga ... Tiysa dia juga memberi mu uang 5 Juta untuk biaya pengobatan ayahmu?" ucap Kirana dengan ekspresi terkejut.
"Iya, Bu," jawab Tiysa sambil memeluk ibunya.
"Syukurlah Nak, jika keadaan keluarga kita sedang baik, pasti ibu akan memintamu untuk mengembalikannya tapi saat ini kita memang sangat membutuhkan hal itu," ucap ibu Tiysa yang ikut menitikkan air mata.
"Ada apa ayah?" Tiysa lalu bertanya kepada ayahnya yang terlihat memiringkan kepalanya sambil melihat bagian belakang surat yang dipegang Tiysa.
"Tiysa, di bagian belakang surat itu ada tulisan," ucap ayahnya sambil menunjuk surat yang dipegang Tiysa.
Tiysa lalu membalik surat dari Tristan, di sana tertulis
- 000
Ps. Maaf, karena tempat untuk menulis angka sudah tidak muat, maka angkanya aku sambung di halaman belakang surat.
"Angka?" gumam Tiysa.
Tiysa lalu kembali melihat surat yang ditulis Tristan, satu-satunya angka yang tertulis disitu adalah nominal Rp 5.000.000 -
"Astaga!" teriak Tiysa.
Tepat di bagian belakang angka Rp. 5.000.000- adalah angka -000, itu artinya, uang yang berada di dalam ATM itu, jika disambung dengan angka yang berada di belakang menjadi Rp. 5.000.000.000
"Bukan 5 Juta Ibu, tapi 5 Milyar," ucap Tiysa dengan suara bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Miss Tiya😊
5 M jiwa missqueen ku meronta ronta thor
2022-06-17
1
Author yang kece dong
Aku mampir kak 🤗
2022-06-07
1
WULAN NDA
transfer 5M 😍, hanya terjadi di noveltoon 😄
2022-05-20
1