"Dian kami duluan," ucap Tristan sambil melambaikan tangannya.
"Kak Dian, kami duluan ya." Gea juga izin pamit kepada Dian sambil merangkul mesra tangan Tristan.
"Iya Pak Tristan dan Nona Gea, hati-hati di jalan." Dian membalas sambil melambaikan tangannya ke arah mereka berdua.
Tak lama setelah itu, Tristan dan Gea sudah tidak terlihat lagi, Dian sendiri masih tetap tinggal di kantor, dia ingin menyelesaikan surat perjanjian jual beli untuk transaksi yang baru saja mencapai kesepakatan. Ketika sedang memasukkan data produk, Cakra tiba-tiba menghampirinya.
"Dian, kamu sebentar jangan pulang dulu, aku butuh bantuanmu untuk menyelesaikan beberapa dokumen," ucap Cakra sambil menatap Dian dengan tatapan mesum.
"Iya Pak," balas Dian dengan raut wajah sedih.
Dua jam berlalu dengan cepat, satu-persatu karyawan lain sudah meninggalkan kantor, kini hanya Dian, Cindy yang menjabat sebagai manager HRD dan seorang karyawan di bagian administrasi yang tetap tinggal di kantor, ketiga gadis ini diminta oleh Cakra untuk tidak langsung pulang.
Cindy sama seperti Dian, gadis dengan paras cantik berumur 25 tahun. Dia juga adalah orang yang direkrut oleh Cakra. Ketiga gadis ini merupakan gadis yang memiliki paras cantik dan sangat menonjol diantara karyawan wanita lainnya.
"Dian, masuk ke ruanganku," perintah Cakra yang sedang berdiri di depan pintu ruang kerjanya.
"Iya Pak," jawab Dian, dia lalu berjalan menuju ruangan Cakra dengan lemas.
Setelah menutup pintu, Dian berdiri di depan meja kerja Cakra.
"Mengapa kamu berdiri disitu? Ayo duduk disini," kata Cakra sambil menepuk-nepuk pahanya sendiri.
Dian masih tetap diam di tempatnya seakan tidak mendengar apa yang Cakra baru saja katakan.
"Dian ! Apa kamu tuli?" Cakra mulai marah karena Dian tidak mendengar perintahnya.
"Oh, kemarin kamu masih menurut, sekarang setelah tidur dengan Tristan si bocah itu, kamu mulai membangkang?" sambung Cakra dengan emosi.
"Pak Tristan bukan orang seperti itu!" Dian membantah ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Cakra.
"Kalian tidak keluar dari ruangan itu selama beberapa jam, kalian bahkan makan bersama di ruangan itu, apa kamu kira aku bodoh !!" bentak Cakra.
"Itu karena-"
"Tidak usah mengelak! Bagus Dian! Sekarang kamu berani membantahku." Cakra berdiri dan menuju pintu ruang kerjanya, dia mengunci pintu, lalu berjalan menuju Dian
"Apa kamu lupa siapa yang menerimamu kerja disini? Apa kamu lupa siapa yang memberikanmu jabatan itu?" ucap Cakra yang sudah berada tepat di depannya.
Dian masih Diam dan tetap menunduk, kedua tangannya mengepal, Dian marah tapi tak bisa berbuat apa-apa, matanya kembali berkaca-kaca.
Merasa Dian yang sudah berada di bawah kendalinya, Cakra langsung memeluk tubuh Dian.
—
Tristan baru saja kembali ke parkiran di basement kantornya, setelah mengantar Gea sampai di rumah, Tristan menyadari jika telepon genggamnya ketinggalan, dia langsung putar balik kembali ke kantor, Tristan berencana menghubungi Kakeknya setelah tiba di rumah.
Ketika sudah berada di depan pintu kantor, Tristan terkejut, karena melihat lampu di ruangan kantornya yang masih menyala, ketika dia masuk, dia mendapati dua karyawan wanita lainnya sedang duduk tanpa mengerjakan apa pun.
"Kenapa kalian belum pulang? tanya Tristan.
Kedua karyawan Wanita yang tidak melihat Tristan masuk ke ruangan langsung kaget begitu melihat Tristan.
"Itu pak ...," jawab Cindy terbata-bata.
Tristan melihat gelagat aneh dari kedua karyawan yang berada di depannya, dia lalu melihat ruangan Cakra, Tristan dapat melihat dari celah pintu bagian bawah jika lampu ruangan Cakra masih menyala, setelah itu dia melihat meja Dian, Tristan mendapati jika layar komputer Dian masih menyala, barang-barang milik Dian juga masih terlihat di atas meja.
"Mana Dian?" Tristan kembali bertanya kepada kedua karyawan yang berada di depannya.
Mereka berdua diam dan seakan berat menjawab pertanyaan dari Tristan.
"Cakra Berengsek!!" teriak Tristan, Tristan lalu berlari menuju ruangan Cakra, dia bisa memperkirakan apa yang terjadi sekarang.
Begitu tiba di depan pintu, Tristan langsung menendang pintu ruangan Cakra.
Duak !!
Dengan sekali tendang pintu Cakra langsung roboh. Di dalam ruangan dia mendapati Cakra yang sedang memeluk Dian, beberapa kancing kemeja Dian juga sudah terbuka.
Begitu melihat Tristan air mata yang ditahan oleh Dian akhirnya tumpah. Sedangkan Cakra tampak Syok ketika melihat Tristan yang sudah menendang pintunya.
Cakra langsung melepaskan pelukannya dari Dian, dia ketakutan melihat wajah Tristan yang murka, dia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Tristan aku ...."
"Bajingan!!" Tanpa menunggu penjelasan dari Cakra Tristan langsung melompat dan menendang wajah cakra.
Duakk..
Cakra terlempar menabrak lemari, Setelah itu Tristan mendatangi Cakra yang masih terbaring, Tristan kemudian memukuli wajah Cakra dengan membabi-buta, emosi Tristan sudah berada di puncak.
Beberapa luka sobek terlihat di wajah Cakra, darah segar mengalir dari luka itu, tangan Tristan yang memukuli wajah Cakra juga terlihat berlumuran darah.
"Pak Tristan...," ucap Dian sambil berderai air mata, Dian memanggil Tristan dari tempatnya berdiri.
Mendengar namanya dipanggil, Tristan akhirnya kembali sadar, dia tadi sudah gelap mata, jika saja Dian tidak memanggilnya, mungkin sekarang ini Cakra sudah mati di tangannya.
"Hah...." Tristan menghela nafas yang cukup panjang, setelah itu dia menoleh ke tempat Dian, di luar ruangan, dua karyawan wanita yang tadi menunggu juga terlihat menangis, ternyata dua wanita tadi juga ikut melihat ketika Tristan memukuli wajah Cakra.
Tristan mengambil Tisu yang tersedia di atas meja Cakra dan mulai membersihkan tangannya yang berlumuran darah, dia juga membersihkan percikan darah yang menempel di jas dan celananya.
Setelah sedikit bersih Tristan melepas jas yang dia kenakan lalu menutup tubuh Dian, dia lalu memeluk Dian yang terus menangis.
"Maafkan aku, ... aku harusnya tadi mengajakmu pulang," ucap Tristan sambil memeluk dan menyandarkan kepala Dian di dadanya.
Tristan lalu membawa Dian dan kedua karyawan wanita yang menunggu di luar ke dalam ruangannya.
Setelah itu dia menghubungi pihak keamanan perusahaan, dan meminta mereka untuk menghubungi Rumah Sakit. Tak berselang lama suara sirine mobil ambulans terdengar, beberapa petugas ditemani pihak keamanan perusahaan terlihat membawa tandu dan mengevakuasi Cakra.
Dua orang karyawan wanita tadi juga sudah sedikit merasa baikan, mereka berdua terlihat memeluk Tristan dan berterima kasih. Tristan juga berjanji selama dirinya memimpin, kejadian seperti itu tidak akan pernah terjadi lagi.
Saat ini hanya Dian yang menjadi perhatian Tristan, dari ekspresi wajahnya, Dian terlihat sangat syok akibat tindakan pelecehan yang dia terima.
Tristan kembali memasang kancing kemeja milik Dian yang telah dilepas oleh Cakra, Dian masih terus menangis, dia terus mengingat kejadian yang baru saja dia alami.
Beberapa saat telah berlalu, petugas kebersihan diminta kembali ke kantor untuk membersihkan darah yang berada di ruangan Cakra.
Dian juga sudah merasa sedikit baikan.
"Pak Tristan ... terima kasih," ucap Dian kepada Tristan, yang masih sesekali meneteskan air mata.
"Maaf Dian, aku tidak tahu jika Cakra senekat itu," balas Tristan sambil terus mengelus kepala Dian.
"Itu bukan salah Pak Tristan, jadi tidak usah meminta maaf," ucap Dian sambil berusaha tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Yusrianikiran
bos yg terlallu baik hati
2022-05-15
2
Author yang kece dong
semangat kakak
2022-05-09
2